Mengenal Sindrom Tourette pada Anak
Mengutip dari situs National Institute of Neurological Disorders and Stroke, Sindrom Tourette (TS) adalah kelainan neurologis yang ditandai dengan gerakan dan ucapan berulang yang tidak disengaja dan di luar kendali, kondisi ini juga disebut dengan tic.
Kondisi ini biasanya dimulai pada usia 2-15 tahun, dan lebih umum terjadi pada anak lelaki dibandingkan anak perempuan.
Gejala Sindrom Tourette
Orang dengan sindrom Tourette mungkin memiliki tics fisik dan vokal. Berikut beberapa contoh tics fisik dan vokal, dikutip dari NHS.
Contoh tics fisik:
- Berkedip
- Meringis
- Mengangkat bahu
- Menyentak kepala atau anggota badan lainnya
- Melompat
- Berputar-putar
- Menyentuh benda dan orang lain
Contoh tics vokal:
- Mendengkur
- Membersihkan tenggorokan
- Bersiul
- Batuk
- Mengklik lidah
- Meniru suara binatang
- Mengucapkan kata dan frasa acak
- Mengulangi suara, kata atau frasa
- Mengumpat, tetapi hal ini jarang dan kasusnya 1 dari 10 orang dengan sindrom Tourette
Tics biasanya tidak berbahaya bagi kesehatan seseorang secara keseluruhan, tetapi tics fisik, seperti menyentak kepala, bisa menyakitkan.
Tics bisa lebih buruk pada masa-masa berikut ini:
- Tertekan
- Gelisah
- Lelah
Baca Juga: Cri-du-Chat, Sindrom Langka yang Membuat Suara Anak Seperti Tangisan Kucing
Komplikasi Sindrom Tourette
Mengutip Mayo Clinic, orang dengan sindrom Tourette sering menjalani hidup yang sehat dan aktif. Namun, sindrom Tourette sering melibatkan tantangan perilaku dan sosial yang dapat merusak citra diri.
Kondisi yang sering dikaitkan dengan sindrom Tourette meliputi:
- Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD)
- Obsessive-compulsive disorder (OCD)
- Gangguan spektrum autisme
- Disabilitas dalam belajar
- Gangguan tidur
- Depresi
- Gangguan kecemasan
- Nyeri terkait dengan tics, terutama sakit kepala
- Masalah manajemen kemarahan
Baca Juga: Meski Imut, Dagu Kecil Pada Bayi Bisa Jadi Ciri Sindrom Pierre Robin
Pengobatan Sindrom Tourette
Sindrom Tourette dengan gejala yang ringan umumnya tidak memerlukan pengobatan. Tetapi, jika gejala yang dialami cukup parah, mengganggu aktivitas keseharian, atau membahayakan diri, ada beberapa metode pengobatan yang bisa dilakukan.
Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Konsultan Psikiatri Anak & Remaja, RS Pondok Indah-Bintaro Jaya, dr. Anggia Hapsari, Sp. KJ (K), mengungkapkan beberapa metode untuk mengatasi sindrom Tourette pada anak berikut ini.
1. Psikoterapi
Terapi yang dapat dijalani pasien, antara lain terapi perilaku kognitif Cognitive Behavior Therapy (CBT). Dalam sesi psikoterapi, terapis juga dapat menggunakan beberapa metode bantuan seperti teknik pernapasan atau relaksasi.
2. Obat-obatan
Hingga saat ini belum ada obat khusus untuk menangani sindrom Tourette. Tetapi, ada beberapa obat yang bisa membantu pasien untuk mengendalikan tics.
Obat yang bisa dikonsumsi seperti obat antipsikotik (misalnya aripiprazole), antidepresan atau obat antikonvulsan.
3. DBS (Deep Brain Stimulation)
Prosedur ini menggunakan elektroda yang ditanam ke dalam otak pasien, untuk merangsang reaksi otak dalam. DBS hanya direkomendasikan bagi penderita dengan gejala yang parah, dan tidak tertangani dengan terapi lain.
Bila Moms masih memerlukan informasi tambahan mengenai anak berkebutuhan khusus, Moms bisa bergabung dengan WhatsApp Group Orami Moms Community.
Di WhatsApp Group Orami Moms Community, Moms bisa berkonsultasi dengan para ahli, seperti psikolog, dokter kandungan, dokter anak, konselor laktasi, konselor pernikahan, dan lain sebagainya. Moms juga bisa saling bertukar cerita dengan ibu-ibu lainnya, lho! Jadi Moms akan mendapatkan banyak teman, sekaligus informasi baru.
Moms bisa langsung add WhatsApp di nomor 0811-8852-250 atau klik link ini untuk informasi lebih lanjut.
Yuk gabung WhatsApp Group Orami Moms Community untuk mendapatkan berbagai keuntungan!
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.