09 Maret 2023

Ketahui Tanda Menopause Dini dan Cara Mengatasinya

Menjelang menopause akan ada serangkaian gangguan yang tidak mengenakkan
Ketahui Tanda Menopause Dini dan Cara Mengatasinya

Foto: Orami Photo Stocks

Jika membahas tentang menopause dini, mungkin akan muncul rasa kekhawatiran di dalam diri setiap wanita.

Karena menopause atau disebut juga mati haid adalah berakhirnya siklus menstruasi secara alami, yang pasti akan dialami setiap wanita seiring bertambahnya usia.

Tanda berakhirnya haid ini sering kali menimbulkan gejala, yang tidak hanya menyerang fisik namun juga bisa berdampak pada emosional seorang wanita.

Simak ulasan lengkapnya berikut ini.

Baca Juga: 8 Manfaat Jus Tomat untuk Kesehatan, Kecantikan, dan Ibu Hamil

Apa Itu Menopause Dini?

Wanita Khawatir (Orami Photo Stock)
Foto: Wanita Khawatir (Orami Photo Stock)

Menopause adalah fase alami yang dialami setiap perempuan yang akan menginjak usia paruh baya.

Seorang perempuan mengalami menopause ketika dia tidak lagi menstruasi selama lebih dari 12 bulan.

Menopause terjadi ketika ovarium kita berhenti memproduksi telur, menghasilkan kadar estrogen yang rendah.

Estrogen adalah hormon yang mengendalikan siklus reproduksi.

"Umumnya seorang wanita akan mengalami menopause rata-rata saat usia menginjak 50 tahun," jelas dr. Zeissa Rectifa Wismayanti, Sp. OG, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, Jakarta Selatan.

Fase alami ini disebabkan oleh perubahan pada kadar hormon tubuh wanita.

Menjelang akhir usia 30 tahun, kinerja ovarium akan menurun lalu akhirnya berhenti memproduksi hormon reproduksi pada usia sekitar 50 tahun.

Usia mati haid pada tiap wanita berbeda-beda, tapi kondisi ini umumnya terjadi usia 50 tahun.

Meski demikian, ada juga sebagian wanita yang mengalaminya sebelum berusia 40 tahun. Inilah yang disebut menopause dini atau prematur.

Menopause prematur terjadi pada sekitar 1 dari 100 wanita. Gangguan ini terjadi karena ovarium berhenti menghasilkan hormon-hormon reproduksi dalam jumlah normal.

Kelainan genetika atau penyakit autoimun diduga sebagai penyebab di balik masalah ini.

Mati haid umumnya tidak membutuhkan penanganan khusus.

Gejala-gejalanya juga tidak bersifat permanen dan akan berkurang seiring waktu.

Baca Juga: Mengenal Penyakit Kardiovaskular, Dapat Sebabkan Kematian!

Tahapan Menopause Alami

Wanita Menopause (Orami Photo Stock)
Foto: Wanita Menopause (Orami Photo Stock)

Menopause alami merupakan berakhirnya masa menstruasi secara permanen yang tidak disebabkan oleh jenis perawatan medis apa pun.

Untuk Moms yang mengalami kondisi ini, prosesnya bertahap dan dijabarkan dalam 3 tahap, meliputi:

1. Perimenopause

Perimenopause dimulai pada 8 - 10 tahun sebelum terjadinya mati haid, ketika ovarium secara bertahap menghasilkan lebih sedikit hormon estrogen.

Hal tersebut biasanya dimulai ketika Moms berusia 40-an.

Perimenopause berlangsung hingga terjadinya mati haid, di mana ketika ovarium berhenti melepaskan sel telur.

Dalam 1 - 2 tahun terakhir masa perimenopause, penurunan hormon estrogen semakin cepat terjadi.

Pada tahap ini, kebanyakan wanita akan mengalami gejala-gejala menopause.

Namun, Moms masih mengalami siklus menstruasi selama masa ini dan bisa hamil.

2. Menopause

Menopause adalah masa ketika Moms tidak lagi dapat mengalami periode menstruasi.

Pada tahap ini, ovarium telah berhenti melepaskan sel telur dan memproduksi sebagian besar estrogennya.

Kondisi ini dapat didiagnosis ketika Moms tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-turut.

Baca Juga: 9 Manfaat Jeruk Kasturi, Dapat Membantu Detoksifikasi Tubuh

3. Pascamenopause

Selama tahap ini, gejalanya seperti hot flashes, yaitu sensasi rasa panas yang muncul secara tiba-tiba dan tidak diketahui apa yang menjadi penyebabnya.

Ini dapat mereda dengan sendirinya bagi beberapa orang.

Namun, pada beberapa kasus, seorang wanita dapat terus mengalami gejalanya sekitar satu dekade atau lebih setelah transisi menopause.

Sebagai akibat dari tingkat estrogen yang lebih rendah, mereka yang berada pada fase pascamenopause memiliki peningkatan risiko mengalami beberapa kondisi kesehatan, seperti osteoporosis dan penyakit jantung.

Gejala Menopause Dini

Wanita (Orami Photo Stock)
Foto: Wanita (Orami Photo Stock) (Orami Photo Stock)

Dilansir dari Cleveland Clinic, beberapa gejala di bawah ini mungkin akan dialami ketika sedang berada pada masa transisi ke menopause dini.

Berikut selengkapnya.

1. Hot Flashes

Hot flashes adalah salah satu gejala menopause dini yang paling sering terjadi.

Wanita dengan menopause dapat mengalami hot flashes sekali sehari, beberapa jam sekali atau bahkan dapat lebih sering terjadi.

Ini adalah sensasi panas yang dapat dirasakan secara singkat.

Hot flashes dapat berbeda-beda pada setiap orang.

Selain rasa panas, hot flashes juga dapat disertai dengan gejala seperti:

Biasanya, hot flashes merupakan kondisi yang tidak terlalu parah seiring berjalannya waktu.

Intensitas, frekuensi, dan durasi hot flashes berbeda untuk setiap individu.

Meskipun begitu, terdapat beberapa hal yang dapat memicu terjadinya kondisi ini, yakni:

Untuk meringankan gejala ini, bisa dilakukan dengan beberapa hal, seperti terapi hormon atau mengonsumsi jenis obat-obatan tertentu.

Hot flashes dapat mengganggu kenyamanan saat Moms ingin tidur di malam hari, padahal tidur yang berkualitas dibutuhkan agar tubuh tetap sehat.

Untuk mengatasinya, cobalah minum teh chamomile atau teh rempah-rempah lainnya untuk membuat tubuh menjadi lebih rileks, sehingga lebih mudah terlelap.

Moms juga bisa membuat suasana kamar tidur lebih terasa nyaman dengan lilin aromaterapi.

2. Vagina Terasa Kering

Moms, hormon estrogen memegang peran penting dalam mempertahankan pelumasan alami di vagina.

Ketika kadar estrogen menurun saat menopause, maka dapat terjadi kekeringan pada vagina.

Kondisi ini bisa membuat hubungan intim dengan suami menjadi tidak nyaman, maka dari itu tidak ada salahnya berbicara dengan dokter tentang hal ini.

Selain gejala utama di atas, Moms juga bisa mengalami perubahan suasana hati saat mengalami menopause lebih awal.

Tidak hanya itu, terkadang juga menopause dini dapat membuat seseorang mengalami insomnia, perubahan emosional, berkeringat di malam hari, hingga kulit dan mata menjadi kering.

Untuk itu, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan ke dokter agar memahami cara menghadapinya.

Baca Juga: 8 Penyebab Gairah Seksual Pria Meningkat, Coba Lakukan Quickie Sex!

3. Nyeri Payudara

Nyeri Payudara (Orami Photo Stock)
Foto: Nyeri Payudara (Orami Photo Stock)

Perubahan hormon akibat mati haid sering kali dapat menyebabkan nyeri payudara.

”Payudara juga mungkin akan terasa ‘lebih menggumpal’ daripada sebelumnya,” ujar Ellen Dolgen, penulis di Menopause Mondays dan penulis e-book, The Girlfriend’s Guide to Surviving and Thriving During Perimenopause and Menopause (2015).

4. Mata Kering

Tanpa disadari, tanda-tanda berakhirnya menstruasi bisa dilihat dari kondisi kesehatan mata.

Salah satunya, yaitu mata yang kering.

Melansir Optometrist New York, selama menopause dini, hormon androgen menurun, dan memengaruhi kelenjar meibom dan lakrimal di kelopak mata.

Ketika kelenjar penghasil minyak dan cairan ini terpengaruh, kelopak mata bisa meradang dan mengurangi produksi air mata.

Karenanya, tak heran jika mata kering menjadi gejala dari mati haid.

5. Sulit Menahan Buang Air Kecil

Sulit Buang Air Kecil (Orami Photo Stock)
Foto: Sulit Buang Air Kecil (Orami Photo Stock)

Buang air kecil yang tanpa disadari terjadi ketika batuk atau bersin disebabkan oleh stress urinary incontinence (SUI) atau urge urinary incontinence (UUI).

Hal ini juga menjadi salah satu gejala jelang mati haid.

”Kadar estrogen yang lebih rendah menyebabkan lapisan uretra menipis,” kata JoAnn V. Pinkerton, MD, Executive Director di North American Menopause Society (NAMS).

6. Tulang Keropos

Semakin sedikit hormon estrogen yang dihasilkan, maka pengeroposan tulang terjadi semakin cepat.

Hal tersebut dapat berisiko osteoporosis yang meningkatkan risiko patah tulang.

"Wanita bisa kehilangan hingga 20% tulang selama 5 tahun pertama saat menopause," kata Dr. Pinkerton.

Baca Juga: Ini 6 Manfaat Ikan Tilapia untuk Kesehatan serta Risikonya

7. Pelupa

Ilustrasi Pelupa (Orami Photo Stock)
Foto: Ilustrasi Pelupa (Orami Photo Stock)

Sulit mengingat hal-hal kecil akhir-akhir ini? Ini adalah tanda mati haid lainnya yakni pelupa.

Perubahan hormon bersama dengan gejala pramenopause dini seperti perubahan mood dan masalah tidur, dapat membuat Moms lebih pelupa.

Stres yang tinggi juga dapat membuat seseorang sulit untuk lebih fokus.

"Sulit untuk berpikiran jernih, terutama ketika mengalami perimenopause," kata Dolgen.

8. Perubahan Emosional saat Menopause

Berikut beberapa perubahan emosional yang dapat terjadi selama menopause dini, meliputi:

  • Kehilangan energi dan insomnia
  • Kurangnya motivasi dan sulit berkonsentrasi
  • Kecemasan, depresi, perubahan suasana hati dan ketegangan
  • Sakit kepala
  • Mudah marah

Mengelola perubahan emosional selama kondisi ini memang terkesan sulit, namun hal tersebut dapat dilakukan.

Jika berkonsultasi ke dokter, sering kali akan diresepkan oleh dokter obat terapi hormon atau antidepresan.

Baca Juga: Psoriasis Kepala, Ini Gejala dan Cara untuk Mengatasinya

Penyebab Menopause Dini

Sebenarnya apa saja yang menyebabkan menopause dini?

Yuk kita simak ulasan mengenai penyebab menopause dini di bawah ini!

1. Genetik

Genetik (Orami Photo Stock)
Foto: Genetik (Orami Photo Stock) (Orami Photo Stocks)

Penyebab menopause dini yang pertama adalah faktor generik.

Jika tidak ada alasan medis yang jelas untuk menopause dini yang mungkin Moms alami, penyebabnya kemungkinan adalah faktor genetik.

Usia Moms saat menopause pun kemungkinan diturunkan.

Karena itu, penting untuk mengetahui kapan ibu kita mulai mengalami menopause.

Hal tersebut dapat memberikan petunjuk tentang kapan kita akan memasuki fase yang sama.

Jika ibu kita mulai menopause lebih awal, maka kita pun cenderung mengalami hal yang sama.

2. Gaya Hidup

Gaya hidup juga bisa jadi salah satu faktor penyebab menopause dini lho Moms.

Beberapa faktor gaya hidup mungkin berdampak pada saat kita mulai masuk fase menopause.

Di antaranya, kebiasaan merokok yang ternyata memiliki efek anti-estrogen yang dapat berkontribusi pada menopause dini.

Dikuip dari Healthline.com, sebuah penelitian pada 2012 yang diterbitkan oleh National Center for Biotechnology Information menunjukkan bahwa perokok cenderung mengalami menopause lebih cepat.

Perempuan yang merokok mungkin mulai menopause satu atau dua tahun lebih awal daripada perempuan yang tidak merokok.

Kemudian, Indeks massa tubuh (BMI) juga bisa menjadi faktor menopause dini.

Estrogen disimpan dalam jaringan lemak. Perempuan yang sangat kurus memiliki lebih sedikit simpanan estrogen, yang dapat dihabiskan lebih cepat.

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa diet vegetarian, kurang olahraga, dan kurangnya paparan sinar matahari sepanjang hidup kita, dapat menyebabkan menopause dini.

Baca Juga: Serba-serbi Darah Implantasi, Flek di Awal Kehamilan

3. Cacat Kromosom

Cacat Kromosom (Orami Photo Stock)
Foto: Cacat Kromosom (Orami Photo Stock)

Beberapa cacat kromosom merupakan salah satu penyebab menopause dini.

Sebagai contoh, sindrom Turner atau yang juga disebut monosomi X dan disgenesis gonad, melibatkan kelahiran dengan kromosom yang tidak lengkap.

Perempuan dengan sindrom Turner memiliki ovarium yang tidak berfungsi dengan baik. Ini sering menyebabkan mereka memasuki menopause sebelum waktunya.

Cacat kromosom lain juga dapat menyebabkan menopause dini.

Ini termasuk disgenesis gonad murni, yang merupakan variasi pada sindrom Turner.

Dalam kondisi ini, ovarium tidak berfungsi.

Sebagai gantinya, menstruasi dan karakteristik seks sekunder harus ditimbulkan oleh terapi penggantian hormon, biasanya selama masa remaja.

Kemudian, perempuan dengan sindrom Fragile X, atau yang merupakan pembawa genetik penyakit ini, mungkin juga mengalami menopause dini.

Sindrom ini diturunkan dalam keluarga.

4. Penyakit Autoimun

Penyebab menopause dini lainnya adalah penyakit autoimun.

Menopause dini dapat merupakan gejala penyakit autoimun seperti penyakit tiroid dan rheumatoid arthritis.

Peradangan yang disebabkan oleh beberapa penyakit ini dapat mempengaruhi ovarium.

Menopause pun dimulai ketika ovarium berhenti bekerja.

5. Epilepsi

Epilepsi (Orami Photo Stock)
Foto: Epilepsi (Orami Photo Stock)

Epilepsi adalah gangguan kejang yang berasal dari otak.

Perempuan dengan epilepsi lebih cenderung mengalami kegagalan ovarium prematur, yang menjadi penyebab menopause dini.

Sebuah penelitian National Center for Biotechnology Information menemukan bahwa, dalam kelompok perempuan dengan epilepsi, sekitar 14 persen dari mereka yang diteliti mengalami menopause dini.

Hal ini dibandingkan dengan 1 persen dari perempuan pada populasi umum.

Baca Juga: 9+ Manfaat Tanaman Krokot, Ternyata Tinggi Nutrisi!

Diagnosis Menopause Dini

Periksa ke Dokter (Orami Photo Stock)
Foto: Periksa ke Dokter (Orami Photo Stock) (Orami Photo Stock)

Dalam mendiagnosis menopause dini, dokter akan memulainya dengan membahas siklus menstruasi selama setahun terakhir.

Jika Moms tidak mengalami menstruasi secara berturut-turut selam 12 bulan, hal tersebut sudah dipastikan merupakan menoapause, atau juga bisa jadi pascamenopause.

Baca Juga: 10 Cara Merawat Mata dan Makanan Bergizi yang Disarankan

Komplikasi Menopause

Ilustrasi Penyakit Jantung (Orami Photo Stock)
Foto: Ilustrasi Penyakit Jantung (Orami Photo Stock) (Shutter Stock)

Berkurangnya hormon estrogen akibat mati haid, dapat meningkatkan risiko mengalami sejumlah kondisi kesehatan, ditambah dengan adanya faktor usia.

Dilansir dari WebMD, wanita yang telah mati haid akan berisiko mengalami:

  • Pengeroposan tulang (osteoporosis).
  • Penyakit jantung.
  • Kandung kemih dan usus mengalami gangguan.
  • Berisiko tinggi mengalami penyakit Alzheimer.
  • Kulit mengalami peningkatan kerutan.
  • Kekuatan otot yang buruk.
  • Gangguan penglihatan seperti katarak dan degenerasi makula (pecahnya titik kecil di tengah retina yang merupakan pusat penglihatan).

Adapun hal yang tidak menguntungkan lainnya adalah berkuranganya gairah seksual akibat kekeringan pada vagina.

Hal ini tentunya dapat berpengaruh pada hubungan suami dan istri.

Cara Mengatasi Menopause Dini

Terapi Hormon (Orami Photo Stock)
Foto: Terapi Hormon (Orami Photo Stock) (Orami Photo Stocks)

Menopause dini merupakan proses alami yang terjadi di dalam tubuh setiap wanita.

Dalam beberapa kasus, wanita yang mengalami hal ini tidak memerlukan perawatan apa pun.

Saat mendiskusikan pengobatan untuk mati haid dengan dokter, pengobatan yang dimaksud bukan untuk menghentikan menopause itu sendiri.

Namun, upaya dalam mengatasi gejala mengganggu yang dialami.

Ada banyak jenis perawatan untuk mengatasi gejalanya. Dilansir dari Cleveland Clinic, berikut beberapa caranya.

1. Terapi hormon

Selama menopause dini, tubuh seorang wanita akan mengalami penurunan jumlah hormon, terutama hormon estrogen dan progesteron.

Estrogen dan progesteron diproduksi oleh ovarium.

Ketika ovarium wanita tidak lagi dapat memproduksi cukup estrogen dan progesteron, terapi hormon dapat dilakukan untuk menjaga hormon dalam kadar normal.

Terapi hormon dapat meningkatkan kadar hormon dan membantu meringankan beberapa gejala yang dialami.

Terapi ini juga seringkali digunakan sebagai upaya dalam pencegahan osteoporosis.

Terdapat 2 jenis terapi hormon, meliputi:

  • Terapi Estrogen

Terapi ini biasanya akan diresepkan dalam dosis rendah dan dapat dikonsimsi dalam bentuk pil atau digunakan di kulit dalam bentuk patch.

Ini juga tersedia dalam bentuk krim, gel, dan spray.

  • Terapi Hormon Progestin

Perawatan ini juga disebut terapi kombinasi karena menggabungkan dosis estrogen dan progesteron.

Terapi hormon tersebut dapat meredakan ragam gejala, seperti:

Baca Juga: Cara Membersihkan Lidah Putih Pada Bayi dengan Benar

2. Terapi Non-Hormon

Meskipun terapi hormon merupakan metode yang sangat efektif untuk mengatasi gejala menopause dini.

Namun, pengobatan tersebut tidak dapat dilakukan oleh setiap wanita dengan menopause.

Maka dari itu, hadir perawatan non-hormonal yang bisa menjadi pilihan lainnya dalam mengatasi gejala yang dialami.

Terapi non-hormonal dapat dilakukan dengan merubah pola makan dan gaya hidup.

Melansir dari Cleveland Clinic, berikut beberapa terapi non-hormonal yang bisa dilakukan, yakni:

  • Diet

Merubah pola makan menjadi lebih sehat dapat membantu meringankan gejala yang dialami.

Selain itu, hindari mengonsumsi kafein dan makanan pedas karena dapat memicu hot flash.

Sebagai tambahan, konsumsilah makanan yang mengandung estrogen ke dalam menu harian.

Beberapa makanan berikut dapat Moms jadikan santapan yang menyehatkan, seperti kedelai, buah-buahan, dan sayuran.

  • Berolahraga

Wanita dengan menopause akan rentan mengalami insomnia atau susah tidur.

Berdasarkan penelitian di Journal for Life & Environment Research, menunjukkan bahwa olahraga dapat meningkatkan kualitas tidur tanpa menimbulkan efek samping.

Tidak perlu melakukan jenis olahraga yang berat, Moms bisa berolahraga dengan berjalan santai, yoga, hingga berenang.

  • Menghindari Pemicu Hot Flashes

Beberapa hal dalam kehidupan sehari-hari bisa menjadi pemicu terjadinya hot flashes.

Untuk membantu meringankan gejala yang Moms alami cobalah identifikasi pemicu sebelum mencobat mengatasinya.

Beberapa hal yang dapat menjadi pemicu hot flashes, seperti kamar tidur dengan suhu ruangan yang panas dan merokok.

Berat badan yang berlebih juga bisa menjadi salah satu faktor risikonya.

Baca Juga: Disleksia pada Anak: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

  • Penggunaan Obat-obatan

Obat seperti antidepresan dapat membantu mengelola gejala menopause seperti perubahan suasana hati dan hot flashes.

Krim untuk vagina juga tersedia dalam mengatasi kekeringan pada vagina.

Namun, sebelum mencoba pengobatan tersebut, sebaiknya melakukan konsultasi pada dokter terlebih dahulu.

Karena setiap orang memiliki gejala yang berbeda-beda, dalam menentukan penanganan yang tepat, dapat dilakukan dengan secara langsung mengunjungi dokter terkait.

Baca Juga: Ini Dia 12 Alat Bantu Sex Toys dan Cara Menggunakannya

Untuk Moms yang masih jauh dari waktu menopause dini, tak ada salahnya memahami bagaimana proses alami ini terjadi disertai tanda-tandanya dan cara mengatasi gangguan yang muncul.

Ini penting untuk diketahui agar Moms kelak lebih siap ketika menghadapinya.

  • https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21841-menopause
  • https://medlineplus.gov/menopause.html
  • https://www.webmd.com/menopause/guide/menopause-basics
  • https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/15245-hormone-therapy-for-menopause-symptoms
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6045928/
  • https://www.menopause.org/
  • https://www.optometrists.org/general-practice-optometry/guide-to-eye-conditions/dry-eye/what-is-dry-eye-syndrome/dry-eye-and-menopause/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.