Pandemi COVID-19 di Australia, Saya Ajak Anak Berdiskusi Demi Kesehatannya
Oleh Arie Meliala, ibu dari Darlene Bangun (2,5 tahun), tinggal di Croydon, New South Wales, Australia
Namanya juga perantau, tinggal di negeri orang, pasti ada suka dukanya, budayanya pun tentu berbeda dengan Indonesia. Apalagi di tengah pandemi virus corona (COVID-19) sekarang ini. Semua serba dibatasi.
Ada banyak kebiasaan kami yang tidak bisa dilakukan lagi seperti biasa. Harus berdiam diri di dalam rumah, memutar otak untuk merencanakan hal-hal baru agar tidak bosan, berbagai tugas, hingga rajin menjaga kebersihan diri, terutama sehabis dari luar rumah.
Inilah cerita kami selama melalui masa pandemi di Croydon, New South Wales, Australia.
Karena COVID-19 Kami Tidak Bisa Berwisata Lagi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Saya dan keluarga pindah ke Australia sejak Juni 2018 lalu. Saya dan suami membawa serta anak kami yang berusia 2,5 tahun. Suami saya di sini sedang melanjutkan kuliahnya dan saya tidak bekerja kantoran seperti ibu-ibu lain pada umumnya.
Kami memang tidak tinggal di Sydney, melainkan suburb Croydon di New South Wales, negara bagian Tenggara Australia. Meski begitu, Sydney merupakan salah satu tujuan wisata favorit saya dan keluarga.
Dulu sebelum isu COVID-19 membesar, kami hampir selalu jalan-jalan ke kota. Biasanya ini kami lakukan di hari Minggu. Kami senang berkendara dengan transportasi umum, karena hanya dengan AUD 2,7 (setara dengan Rp27.000), kami bisa menikmati semua transportasi umum tanpa harus membayar lebih lagi. Seru kan!
Sayangnya semenjak COVID-19 semakin meluas, kebiasaan ini harus kami pangkas dari kegiatan rutin kami. Tidak bisa pergi ke mana pun, hanya di rumah, dan sesekali jalan-jalan di sekitar kompleks rumah.
Baca Juga: Pandemi Covid-19, Ini yang Keluarga Kami Lewati di Negeri Jiran Malaysia
Tidak Ada Lagi Sapa Akrab dengan Teman
Foto: Dokumentasi Pribadi
Jika bertanya, apa perbedaan yang paling dirasakan saat keadaan normal dengan masa pandemi COVID-19 saat ini? Saya bisa bilang, mulai tercipta jarak dengan teman-teman dan orang-orang di sekitar saya, karena semuanya patuh melakukan social distancing.
Jika budaya jabat tangan dalam menyapa orang di Indonesia juga dihindari, di sini kami menghindari yang namanya berpelukan sebagai simbol saling menyapa. Sedikit berbeda memang dengan budaya Indonesia. Justru jika berjabat tangan, malah dinilai canggung.
Dan lagi orang-orang di sini jika berbicara, biasanya akan sangat dekat antara satu dan yang lain. Namun karena COVID-19, sekarang sudah tidak bisa. Karena mereka rata-rata mematuhi apa yang disampaikan oleh pemerintah dan otoritas setempat.
Himbauan dari pemerintah sendiri hampir sama dengan himbauan di negara-negara lain pada umumnya. Namun sejauh ini yang diberikan pemerintah seperti tetap sebisa mungkin beraktivitas di rumah saja, lalu tidak boleh ada keramaian atau kerumunan.
Kami sekeluarga yang biasanya setiap Minggu selalu ke gereja, sekarang sudah tidak bisa dan hanya melakukan ibadah di rumah. Termasuk teman-teman yang memeluk agama lainnya, semua sudah beribadah di rumah.
Lalu tempat umum yang penting, seperti supermarket, apotek, rumah sakit, semuanya buka untuk umum, tentunya dengan sistem keamanan yang lebih ditingkatkan.
Agar Tidak Bosan, Berbagai Cara Kami Coba
Foto: Dokumentasi Pribadi
Karantina mandiri adalah hal yang wajib semua orang lakukan. Ini pun menjadi tantangan baru bagi saya, suami, dengan anak kami. Harus bisa menjaga hubungan tetap harmonis, meski hampir selalu bersama 24 jam sehari adalah tujuan kami.
Hal pertama yang dilakukan, saya dan suami coba untuk mengatur kegiatan di rumah. Karena suami sedang libur kuliah, jadi kami harus memikirkan cara paling efektif supaya Darlene, anak kami, tidak bosan.
Jadi kami mencoba mengatur dengan membuat jadwal. Jadwal ini tentu mengatur kegiatan-kegiatan yang akan saya dan suami lakukan, seperti siapa yang menjaga anak, kapan masing-masing kami bisa melakukan kegiatan lain, waktu bermain bersama anak, dan sebagainya.
Satu yang pasti, suami saya setiap pagi masih belajar, jika sudah begitu, menjadi tanggung jawab sayang untuk menemani anak bermain.
Saya sendiri tetap menerapkan bermain outdoor dan indoor untuk anak. Kalau bermain outdoor biasanya pagi-pagi kami main di halaman rumah, baik itu cuma eksplor halaman, siram tanaman, atau keliling blok dekat rumah. Karena masih berusia 2,5 tahun, ia belum bisa jalan terlalu jauh juga.
Bermain outdoor anak juga biasanya dilakukan dengan bermain skuter, saya tinggal berjaga sambil jalan-jalan juga. Jadi menikmati sekeliling saja sebenarnya, namun tetap menjaga jarak dengan orang lain ya.
Keluarga kami juga membiasakan yang namanya morning tea time, kami lakukan bersama-sama dengan anak sambil saya menyiapkan makan siang.
Baca Juga: Saya Berjuang di Tengah Pandemi CoVID-19 dengan Kondisi Hamil Tua dan LDR dengan Suami
Jadwal Rutin yang Terpaksa Bergeser dan Berubah
Foto: Dokumentasi Pribadi
Karena Darlene sudah berusia 2,5 tahun, dia sudah mulai masuk Playgroup. Biasanya Senin dan Selasa ada Playgroup anak. Selama 1,5-2 jam anak-anak akan bermain bersama anak lainnya. Namun karena COVID-19, sekolah dibatalkan sejak empat minggu lalu. Dibatalkan pun secara mendadak, sebagai respon pada penyebaran virus corona yang semakin meluas.
Lalu biasanya Senin dan Selasa sore, ada kegiatan playdate seru dengan tetangga, dan tentu sekarang hal itu ditiadakan lagi-lagi karena COVID-19.
Sedangkan di hari Rabu adalah waktu saya dan suami membawa anak ke taman untuk bermain. Ia akan senang sekali jika sudah diajak ke taman, bisa bermain ayunan, main panjat-panjatan, berseluncur, dan mainan lainnya yang disediakan. Dari sini mungkin bisa ditebak, anak saya memang paling suka aktivitas di luar rumah.
Sedangkan Kamis akan jadi waktu berkumpul dengan teman-teman. Jumat adalah free time untuk kami. Sabtu tentunya family time dan Minggu waktu untuk pergi ke gereja.
Biasanya 2 minggu sekali kami akan berkunjung ke perpustakaan atau kolam renang. Sayangnya karena COVID-19 lagi, kolam renangnya tutup, sama halnya dengan perpustakaan. Tetapi saat ini kami juga menghindari yang namanya menggunakan transportasi umum.
Sebagian besar kegiatan kami lakukan dengan jalan kaki ke mana pun. Sekalian saya jadikan sebagai kesempatan berolahraga untuk saya sendiri juga bersama anak.
Ada satu hal yang benar-benar kami manfaatkan dengan baik di tengah pandemi ini, yaitu kegiatan toilet training untuk anak. Ini menjadi kegiatan tambahan kami saat ini di rumah, dan untungnya kemajuan anak kami itu sangat baik.
Karena sebagian besar waktu dihabiskan di rumah saja, sekarang Darlene sudah bisa melepas diaper-nya dan hanya memakainya saat akan tidur saja.
Ini menurut saya adalah salah satu sisi positif yang kami dapatkan dari banyak berdiam diri di rumah, bisa melatih anak dengan sangat baik.
Ajak Anak Berdiskusi Demi Kesehatannya
Foto: Dokumentasi Pribadi
Kesehatan keluarga juga tentu jangan sampai terabaikan. Cara menjaga kesehatan yang paling banyak kami lakukan adalah dengan mencuci tangan sesering mungkin. Tentunya dengan sabun ya dan tidak menggunakan hand sanitizer.
Misalnya sehabis melakukan aktivitas di luar, seperti jalan-jalan berdua dengan teman, hal pertama yang akan saya lakukan begitu sampai rumah adalah langsung berganti pakaian.
Jadi sebisa mungkin tidak membawa virus atau bakteri ke dalam rumah. Jadi demi menjaga semuanya, kami biasakan semua hal tersebut.
Saya dan suami sendiri juga mengajarkan hal tersebut ke Darlene. Kami seperti mengajaknya berdiskusi, menjelaskan jika habis dari luar, harus langsung mencuci tangan begitu sampai di rumah.
Tentu saja kami tidak melarangnya memegang sesuatu. Boleh memegang rumput, tanaman dan benda lainnya saat ia bermain di luar, tetapi setelah itu minimal harus cuci tangan, atau cara lainnya dengan mandi.
Tapi yang namanya anak 2,5 tahun kan tidak mungkin ya langsung mengerti dan melakukan semuanya dengan baik. Jadi trik saya adalah dengan mengingatkannya terus-menerus sampai itu menjadi kebiasaannya.
Akhirnya ia pun seperti mulai terbiasa dan mengerti sendiri jika ada yang terlewatkan. Saya juga mengajarinya langsung bagaimana mencuci tangan yang baik dan benar.
Kemudian biasanya jika ada mainan yang dibawa keluar, saya juga langsung cuci dan jemur mainannya agar virus atau bakterinya mati. Termasuk karpet atau alas main yang habis digunakan anak.
Namun semakin membesarnya isu virus ini, kita juga jadi khawatir sedikit, dan akhirnya memutuskan untuk langsung mencuci semua mainannya. Sehingga setidaknya semua benda yang ada di dalam rumah sudah aman.
Untuk penggunaan masker, kami menggunakan masker ketika bepergian ke tempat umum, seperti saat belanja misalnya.
Baca Juga: Saya Sukses Hamil Alami, setelah 7 Tahun Menunggu dan Hampir Inseminasi
Tips Agar Anak Tidak Bosan
Foto: Dokumentasi Pribadi
Tentu saya harus menjadi kreatif ya jika membicarakan cara agar anak tidak bosan. Strategi saya dengan mengubah posisi bermain anak.
Jadi saya ubah sedikit biar fresh, biar nggak gitu-gitu aja. Saya bikin ruang bermain di ruang lainnya dengan mainan-mainan yang berbeda. Lalu sebagian mainan yang jarang dipakai, akan saya simpan dulu.
Baru beberapa waktu kemudian, mainan yang sudah agak lama ia mainkan, saya ganti. Jadi seperti ia bermain mainan baru, padahal hanya diganti dengan mainan yang jarang ia mainkan saja.
Strategi lainnya dengan melibatkan anak dalam segala hal yang kita kerjakan, misalnya saat bersih-bersih rumah, saat bercocok tanam, siram tanaman, dan sebagainya. Jadi anak tidak akan bosan, dan pekerjaan rumah juga tidak akan terganggu.
Sering juga mengajak anak dancing dengan lagu anak-anak, atau sekedar jumping di tempat tidur. Ajak anak baca buku juga jadi salah satu tips menarik. Saya juga memang membiasakan anak untuk tidak melakukan screening terlalu banyak.
Jadi sebenarnya berusaha untuk tenang saja dan tidak panik, biar anak enggak ikut panik. Karena percaya atau tidak, jika orang tua panik, anak pun bisa merasakannya.
Tetap Berkegiatan Positif dan Meminta Pertolongan Tuhan
Foto: Dokumentasi Pribadi
Untuk para Moms dan keluarga di luar sana yang juga sedang karantina mandiri, cobalah untuk melakukan hal positif bersama, bercanda, cerita, dance, nyanyi, baca buku, dengan anak terutama.
Jangan abaikan anak selama di rumah, tapi ajak mereka untuk melakukan kegiatan bersama. Pasti banyak yang bisa dilakukan, anak-anak biasanya suka eksplor dan bermain apa saja.
Agar tidak stres, penting juga bagi kita untuk mengisi pikiran dengan hal lain, selain informasi virus corona. Misalnya dengan baca buku, Alkitab, berdoa, dan yang lainnya. Kita membutuhkan pertolongan Tuhan setiap saat. He is in control and he is working. We need to trust him.
Terpenting juga, selalu siapkan food emergency pack. Kita tidak tahu kondisi ke depan, jadi baik kalau ada makanan yang tahan lama dan bisa kita pakai di saat mendesak. Kalau belum mendesak, jangan disentuh. Misalnya, biskuit, susu, oats, sayur/buah/lauk kaleng, beras, juice, dan sebagainya.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.