Mengenal Sakarin dan Manfaatnya, Serta Dampak untuk Kesehatan
Tahukah Moms bahwa hampir 150 tahun lalu, manusia secara tidak sengaja telah menemukan sakarin. Sejak saat itu, sakarin pun menjadi alternatif gula untuk mempermanis makanan dan minuman.
Namun, beberapa penelitian pada hewan yang dilakukan beberapa dekade yang lalu mengaitkan pemanis ini dengan kemungkinan masalah kesehatan, yang kemudian menyebabkan penurunan popularitas zat ini.
Padahal pada penelitian lanjut yang dilakukan pada manusia, sakarin terbukti tidak memiliki kaitan dengan kanker.
Untuk lebih paham mengenai sakarin, manfaat, serta bahayanya, yuk simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Baca Juga: Mengapa Pemanis Buatan Aspartam Tidak Disarankan untuk Balita?
Mengenal Sakarin
Foto: greatist.com
Menurut American Chemical Society, orang pertama kali menemukan sakarin secara tidak sengaja pada tahun 1879, dan penggunaannya meluas selama Perang Dunia I karena kekurangan gula.
Selama tahun 1960-an, pemasar mempromosikannya sebagai produk penurun berat badan dengan nama dagang Sweet and Low.
Sakarin adalah pemanis pengganti gula yang telah melalui berbagai proses kimia. Untuk membuatnya digunakan toluena kimia atau asam antranilat sebagai bahan dasarnya. Proses ini menghasilkan bubuk kristal putih yang stabil di berbagai kondisi.
Sakarin juga memiliki tiga bentuk yakni asam sakarin, natrium sakarin, dan kalsium sakarin. Natrium sakarin adalah yang paling populer dalam pemanis buatan, meskipun beberapa orang menganggapnya memiliki rasa logam yang pahit.
Namun, mengutip jurnal yang dipublikasikan di Medicina, manusia tidak dapat memetabolisme sakarin, artinya ia tidak menambah energi seseorang dan tidak mengandung kalori atau karbohidrat.
Untuk alasan ini, penderita diabetes atau yang ingin menurunkan berat badan dapat memilih sakarin sebagai alternatif gula. Selain itu, sakarin juga memiliki rasa manis 300-500 kali lipat daripada gula biasa, dan mereka hanya dibutuhkan sedikit saja untuk ditambahkan ke dalam makanan.
U.S. Food and Drug Administration (FDA) mengizinkan sakarin untuk digunakan sebagai zat pemanis dalam barang-barang seperti:
- Minuman, minuman jus buah, minuman dasar, atau campuran.
- Sebagai pengganti gula untuk memasak atau penggunaan di dapur.
- Dalam makanan olahan.
FDA juga mengizinkan sakarin untuk keperluan industri, termasuk:
- Meningkatkan rasa dalam tablet vitamin dan mineral kunyah.
- Mempertahankan rasa dan sifat fisik permen karet.
- Meningkatkan rasa bahan dalam produk roti.
FDA juga telah menetapkan asupan harian yang dapat diterima sakarin pada 2,3 mg per pon atau 5 mg per kg berat badan. Ini berarti jika Moms memiliki berat badan 70 kg, Moms dapat mengonsumsinya sebanyak 350 mg per hari.
Baca Juga: Manfaat Daun Stevia, Pemanis Alami yang Rendah Kalori dan Aman Dikonsumsi
Manfaat Sakarin untuk Kesehatan
Otoritas kesehatan setuju bahwa sakarin aman untuk dikonsumsi manusia. Ini termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Otoritas Keamanan Makanan Eropa (EFSA), dan Administrasi Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat (FDA).
Namun, ini bukan berarti tidak ada perdebatan. Seperti pada tahun 1970-an, beberapa penelitian pada tikus mengaitkan sakarin dengan perkembangan kanker kandung kemih.
Sakarin kemudian diklasifikasikan sebagai kemungkinan pemicu kanker bagi manusia. Namun, penelitian lebih lanjut menemukan bahwa perkembangan kanker pada tikus tidak relevan dengan manusia.
Mengutip Annals of Oncology, studi observasional pada manusia juga tidak menunjukkan hubungan yang jelas antara konsumsi sakarin dan risiko kanker.
Karena kurangnya bukti kuat yang menghubungkan sakarin dengan perkembangan kanker, klasifikasinya diubah menjadi "tidak dapat diklasifikasikan sebagai kanker pada manusia."
Berikut ini beberapa manfaat sakarin yang telah terbukti secara ilmiah:
1. Memiliki Sedikit Manfaat untuk Penurunan Berat Badan
Foto: Orami Photo Stock
Mengutip European Journal of Clinical Nutrition, mengganti gula dengan pemanis rendah kalori seperti sakarin ternyata dapat bermanfaat untuk menurunkan berat badan dan melindungi dari obesitas.
Namun ini bisa bergantung pada resepnya, sakarin dapat menggantikan 50 hingga 100 persen gula dalam produk makanan tertentu tanpa mengurangi rasa atau teksturnya secara signifikan.
Namun demikian, jurnal Obesity menunjukkan bahwa mengonsumsi pemanis buatan seperti sakarin dapat meningkatkan rasa lapar, asupan makanan, dan penambahan berat badan.
Satu studi dalam jurnal Preventive Medicine yang melakukan uji pada 78.694 wanita menemukan bahwa mereka yang menggunakan pemanis buatan memperoleh sekitar 0,9 kg lebih banyak daripada mereka yang tidak mengonsumsi sakarin.
Hal ini pun kemudian dibantah oleh sebuah penelitian berkualitas tinggi yang dipublikasikan di International Journal of Obesity menganalisis semua bukti tentang pemanis buatan dan bagaimana pengaruhnya terhadap asupan makanan dan berat badan.
Hasilnya, ternyata mengganti gula dengan pemanis nol atau rendah kalori tidak menyebabkan penambahan berat badan . Sebaliknya, konsumsi sakarin mengarah pada pengurangan asupan kalori dan penurunan berat badan.
2. Mengurangi Risiko Kerusakan Gigi
Foto: Orami Photo Stock
Gula tambahan adalah penyebab utama kerusakan gigi. Namun, tidak seperti gula, pemanis buatan seperti sakarin tidak difermentasi menjadi asam oleh bakteri di mulut.
Oleh karena itu, menggunakan pemanis rendah kalori sebagai pengganti gula dapat mengurangi risiko gigi berlubang.
Inilah sebabnya mengapa sering digunakan sebagai alternatif gula dalam obat-obatan. Namun, penting untuk diketahui bahwa makanan dan minuman yang mengandung pemanis buatan tetap bisa mengandung bahan lain penyebab gigi berlubang.
Ini termasuk asam tertentu dalam minuman berkarbonasi dan gula alami dalam jus buah.
3. Hubungannya dengan Kadar Gula Darah
Foto: Orami Photo Stock
Sakarin sering direkomendasikan sebagai pengganti gula bagi penderita diabetes. Ini karena mereka tidak dimetabolisme oleh tubuh dan tidak mempengaruhi kadar gula darah seperti gula rafinasi.
Beberapa penelitian telah menganalisis efek sakarin saja pada kadar gula darah, tetapi beberapa penelitian telah melihat efek dari pemanis buatan lainnya.
Satu studi dari Journal of the American Diet Association yang melibatkan 128 orang dengan diabetes tipe 2 menemukan bahwa mengkonsumsi pemanis buatan sucralose (Splenda) tidak mempengaruhi kadar gula darah.
Hasil yang sama diamati dalam penelitian yang menggunakan pemanis buatan lainnya, seperti aspartam. Terlebih lagi, beberapa penelitian jangka pendek menunjukkan bahwa mengganti gula dengan pemanis buatan dapat membantu mengontrol gula darah.
Namun, efeknya biasanya cukup kecil.
Namun demikian, sebagian besar bukti menunjukkan bahwa pemanis buatan tidak secara signifikan memengaruhi kadar gula darah pada orang sehat atau penderita diabetes.
Baca Juga: 6 Jenis Gula dan Kegunaannya, Jangan Hanya Pakai Gula Pasir!
Bahaya Sakarin untuk Kesehatan
Foto: Orami Photo Stock
Meski sebagian besar otoritas kesehatan menganggap sakarin aman untuk dikonsumsi manusia, akan tetapi masih ada beberapa skeptisisme tentang potensi efek negatifnya terhadap kesehatan manusia.
Sebuah studi dari jurnal Nature baru-baru ini menemukan bahwa menggunakan sakarin, sukralosa, dan aspartam dapat mengganggu keseimbangan bakteri di usus.
Penelitian di bidang ini relatif baru dan terbatas. Namun, ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa perubahan bakteri usus dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit seperti obesitas, diabetes tipe 2, penyakit radang usus, dan kanker.
Masih dalam studi yang sama dengan sebelumnya dan berlangsung pada 11 minggu, tikus yang diberi dosis harian aspartam, sucralose, atau sakarin menunjukkan kadar gula darah yang sangat tinggi.
Ini menunjukkan intoleransi glukosa, dan oleh karena itu, risiko penyakit metabolik jadi lebih tinggi. Namun, begitu tikus diobati dengan antibiotik yang membunuh bakteri usus, kadar glukosa darah mereka kembali normal.
Eksperimen yang sama dilakukan pada sekelompok orang sehat yang mengonsumsi sakarin dosis maksimum yang direkomendasikan setiap hari selama 5 hari.
Empat dari tujuh memiliki kadar gula darah tinggi yang tidak normal, serta perubahan bakteri usus. Sementara yang lain tidak mengalami perubahan pada bakteri usus.
Para ilmuwan berpikir bahwa pemanis buatan seperti sakarin dapat mendorong pertumbuhan jenis bakteri yang lebih baik dalam mengubah makanan menjadi energi.
Ini berarti lebih banyak kalori dari makanan yang tersedia bisa meningkatkan risiko obesitas. Namun demikian, penelitian ini sangat baru sehingga diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengeksplorasi hubungan antara pemanis buatan dan perubahan bakteri usus.
- https://www.verywellfit.com/how-safe-is-saccharin-2506562
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/is-saccharin-bad-for-you#uses-in-food-and-drinks
- https://www.diabetes.co.uk/sweeteners/saccharin.html
- https://www.healthline.com/nutrition/saccharin-good-or-bad
- https://www.acs.org/content/acs/en/molecule-of-the-week/archive/s/saccharin.html
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6843803/
- https://www.fda.gov/food/food-additives-petitions/additional-information-about-high-intensity-sweeteners-permitted-use-food-united-states
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/5411626
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15367404
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17299484
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3714671
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18535548
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26365102
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14647086
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25231862/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25231862
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.