Penyebab Suami Tidak Aktif dalam Mengurus Anak
Sebagai pasangan yang sudah menikah, kehadiran anak menjadi sebuah anugerah yang tidak ternilai harganya. Mulai dari penantian anak dalam kandungan hingga lahir ke dunia menjadi kebahagiaan tersendiri. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa menjadi seorang Ayah dan Ibu bukan perkara yang mudah.
Sejak dulu, sudah menjadi anggapan tak tertulis bahwa seorang Ayah bertugas mencari nafkah untuk keluarganya dan seorang Ibu mengambil peranan yang besar dalam mengasuh anak dan mengurus rumah tangga. Padahal sebenarnya, anak harus mendapatkan pengasuhan yang seimbang dari orang tuanya.
Ibu menjadi tempat anak merasa aman dan nyaman serta membentuk karakter anak sejak dini yang sudah dipupuk bahkan ketika masih bayi. Ayah menjadi tempat anak untuk belajar kedisiplinan, keberanian, dan dapat memengaruhi kesuksesan anak di masa yang akan mendatang. Untuk itu, seharusnya orang tua harus bekerja sama dalam mengasuh anak selama masa pertumbuhannya.
Baca Juga: 4 Tips Agar Suami Mau Bergantian Mengasuh Bayi yang Baru Lahir
Namun, bagaimana jika kasusnya seorang Ayah tidak terlibat aktif dalam mengurus anak? Hal ini bukan langsung menandakan ia tidak menyayangi anaknya melainkan ada penyebab lain yang harus dilihat secara mendalam ya Moms.
Seorang konselor dan juga inisiator dari #Startuplokal Community akan memberikan pendapatnya pada bincang-bincang melalui Kulwap Orami Community, Kamis (7/2) lalu. Hal terpenting yang harus disadari adalah setiap individu mempunyai latar belakang yang berbeda dan itu memengaruhi pola perilakunya dalam berumah tangga.
Pengaruh Pola Asuhan Orangtua
Foto: shutterstock
Ketika suami tidak aktif dalam mengurus anaknya, maka Moms harus melihat dari pola asuh yang diberikan dulu dari orang tuanya. Ketika ia dibesarkan dalam keluarga dengan sistem patriarki di mana laki-laki harus serba dilayani, maka tak mengherankan kalau ia tidak aktif dalam peran mengurus anak.
“Moms harus mengetahui dulu tentang kebiasaan dari keluarga asalnya, apakah seorang Ayah aktif terlibat dalam pengasuhan atau hanya menyerahkan semua kepada Ibu saja,” ujar Nuniek.
Jika sudah mengetahui akar persoalannya, maka rasanya tidak adil jika saat itu juga meminta suami untuk berubah seratus persen seperti yang kita inginkan. Butuh waktu secara perlahan untuk mengubah kebiasaan tersebut dengan meminta suami berubah dan menjadi lebih aktif dalam mengurus anak.
Baca Juga: Cara Merawat Bayi Baru Lahir
Mengelola Ekspektasi
Foto: goodhousekeeping
Hal ini penting dilakukan agar tidak menjadi kecewa pada akhirnya. Setelah itu, baru bisa belajar mengungkapkan persoalan tersebut kepada suami. Ketika keadaan tidak bisa berubah seperti yang diinginkan, maka yang harus dilakukan adalah berubah menjadi pasangan yang kita inginkan.
“Katakan kepada suami untuk break the chain, artinya mengubah suatu kebiasaan yang ada menjadi suatu kebiasaan baru yang lebih baik lagi. Kita tidak bisa memaksa suami berubah begitu saja. Hal yang harus dilakukan adalah mengubah ekspektasi dan pendekatan kepada suami. Setelah itu, pasti akan terasa perubahannya nanti,” ujar Nuniek.
Baca Juga: Ini Cara Kompak Mendidik Si Kecil Bersama Suami
Setelah memberikan pendekatan pada suami, maka Moms bisa menunjukkan peranan-peranan ayah dalam mengurus anak. Berikan bukti bahwa anak juga membutuhkan sosok ayah dalam pengasuhannya. Dengan begitu, suami akan menyadari betapa penting dan berharganya dia untuk anaknya. Tetap sabar dan selamat mencoba ya Moms!
(DG/IRN)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.