07 Juli 2019

Mengenal Sepsis pada Balita: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobatinya

Komplikasi infeksi ini bisa sebabkan kematian

Ada sejumlah kondisi berbahaya pada anak yang sering luput dari perhatian orang tua. Fatalnya, hal ini bisa menimbulkan kematian. Seperti sepsis yang rentan menyerang anak di usia balita. Mari mengenal sepsis pada balita, terutama mengenai gejala, penyebab, dan cara mengobatinya.

Sepsis, yang juga dikenal sebagai septicaemia atau keracunan darah, adalah komplikasi infeksi yang menyebabkan luka pada jaringan dan organ tubuh. Kurangnya pengetahuan orang tua terhadap kondisi berbahaya membuat banyak kasus sepsis pada balita berujung pada kematian lho, Moms.

Agar sepsis pada balita bisa dicegah sebelum bertambah parah, Moms perlu mengetahui terlebih dulu beberapa hal penting berikut.

Penyebab Sepsis

Moms pasti sudah tahu kan, kalau sistem kekebalan tubuh balita otomatis akan bereaksi saat terjadi infeksi? Saat infeksi menyebar, tubuh biasanya akan mengeluarkan zat kumia untuk memeranginya.

Yang jadi masalah adalah saat zat kimia tersebut juga menyerang organ dan jaringan tubuh normal, sehingga menyebabkan peradangan dan penggumpalan pada pembuluh darah kecil.

Akibat penggumpalan yang sulit dikendalikan, aliran darah dan oksigen untuk organ tubuh balita jadi sangat terhambat. Bila tidak segera ditangani, kondisi ini dapat membuat organ berfungsi secara normal dan mengancam jiwa balita.

Baca Juga : Bayi Tidak Menangis Saat Lahir, Pertanda Tidak Normal?

Gejala Sepsis

Segera bawa buah hati ke dokter bila terlihat gejala sepsis pada balita seperti berikut ini:

  • Detak jantung cepat atau tidak beraturan.
  • Sulit bernapas.
  • Sulit bangun dari tidur.
  • Memiliki infeksi (seperti pneumonia) yang bertambah parah.
  • Suhu tubuh terlalu tinggi atau terlalu rendah.
  • Kulit dingin, pucat, atau kebiruan.
  • Menggigil atau gemetar hebat.
  • Muncul ruam merah.
  • Sangat jarang buang air kecil.
  • Bertingkah seperti kebingungan

Dokter akan mengukur tanda vital anak untuk melihat suhu tubuh, detak jantung, atau tekanan darah abnormal.

Setelah itu, akan dilakukan tes darah dan air seni untuk melihat infeksi, fungsi organ, serta gambaran kesehatan balita secara keseluruhan. Bila diperlukan, dokter juga akan melakukan rontgen, ultrasound, CT, atau MRI untuk mengetahui asal infeksi.

Pengobatan Sepsis

Bila sepsis sudah menyebabkan satu atau lebih organ tubuh balita berhenti bekerja dengan normal, maka akan ditangani dengan beberapa cara, seperti:

  • Obat-obatan. Bila diperlukan, akan diberikan untuk menangani infeksi, meningkatkan tekanan darah dan aliran darah menuju organ, mengendalikan detak jantung atau kadar gula darah, atau mencegah penggumpalan darah.
  • Pencabutan atau penggantian kateter untuk menghilangkan infeksi.
  • Cairan infus untuk mencegah dehidrasi, membantu meningkatkan aliran darah ke organ tubuh, serta meningkatkan tekanan darah balita.
  • Oksigen. Diberikan bila tingkat oksigen dalam darah si kecil lebih rendah dari normal.
  • Ventilator. Alat bantu pernapasan untuk memberikan oksigen.
  • Transfusi darah. Bila terjadi pendarahan atau kadar trombosit anjlok.
  • Dialisis. Prosedur pemisahan zat kimia, kotoran, dan cairan berlebih dari darah anak ini akan dilakukan bila sepsis balita sudah parah, sehingga menyebabkan ginjalnya berhenti bekerja atau rusak.
  • Operasi. Untuk menangani penyebab timbulnya sepsis, seperti mengangkat abses atau jaringan halus yang terinfeksi.

Baca Juga : Kondisi Bayi yang Harus Dirawat di Ruang NICU dan Penanganan yang Dilakukan Dokter

Jangan khawatir, masih ada beberapa cara yang bisa Moms lakukan untuk mencegah sepsis pada balita:

  • Berkonsultasi dengan dokter untuk memberikan vaksinasi yang sesuai.
  • Merawat luka balita dengan benar agar selalu kering dan bersih.
  • Rajin mencuci tangan dengan sabun setelah beraktivitas.

Nah, apa Moms punya tips untuk merawat luka balita dengan baik agar tidak sampai terjadi infeksi?

(WA)

Referensi: Children’s Health, Kent Live, Drugs National Health Service

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.