Mengenal Skoliosis, Mulai dari Penyebab hingga Pengobatan
Skoliosis merupakan kondisi tulang belakang yang melengkung secara tidak normal.
Biasanya, lengkungan ini terjadi mulai dari atas bahu hingga bagian punggung bawah.
Apabila tulang belakang Moms melengkung menyerupai huruf 'S' atau 'C' kemungkinan Moms mengidap skoliosis.
Menurut American Association of Neurological Surgeons (AANS), sekitar 80% penyebab kasus skoliosis belum dapat diidentifikasi.
Namun, kondisi ini biasanya terjadi sejak lahir hingga berusia 7 tahun. Penyebab umumnya ialah cacat lahir, kelainan neurologis, dan kondisi genetik.
Nah, untuk mengetahui lebih lanjut terkait penyakit yang terkait tulang belakang satu ini, Orami akan dibahas secara lengkap di artikel ini, ya Moms!
Baca Juga: 15+ Penyebab Bintik Merah pada Bayi dan Cara Mengatasinya!
Penyebab Umum Skoliosis
"Skoliosis adalah kondisi di mana tulang belakang melengkung secara lateral dengan rotasi vertebra ," terang dr. Widyastuti Srie Utami. Sp.OT (K) Dokter Spesialis Bedah Ortopedi Konsultan Tulang Belakang, RS Pondok Indah – Pondok Indah.
Melansir dari Medical News Today, penyebabnya cenderung sulit diprediksi atau diketahui.
Namun, ada beberapa gejala umum yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab dari masalah tulang belakang yang satu ini di antaranya:
1. Cerebral Palsy
Cerebral palsy ialah gangguan sistem saraf yang memengaruhi gerakan, belajar, mendengar, melihat, dan berpikir.
Adapun gejala yang kerap dirasakan yakni:
- Gangguan tumbuh kembang, misalnya gangguan berguling, merangkak, duduk, dan berjalan
- Terdapat bagian tubuh yang terlalu terkulai atau kaku
- Bayi hanya menggunakan satu sisi tubuh saja dalam beraktivitas
- Sulit bernapas
- Sering mengalami kejang
Penyebab dari gangguan saraf ini sendiri masih belum diketahui pasti.
2. Distrofi Otot
Tak hanya itu, kelainan pada otot juga penyebab dari skoliosis pada sejumlah orang.
Distrofi otot ialah gangguan kelainan genetik yang menyebabkan kelemahan otot. Adapun distrofi otot pada bayi kerap terjadi juga, lho.
3. Cacat Lahir
Cacat lahir yang memengaruhi tulang belakang bayi, seperti spina bifida juga bisa jadi penyebab umum skoliosis.
"Skoliosis dapat diklasifikasikan sebagai kondisi bawaan, dimana sejak dalam kandungan pasien terlihat memiliki tulang belakang yang tidak lurus," tambah dr. Widyastuti.
Selain itu, infeksi tulang belakang dan cedera cenderung dialami oleh mereka yang memiliki riwayat sebelumnya.
4. Gen Khusus
Para peneliti percaya bahwa setidaknya satu gen berperan dalam faktor penyebab hadirnya masalah kesehatan ini.
Karenanya, genetik menjadi pemicu seseorang bisa mengalami masalah ini terjadi.
5. Skoliosis Sindromik
Skoliosis dapat berkembang sebagai bagian dari kondisi medis, termasuk neurofibromatosis atau sindrom Marfan.
Sindrom Marfan tak hanya mempengaruhi otot, namun juga fungsi jantung, mata, pembuluh darah, dan juga tulang.
Penderita sindrom ini sering kali memiliki tubuh tinggi dan kurus dengan lengan, kaki, jari, dan jari kaki yang panjang.
6. Penyebab Lainnya
Postur tubuh yang buruk, membawa tas punggung atau tas, gangguan jaringan ikat, dan beberapa cedera dapat menyebabkan tulang belakang melengkung.
Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa wanita cenderung lebih berpotensi mengalami kondisi ini dibandingkan pria, lho.
Baca Juga: Penyempitan Tulang Belakang: Gejala hingga Cara Mengobatinya
Gejala Skoliosis
Menurut jurnal Scoliosis and Spinal Disorder, sebenarnya, gejalanya sangat bervariasi tergantung pada derajat skoliosis.
"Gejala paling umum yang terlihat adalah adanya asimetri bentuk tubuh, khususnya area bahu hingga area pinggang," jelas dr. Widyastuti.
Selain itu, gejala skoliosis biasanya sudah terlihat sejak bayi atau remaja. Gejalanya berbeda-beda, tergantung pada usia orang tersebut.
1. Gejala Skoliosis pada Remaja
Bentuk paling umum dari gejalanya muncul pada masa remaja dan dikenal sebagai skoliosis idiopatik remaja.
Ini biasanya terjadi pada remaja berusia antara 10 dan 18 tahun. Gejala skoliosis pada remaja ialah:
- Posisi kepala tidak tepat berada di tengah atau lurus dan selaras dengan tubuh serta leher
- Tulang rusuk pada bagian kiri dan kanan memiliki ketinggian yang berbeda
- Bentuk pinggul pada bagian kiri dan kanan juga tidak lurus atau terlihat lebih menonjol
- Ketika mengenakan pakaian, akan merasakan bahwa bahu atau atau tulang belikat terlihat lebih tinggi dibandingkan sisi lainnya
- Panjang kaki kiri dan kanan berbeda
Beberapa jenis skoliosis dapat menyebabkan sakit punggung dan umumnya menyerang orang-orang yang lebih tua atau dewasa
Baca Juga: 13 Ciri Kekurangan Vitamin B12 dan Risiko Penyakitnya
2. Gejala Skoliosis pada Bayi
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa skoliosis juga bisa menyerang bayi yang baru lahir.
Sehingga penting untuk Moms mengetahui gejala yang dirasakan yakni:
- Ada benjolan di salah satu sisi dada
- Berbaring dengan tubuh condong ke salah satu sisi
- Pada kasus yang lebih berat dapat menyebabkan nyeri dada, masalah jantung, paru-paru, dan sesak napas.
Jika bayi tidak mendapat pengobatan maka mereka akan lebih berisiko mengalami masalah, seperti gangguan fungsi jantung dan paru-paru.
Jenis-Jenis Skoliosis
Secara umum, ada 2 jenis skoliosis yang kerap terjadi pada anak-anak ataupun orang dewasa.
Berikut penjelasan lebih lanjut terkait jenis-jenisnya, di antara lain:
1. Skoliosis Postural
Pada skoliosis postural, kelainan bentuk pada tulang belakang terjadi secara sekunder.
Artinya, disebabkan oleh sebab lain di luar tulang belakang, misalnya karena salah satu kaki pendek sebelah.
"Pada jenis ini, jika penyebab utama diatasi, maka skoliosis yang terjadi akan hilang," terang dr. Widyastuti.
2. Skoliosis Struktural
Pada skoliosis struktural, kelainan pada tulang belakang berupa rotasi, yang menyebabkan punggung menjadi bengkok dan harus dikoreksi.
Pada kondisi ini dibagi lagi menjadi beberapa jenis lainnya, seperti:
- Skoliosis idiopatik yang muncul tanpa ada faktor pencetus dan merupakan skoliosis yang paling sering terjadi.
- Skoliosis kongenital yang muncul sejak bayi baru lahir.
- Skoliosis neuromuskular yang disebabkan oleh gangguan pada saraf dan otot.
Skoliosis idiopatik yang terjadi pada anak-anak, dan tingkat keparahannya akan bergantung dari beberapa faktor seperti:
- Besarnya sudut kelainan bentuk tulang belakang yang bengkok
- Usia pasien
- Tingkat kematangan tulang
Adapun jenis-jenis ini dapat terlihat dari diagnosis dokter dan nantinya digunakan untuk menentukan pengobatan yang tepat.
Baca Juga: Kelainan Tulang Belakang Anak Akibat Kebiasaan Duduk Miring
Cara Mengobati Skoliosis
"Guna menentukan pengobatan masalah skoliosis pada pasien, umumnya akan disesuaikan dengan kondisi kurvanya masing-masing," lanjut dr. Widyastuti.
Sama halnya seperti yang dijelaskan dr. Widyastuti, melansir dari Ortho Info, perawatan dan cara mengobatinya secara umum tergantung pada banyak faktor, seperti:
- Tingkat kelengkungan tulang belakang
- Usia
- Perkembangan derajat
- Jumlah dan jenis kelengkungan
- Pilihan pengobatan
Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengobati kondisi ini, berikut penjelasannya.
1. Bracing
Menurut AANS, pasien perlu menggunakan penjepit atau bracing jika lengkungan tulang yang dimiliki masih berkembang dan kelengkungannya lebih dari 25 hingga 40 derajat.
Namun, perlu diketahui bahwa penggunaan bracing tidak akan meluruskan tulang belakang, tapi dapat mencegah lengkungan bertambah.
Metode pengobatan ini lebih efektif untuk kasus-kasus yang terdeteksi sejak dini.
Pada kasus dengan sudut kelainan tulang antara 20-30 derajat pada anak yang akan mengalami pubertas, pengobatan non operatif seperti pemasangan brace tulang belakang dapat dilakukan.
Menurut dokter Widyastuti, ini dengan tujuan untuk memperlambat atau menghentikan progresivitas besarnya sudut tulang bengkok sampai pasien mengalami pubertas.
Mereka yang mengidap skoliosis harus memakai kawat penjepit selama 16 hingga 23 jam sehari hingga lengkungnya berhenti tumbuh dan berkembang.
Baca Juga: Apa Itu Salt Therapy yang Dilakukan Nikita Willy? Yuk Simak!
2. Operasi
Pembedahan biasanya dilakukan untuk orang dengan kurva tulang yang bengkok lebih dari 40 derajat.
"Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghentikan bertambahkan sudut deformitas tulang dan mengembalikan tulang belakang yang bengkok menjadi normal atau mendekati normal," jelas dr. Widyastuti.
Fusi tulang belakang adalah operasi skoliosis standar.
Dalam prosedur ini, dokter menggabungkan tulang belakang menggunakan cangkok tulang, batang, dan sekrup.
Namun, ada beberapa risiko operasi fusi tulang belakang yang harus diwaspadai yakni:
- Pendarahan berlebih
- Kegagalan untuk sembuh
- Infeksi
- Rasa sakit luar biasa
- Kerusakan saraf
Namun, bicarakan dengan dokter tentang opsi ini jika Moms telah didiagnosis menderita skoliosis dan merasa kelengkungan mengganggu aktivitas sehari-hari atau menyebabkan ketidaknyamanan.
3. Melakukan Kegiatan untuk Mengurangi Nyeri pada Skoliosis
Terapi tertentu dapat membantu mengatasi nyeri, meskipun tidak akan membantu memperbaiki kelengkungannya.
Beberapa teknik memerlukan lebih banyak penelitian tetapi mungkin direkomendasikan oleh dokter seperti hidroterapi, pijat, stimulasi listrik, dan penyangga punggung.
Nah, berikut metode yang dapat membantu mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan.
- Olahraga
Latihan dan peregangan untuk mengatasi gejala nyeri skoliosis.
Meskipun tidak dapat mengatasi masalah yang mendasarinya, olahraga penting untuk kesehatan secara umum dan dapat membantu tubuh serta otot tetap fleksibel.
Ketahui juga olahraga yang boleh dilakukan untuk penderita skoliosis ya, Moms.
- Pengobatan Medis
Obat nyeri seperti asetaminofen (Tylenol) dan ibuprofen (Advil) dapat membantu mengurangi nyeri.
Namun, konsultasikan hal ini dengan dokter spesialis dan penggunaan obat nyeri tersebut haruslah melalui resep dokter.
- Perawatan Chiropractic
Sebuah studi 2011 menyarankan bahwa perawatan chiropractic dapat membantu mengurangi rasa sakit dan meningkatkan fleksibilitas saat hidup dengan skoliosis.
Pastikan perawatan chiropractic ini dilakukan oleh ahlinya dan telah mengantongi izin praktik dan sertifikat keahlian.
Baca Juga: Kenali Gejala dan Cara Mengobati Skoliosis pada Anak, Yuk Moms!
4. Pemantauan X-Ray Rutin
Pengobatan lain yang kerap digunakan adalah pemantaun X-Ray secara rutin.
"Pada pasien tertentu, evaluasi dengan pemeriksaan X-Ray setiap 6 -12 bulan sekali perlu dilakukan," ucap dr. Widyastuti.
Hal ini untuk melihat apakah ada perubahan pada sudut kelainan bentuk tulang belakang yang dilakukan untuk tindakan selanjutnya terhadap terapi.
Posisi Tidur Untuk Penderita Skoliosis
Dalam jurnal Medline Plus, posisi tidur terbaik untuk penderita skoliosis adalah posisi yang meningkatkan kesehatan tulang belakang melalui penyelarasan tulang belakang dan memberikan kenyamanan.
Berikut ini rekomendasi posisi tidur yang disarankan.
1. Tidur Telentang
Posisi tidur terbaik untuk orang yang hidup dengan kelengkungan tulang belakang yang abnormal adalah telentang.
Ini juga merupakan posisi tidur terbaik bagi siapa pun.
Posisi ini mendukung kelengkungan tulang belakang yang normal dan alami, seperti kurva serviks (punggung atas) dan lordosis lumbal (kurva ke dalam punggung bawah).
Selain itu, tidur telentang agar tidak ada tekanan ekstra yang dibebankan pada salah satu bagian tulang belakang.
Baca Juga: Penyempitan Tulang Belakang: Gejala hingga Cara Mengobatinya
2. Tidur Menyamping
Posisi terbaik berikutnya adalah tidur miring dengan bantal yang menopang kepala dalam posisi netral ke batang tubuh.
Tidur dengan menyamping ini akan membuat batang tubuh dalam posisi netral ke panggul.
3. Hindari Tidur Tengkurap
Bagi penderita skoliosis, sebaiknya menghindari posisi tidur tengkurap karena tidak mendukung keselarasan dan penyangga tulang belakang.
Ini juga merupakan posisi tidur yang tidak sehat.bagi orang pada umumnya.
Tidur tengkurap melengkungkan punggung, menempatkan punggung atas dan leher (kurva serviks) pada posisi yang tidak wajar.
Itu dia Moms, informasi mengenai kondisi skoliosis yang bisa terjadi.
Jika Moms atau Si Kecil mengalaminya, konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat ya.
- https://www.scoliosisreductioncenter.com/blog/best-sleeping-positions-for-scoliosis
- https://www.scoliosisreductioncenter.com/blog/how-to-sleep-with-scoliosis
- https://www.sleepadvisor.org/sleeping-with-scoliosis/
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/190940#risk-factors
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/scoliosis/symptoms-causes/syc-20350716
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.