Penyakit Kusta: Gejala, Jenis, hingga Pengobatannya
Ada banyak penyakit yang akan menyerang kulit saat ini, mulai dari yang biasa hingga level kronis yang membutuhkan pengobatan serius. Salah satunya adalah penyakit kusta.
Terlihat seperti penyakit kulit pada umumnya, tetapi jangan sampai terkecoh, Moms.
Penyakit kusta ini jadi mengkhawatirkan karena bisa menyerang jaringan saraf di sekitarnya.
Ini sempat menjadi penyakit endemik yang menyerang sebagian manusia di beberapa negara pada zaman dulu.
Terlepas dari itu, saat ini pun masih dijumpai di Indonesia pada sejumlah wilayah.
Pencegahan bisa dilakukan agar kita tak memiliki penyakit mematikan satu ini, Moms.
Mari ketahui bersama gejala serta cara penularan kusta antar manusia ini.
Apa Itu Kusta?
Foto: Orami Photo Stocks
Menurut World Health Organization (WHO), kusta adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae.
Penyakit ini biasanya dapat menyerang kulit, saraf tepi, permukaan mukosa saluran pernapasan bagian atas, dan juga mata.
Penyakit dengan nama lain Hansen ini juga dapat menyerang semua usia, mulai dari bayi, anak usia dini, hingga usia sangat tua.
Kusta kemungkinan besar ditularkan melalui tetesan air atau droplet dari hidung dan mulut selama kontak dekat dan sering dengan pasien.
"Masa inkubasi kusta bisa 20 tahun ke depan, artinya gejala bisa tak terprediksi pada awalnya," terang dr. Kardiana Purnama Dewi, Sp.KK Dokter Spesialis Kulit & Kelamin RS Pondok Indah - Puri Indah.
Selain itu, kusta juga merupakan salah satu penyakit tertua yang tercatat dalam sejarah.
Referensi tertulis pertama yang diketahui tentang kusta berasal dari sekitar 600 tahun sebelum masehi, dikutip Egyptian Journal of Chest Diseases and Tuberculosis.
Penyakit kusta dapat dengan mudah ditemui di banyak negara, terutama negara yang beriklim tropis atau subtropis.
Namun, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan bahwa hanya terjadi 150 hingga 250 kasus baru yang didiagnosis di Amerika Serikat setiap tahunnya.
Baca Juga: Dari yang Mudah Disembuhkan hingga Mengancam Jiwa, Ketahui Jenis-jenis Penyakit Kulit
Jenis-Jenis Kusta
Foto: Orami Photo Stocks
Moms juga perlu tahu jenis-jenis kusta ini sebagai pencegahan penularan kusta ke tahap lebih kronis.
Ada tiga sistem klasifikasi kusta, yakni:
1. Kusta Tuberkuloid, Lepromatosa, dan Borderline
Ada 3 jenis kusta yakni tuberkuloid, lepromatous, dan borderline.
Respon imun seseorang terhadap penyakit menentukan jenis kusta yang diderita.
Pada kusta tuberkuloid, respon imunnya baik. Seseorang dengan jenis infeksi ini hanya menunjukkan sedikit luka pada kulit. Penyakit ini ringan dan cara penularan kusta cukup rendah.
Pada kusta lepromatosa, respon imunnya buruk. Jenis ini juga mempengaruhi kulit, saraf, dan organ lainnya.
Ada luka yang meluas, termasuk nodul (benjolan dan benjolan besar). Bentuk penyakit ini lebih mudah menular.
Pada kusta borderline terdapat gambaran klinis kusta tuberkuloid dan lepromatosa. Jenis ini dianggap berada di antara dua jenis kusta lainnya.
2. Klasifikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
World Health Organization (WHO) mengategorikan penyakit ini berdasarkan jenis dan jumlah area kulit yang terkena:
- Jenis paucibacillary: terdapat 5 luka atau kurang, dan tidak ada bakteri yang terdeteksi pada sampel kulit.
- Jenis multibasiler: terdaapat luka atau lebih dan bakteri terdeteksi di lapisan kulit, atau keduanya.
3. Klasifikasi Ridley-Jopling
Adapun jenis kusta lainnya berdasarkan studi klinis menggunakan sistem Ridley-Jopling. Ini memiliki 5 klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan gejala, antara lain:
- Kusta tuberkuloid: Gejalanya memiliki beberapa luka datar dan mati rasa. Ini dapat sembuh dengan sendirinya, bertahan, atau dapat berkembang menjadi bentuk yang lebih parah.
- Kusta tuberkuloid garis batas: Gejalanya luka mirip dengan tuberkuloid tetapi lebih banyak, lebih banyak mengalami masalah saraf. Ini dapat bertahan, kembali ke tuberkuloid, atau berkembang ke bentuk lain.
- Kusta batas tengah: Gejalanya terlihat seperti plak kemerahan, mati rasa sedang, kelenjar getah bening membengkak, lebih banyak mengalami masalah saraf. Ini bisa berkurang, bertahan, atau berkembang ke bentuk lain.
- Kusta lepromatosa borderlin: Gejalanya akan menimbulkan banyak luka termasuk luka datar, timbul benjolan, plak, dan nodul yang lebih mati rasa. Ini dapat bertahan, berkurang, atau berkembang.
- Kusta lepromatos: Gejalanya banyak luka dengan bakteri, rambut rontok, muncul masalah saraf yang lebih parah dengan penebalan saraf tepi, kelemahan anggota tubuh, penodaan tidak berkurang.
Baca Juga: Campak pada Anak, Ketahui Gejala, Penyebab, Cara Mengatasi, dan Pantangannya
Selain itu, beberapa dokter menggunakan klasifikasi yang lebih sederhana seperti ini:
- Single lesion paucibacillary (SLPB): terdapat 1 lesi pada kulit
- Paucibacillary (PB): terdapat 2 sampai 5 luka pada kulit
- Multibacillary (MB): terdapat 6 atau lebih pada kulit
Perlu pemeriksaan dokter untuk tahu jenis kusta yang diderita masuk ke dalam klafisikasi dan jenis apa ya, Moms.
Gejala Penyakit Kusta
Foto: Orami Photo Stocks
Gejala pada kusta bisa tampak beberapa tahun setelah penularan.
"Pada awalnya, bisa merupakan kelainan kulit tetapi juga bisa mempengaruhi saraf di area yang terdampak," terang dr. Dewi.
Beberapa hal yang harus diwaspadai adalah bila timbul gejala kusta. Beberapa ciri-ciri kusta awal, yaitu:
- Muncul bercak warna putih di beberapa bagian kulit
- Otot yang melemah
- Mati rasa di tangan, lengan, kaki, dan tungkai
- Ada kulit yang meradang
Luka pada kulit akan menyebabkan penurunan sensasi saat disentuh, suhu yang berubah, atau terasa nyeri pada orang-orang yang tidak sembuh, bahkan setelah beberapa minggu.
Warnanya juga terlihat lebih cerah dari warna kulit normal atau mungkin berubah menjadi memerah karena peradangan.
Gejala-gejala ini mungkin saja tidak muncul selama 20 tahun.
Namun, bila kusta terlambat terdeteksi biasanya akan menimbulkan komplikasi ke beberapa penyakit kronis lainnya. Misalnya:
- Rambut rontok, terutama di bagian alis dan bulu mata
- Kerusakan saraf permanen yang terjadi di lengan dan tungkai
- Ketidakmampuan menggunakan tangan dan kaki
- Hidung tersumbat kronis, mimisan, dan kolapsnya septum hidung
- Iritis, yaitu peradangan pada iris mata
- Glaukoma, yaitu penyakit mata yang menyebabkan kerusakan pada saraf optik
- Kebutaan
- Disfungsi ereksi (DE)
- Infertilitas yang biasanya terjadi para pria
- Gagal ginjal
- Kerusakan wajah, termasuk pembengkakan permanen dan adanya benjolan
- Kelemahan otot yang menyebabkan tangan seperti cakar atau tidak bisa melenturkan kaki
- Kerusakan permanen pada saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang, termasuk di bagian lengan, tungkai, dan kaki
Baca Juga: Apa Perbedaan Kadas, Kurap, Kudis, dan Panu? Jangan Tertukar ya!
Jika seseorang mengalami kerusakan saraf terkait kusta, orang tersebut mungkin tidak merasa sakit saat terkena luka, luka bakar, atau cedera lain di tangan, tungkai, atau kaki.
Cara Penularan Kusta
Foto: nininternational.org
Cara penularan kusta diperkirakan dapat menyebar melalui kontak dengan air liur atau dahak orang yang terinfeksi.
Ini biasanya terjadi ketika seorang penderita kusta bersin atau batuk.
"Penyakit ini tidak menular secara cepat, melainkan perlu waktu yang lama dan kontak sangat erat," tutur dr. Dewi.
Berikut beberapa cara penularan kusta yang sering terjadi.
1. Kontak Erat dan Lama
Kontak dekat dan berulang dengan orang kusta yang tidak diobati dalam waktu lama dapat menyebabkan seseorang tertular.
Bakteri Mycobacterium leprae adalah bakteri yang menyebabkan kusta.
Bakteri ini berkembang biak dengan sangat lambat. Penyakit ini memiliki masa inkubasi rata-rata atau waktu antara infeksi dan munculnya gejala pertama selama 5 tahun, menurut World Health Organization (WHO).
2. Batuk dan Bersin
Dilansir New England Journal of Medicine , seorang ahli asli Amerika Serikat bagian selatan Meksiko memaparkan ini juga dapat membawa penyakit dan menularkannya ke manusia.
Tidak jelas persis bagaimana penularan kista melalui apa.
Namun biasanya, ketika penderita kusta batuk atau bersin, mereka dapat menyebarkan tetesan yang mengandung bakteri Mycobacterium leprae yang juga dapat dihirup oleh orang lain dan menjadi media penularan.
3. Bukan Melalui Kontak Fisik Singkat
Kontak fisik yang dekat dengan orang yang terinfeksi diperlukan untuk menularkan kusta.
Ini tidak menyebar melalui kontak biasa dengan orang yang terinfeksi, seperti berjabat tangan, berpelukan, atau duduk di samping mereka di bus atau di meja saat makan.
Namun, ibu hamil penderita kusta tidak dapat menularkannya kepada bayinya yang belum lahir. Itu juga tidak ditularkan melalui kontak seksual.
Cara pencegahan penularan kusta yang paling aman adalah dengan tidak melakukan kontak langsung dan lama dengan penderita kusta, apalagi yang tidak diobati.
Baca Juga: 7+ Penyakit Kulit Bayi yang Perlu Diwaspadai, Wajib Tahu!
Cara Mendiagnosis Kusta
Foto: istockphoto.com
Jika seseorang mengalami masalah kulit yang mungkin disebabkan oleh kusta, dokter akan mengambil sedikit sampel dan mengirimkannya ke laboratorium untuk diperiksa.
Hal ini disebut juga dengan biopsi kulit. Dokter juga mungkin akan melakukan tes noda pada kulit.
Jika seseorang menderita kusta paucibacillary, tidak akan ada bakteri dalam hasil tesnya.
Namun, jika orang tersebut menderita kusta multibasiler, pasti ada bakteri dalam sampel tersebut.
Seseorang juga mungkin memerlukan tes kulit lepromin untuk melihat jenis kusta yang diderita.
Untuk tes ini, dokter biasanya akan menyuntikkan sejumlah kecil bakteri penyebab kusta tidak aktif tepat di bawah kulit lengan bawah.
Dokter juga akan memeriksa lokasi kulit yang menjadi tempat suntikan 3 hari setelah penyuntikan dan kemudian lagi 28 hari setelah itu.
Ini dilakukan untuk melihat apakah ada reaksi setelah penyuntikan.
Jika memiliki reaksi, seseorang kemungkinan menderita kusta tuberkuloid atau tuberkuloid batas.
Orang yang tidak menderita kusta atau orang yang menderita kusta kusta tidak akan bereaksi terhadap tes ini.
Baca Juga: 9 Infeksi dan Penyakit Kulit pada Anak yang Umum Terjadi, Wajib Tahu!
Cara Mengobati Kusta
Foto: Orami Photo Stocks
Penyakit kusta sebenarnya bisa disembuhkan apabila diketahui gejalanya semakin dini.
Dalam 2 dekade terakhir, 16 juta penderita kusta telah sembuh. World Health Organization (WHO) pun telah mengembangkan Multi-Drug Therapy (MTD) pada 1995 sebagai cara mengobati semua jenis kusta.
Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan, seperti:
1. Pengobatan Antibiotik
Pengobatan kusta bervariasi, salah satunya dengan pengobatan antibiotik oleh dokter. Tentunya ini gratis diberikan oleh pemerintah. Tak hanya itu, pengobatan ini tersedia gratis di seluruh dunia.
Selain itu, beberapa antibiotik juga dapat mengobati kusta dengan cara membunuh bakteri penyebabnya. Antibiotik ini meliputi:
- Dapson (Aczone)
- Rifampisin (Rifadin)
- Clofazimine (Lamprene)
- Minocycline (Minocin)
- Ofloxacin (Ocuflux)
Namun, tentu saja perlu berkonsultasi dengan dokter untuk pengobatan yang tepat.
Sebab, dokter kemungkinan akan meresepkan lebih dari 1 antibiotik pada saat yang bersamaan.
Dokter mungkin juga meresepkan obat antiradang seperti aspirin (Bayer), prednison (Rayos), atau thalidomide (Thalomid).
2. Multidrug Therapy
Foto: Orami Photo Stocks
"Pengobatan kusta akan berlangsung selama berbulan-bulan dan mungkin hingga 1 hingga 2 tahun, tergantung pada jenis kusta yang dialami oleh seseorang," tambah dr. Dewi.
Dokter mungkin akan merekomendasikan pengobatan jangka panjang, biasanya selama 6 bulan sampai 1 tahun.
Jika seseorang memiliki gejala kusta yang parah, orang tersebut mungkin perlu minum antibiotik lebih lama.
Antibiotik tidak dapat mengobati kerusakan saraf akibat kusta. Terapi multidrug therapy (MDT) adalah pengobatan umum untuk kusta yang menggabungkan antibiotik.
Itu berarti seseorang akan minum 2 atau lebih obat, sering kali diselingi dengan antibiotik, misalnya:
- Kusta paucibacillary: Dokter akan meminta penderita kusta dengan meminum 2 antibiotik, seperti dapson setiap hari dan rifampisin sebulan sekali.
- Kusta multibasiler: Dokter akan meminta penderita kusta untuk meminum antibiotik clofazimine dosis harian selain dapson harian dan rifampisin bulanan.
Baca Juga: Patuhi 7 Pantangan Cacar Air Ini Agar Cepat Sembuh
Seseorang akan menjalani terapi multidrug selama 1-2 tahun, dan kemudian orang tersebut akan sembuh.
3. Obat Antiradang
Penderita kusta juga dapat mengonsumsi obat antiradang untuk mengontrol nyeri saraf dan kerusakan yang terkait dengan kusta.
Ini bisa termasuk obat steroid, seperti prednison. Dokter juga terkadang mengobati kusta dengan thalidomide, salah satu obat ampuh yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh.
Ini juga membantu mengobati benjolan pada kulit penderita kusta.
Namun, thalidomide juga diketahui dapat menyebabkan cacat lahir yang parah dan mengancam jiwa.
Jangan pernah meminumnya jika sedang hamil atau berencana untuk hamil.
4. Menjaga Imunitas Diri
Foto: Orami Photo Stocks
Dalam pencegahan penularan kusta, salah satu cara yang terpenting dilakukan yakni dengan pola hidup sehat.
Pola hidup sehat yang di sini artinya makan makanan bergizi serta rutin berolahraga.
Tubuh yang aktif bergerak akan meningkatkan imunitas dalam diri.
Mengutip Medlineplus, ada beberapa manfaat dari berolahraga untuk meningkatkan imunitas, seperti:
- Berolahraga dapat membantu mengeluarkan bakteri dari paru-paru dan saluran udara.
- Olahraga menyebabkan perubahan antibodi dan sel darah putih.
- Kenaikan suhu tubuh yang singkat setelah berolahraga dapat mencegah pertumbuhan bakteri.
- Olahraga memperlambat pelepasan hormon stres.
"Daya tahan tubuh harus dijaga dengan baik untuk mencegah masuknya bakteri dalam tubuh," terang dr. Dewi.
Baca Juga: Gejala dan Pengobatan Penyakit Kurap pada Bayi
5. Sirkulasi Udara yang Baik
Moms, cara mengatasi dan pencegahan penularan kusta ini mungkin sering terlewatkan.
Mengatur ventilasi rumah dengan baik salah satu upaya yang penting untuk dilakukan, lho.
Pastikan untuk selalu membuka jendela dan pintu rumah agar tersikulasi dengan baik.
Apabila sirkulasi udara dikontrol dengan baik, bakteri dan virus akan semakin kecil risikonya untuk 'hidup' di sekitar kita.
"Orang kena kusta tidak bisa sembuh total dan gejala bisa timbul lagi secara tiba-tiba di kemudian hari," tutup dr. Dewi.
Jika gejala awal kusta dapat ditangani dengan baik, kemungkinan waktu pengobatannya pun akan lebih pendek.
Oleh karena itu, selalu konsultasi kepada dokter jika terlihat ada gejala kusta untuk mendapatkan penanganan dengan segera.
- https://www.who.int/health-topics/leprosy#tab=tab_1
- Egyptian Journal of Chest Diseases and Tuberculosis
- https://www.cdc.gov/leprosy/about/about.html
- https://doaj.org/toc/2090-9950?source=%7B%22query%22%3A%7B%22filtered%22%3A%7B%22filter%22%3A%7B%22bool%22%3A%7B%22must%22%3A%5B%7B%22terms%22%3A%7B%22index.issn.exact%22%3A%5B%220422-7638%22%2C%222090-9950%22%5D%7D%7D%5D%7D%7D%2C%22query%22%3A%7B%22match_all%22%3A%7B%7D%7D%7D%7D%2C%22size%22%3A100%2C%22sort%22%3A%5B%7B%22created_date%22%3A%7B%22order%22%3A%22desc%22%7D%7D%5D%2C%22_source%22%3A%7B%7D%7D
- https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/leprosy
- http://doi.org/10.1056/NEJMoa1010536
- http://www.who.int/lep/classification
- https://www.who.int/lep/mdt/en/
- https://medlineplus.gov/ency/article/007165.htm
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.