4 Penyebab Anak Autis, Tidak Selalu Faktor Genetik
Jika Moms memiliki anak dengan autisme, Moms pasti kerap bertanya-tanya apa yang menjadi penyebab anak autis?
Bukanlah hal yang mudah untuk mengetahui apakah anak mengidap autisme atau tidak.
Apalagi jika tidak ada riwayat keluarga yang mengalami autisme.
Lantas sebenarnya apa penyebab anak autis?
Simak beberapa informasi penting mengenai anak autisme mulai dari pengertian, penyebab hingga cara penangannya di sini, ya Moms.
Baca Juga: Behel Transparan: Kelebihan, Kekurangan, dan Prosedur Pemasangannya
Apa Itu Autisme?
Dikutip dari situs Centers for Disease Control and Prevention (CDC), autisme merupakan gangguan perkembangan yang mempengaruhi fungsi sosial, komunikasi, dan cara berperilaku seseorang.
Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah berbagai gangguan perkembangan saraf yang sebagian besar ditandai dengan gangguan fungsi sosial dan masalah komunikasi.
Terdapat berbagai gejala dari anak autisme, seperti fokus yang intens pada satu item, tidak responsif, kurang memahami isyarat sosial, gerakan berulang, dan lainnya.
Penting untuk dicatat bahwa autisme pada anak dapat sangat bervariasi dalam tingkat fungsinya.
Tidak semua orang dengan ASD akan mengalami semua gejala yang terdaftar.
Hal ini juga menyebabkan tingkat keparahan gejala sangat bervariasi pada setiap orang.
Baca Juga: Catat! Ini 7 Rekomendasi Tempat Terapi Anak Autisme di Jabodetabek
Penyebab Anak Autis
Lalu sebenarnya, apa penyebab anak autis? Simak penjelasannya di bawah ini.
1. Genetik
Penyebab anak autis yang pertama adalah adanya faktor genetik.
Pengaruh genetik dapat diturunkan dan keluarga dengan anak autisme memiliki peluang lebih tinggi untuk memiliki anak autisme lagi.
Namun tidak serta-merta faktor genetik yang menjadi penyebab anak autis. Terdapat faktor lingkungan juga yang berperan dalam prosesnya.
Kelainan genetik yang menjadi penyebab anak autis dikarenakan adanya faktor metabolik dan biokimia yang menyebabkan adanya gangguan pada spektrum autisme.
Diterangkan oleh CDC, anak yang memiliki adik atau kakak yang mengidap autisme, berisiko mengalami kasus yang sama.
Tetapi pengaruh genetik juga bisa terjadi secara spontan.
Jadi, bagi beberapa keluarga, autisme tampaknya 'diturunkan dalam keluarga', tetapi bagi yang lain, autisme muncul begitu saja.
2. Paparan Pestisida
Faktor pestisida yang tinggi juga dapat faktor lain yang menjadi penyebab anak autis.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya paparan pestisida yang tinggi dapat berisiko membuat seseorang mengidap autisme.
Paparan pestisida dapat mempengaruhi fungsi gen dalam sistem saraf pusat dan dapat berdampak pada seseorang yang memiliki bakat autisme.
Baca Juga: Sinopsis Angel Kami Semua Punya Mimpi, soal Anak Autisme
3. Obat-obatan
Penyebab anak autis tidak hanya dari faktor genetik saja, namun obat-obatan yang dikonsumsi ibu hamil dapat berpengaruh pada janin.
Mengonsumsi obat yang mengandung valproic acid dan thalidomide saat hamil dapat meningkatkan risiko anak mengidap autisme di kemudian hari.
Kandungan thalidomide dahulu digunakan sebagai obat untuk mengurangi rasa mual di pagi hari, insomnia, dan kecemasan.
Hingga akhirnya, obat jenis ini ditarik dari pasar setelah dikaitkan dengan cacat lahir anak.
Jadi, alangkah lebih baik untuk konsultasikan kepada dokter kandungan terkait penggunaan obat selama kehamilan.
4. Umur Orang Tua
Ternyata faktor usia orang tua dapat menjadi penyebab anak autis lainnya.
Para peneliti menemukan bahwa ibu yang melahirkan anak dalam usia di atas 40 tahun memiliki risiko 50% lebih kuat memiliki anak dengan autisme.
Hal ini dipengaruhi oleh kualitas sperma dan sel telur orang tua yang dapat berpengaruh pada genetis anak.
Baca Juga: 3 Pilihan Kegiatan untuk Anak Autisme, Bisa Jadi Favorit Buah Hati
Pengobatan Autisme pada Anak
Jenis perawatan yang diterima anak untuk gangguan spektrum autisme bergantung pada kebutuhan pribadinya.
Ini karena ASD adalah gangguan spektrum dan setiap anak yang mengidapnya itu unik, ada berbagai perawatan yang bisa dilakukan.
Perawatan autisme pada anak bisa mencakup berbagai jenis terapi untuk meningkatkan kemampuan bicara dan perilaku.
Terkadang obat-obatan juga akan diberikan yang terkait dengan autisme.
1. Perawatan Perilaku dan Komunikasi
Ada beberapa perawatan perilaku untuk autisme pada anak. Moms bisa melihat penjelasannya lebih lanjut di bawah ini.
- Applied Behavior Analysis (ABA)
ABA sering digunakan di sekolah dan klinik untuk membantu anak mempelajari perilaku positif dan mengurangi perilaku negatif.
Pendekatan ini dapat digunakan untuk meningkatkan berbagai macam keterampilan, dan terdapat tipe yang berbeda untuk situasi yang berbeda.
- Developmental, Individual Differences, Relationship-Based Approach (DIR)
Perawatan semacam ini lebih dikenal dengan Floortime.
Hal ini dikarenakan Moms harus duduk bersama anak untuk bermain dan melakukan aktivitas yang disukainya.
Ini dimaksudkan untuk mendukung pertumbuhan emosional dan intelektual dengan membantunya mempelajari keterampilan seputar komunikasi dan emosi.
- Treatment and Education of Autistic and Related Communication-handicapped Children (TEACCH)
Jenis perawatan pada anak autisme ini menggunakan isyarat visual seperti kartu bergambar untuk membantu anak Moms mempelajari keterampilan sehari-hari seperti berpakaian.
Informasi dipecah menjadi langkah-langkah kecil sehingga dia dapat mempelajarinya dengan lebih mudah.
- The Picture Exchange Communication System (PECS)
Ini adalah terapi berbasis visual lainnya, umumnya menggunakan simbol, bukan kartu bergambar.
Anak Moms akan belajar mengajukan pertanyaan dan berkomunikasi melalui simbol khusus.
- Occupational Therapy
Jenis perawatan ini membantu anak mempelajari keterampilan hidup seperti memberi makan dan berpakaian sendiri, mandi, dan memahami cara berhubungan dengan orang lain.
Keterampilan yang ia pelajari dimaksudkan untuk membantunya hidup mandiri sebisa mungkin.
Baca Juga: 4 Penyebab Anak Sulit Fokus Belajar, Segera Atasi, Yuk!
- Sensory Integration Therapy
Jika Si Kecil mudah marah terhadap hal-hal seperti cahaya terang, suara tertentu, atau perasaan disentuh, terapi ini dapat membantunya belajar menghadapi informasi sensorik semacam itu.
2. Menggunakan Obat-obatan
Tidak ada obat untuk gangguan spektrum autisme, dan saat ini tidak ada obat untuk mengobatinya.
Tetapi beberapa obat dapat membantu dengan gejala terkait seperti:
- Depresi
- Kejang
- Insomnia
- Masalah fokus
Penelitian telah menunjukkan bahwa pengobatan paling efektif jika dikombinasikan dengan terapi perilaku.
Risperidone (Risperdal) adalah satu-satunya obat yang disetujui oleh Food Drug and Administration (FDA) untuk anak-anak dengan gangguan spektrum autisme.
Ini dapat diresepkan untuk anak-anak berusia antara 5 dan 16 tahun untuk membantu mengatasi iritabilitas.
Beberapa dokter akan meresepkan obat lain, termasuk:
- Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)
- Obat anticemas
Namun, obat anticemas tidak disetujui FDA untuk gangguan spektrum autisme.
Ada baiknya Moms bicarakan dengan dokter anak tentang apakah ada obat yang dapat mengatasi gejalanya.
3. Memenuhi Nutrisi untuk Anak
Para ahli tidak merekomendasikan diet khusus untuk anak-anak dengan gangguan spektrum autisme, tetapi mendapatkan nutrisi yang tepat itu penting.
Terkadang anak-anak dengan ASD membatasi makanan mereka atau orang tua mencoba menghilangkan hal-hal seperti gluten untuk melihat apakah itu membantu gejala membaik.
Anak-anak dengan gangguan spektrum autisme cenderung memiliki tulang yang lebih tipis dibandingkan anak-anak tanpa gangguan spektrum autisme.
Jadi makanan pembangun tulang itu penting.
Moms mungkin ingin bekerja dengan ahli gizi atau ahli diet terdaftar untuk membuat rencana makan yang sehat.
Baca Juga: 3 Tips Traveling dengan Anak Autisme Menaiki Pesawat
Itulah beberapa penyebab anak autis yang dapat Moms ketahui.
Konsultasikan dengan dokter terkait untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, ya!
- https://www.cdc.gov/ncbddd/autism/facts.html
- https://www.webmd.com/brain/autism/therapies-to-help-with-autism
- https://www.niehs.nih.gov/health/topics/conditions/autism/index.cfm
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.