03 Februari 2022

Peritonitis: Pengertian, Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi

Kehilangan nyawa bisa menjadi komplikasi paling parah

Pada banyak kasus, peritonitis biasanya menular dan sering mengancam jiwa.

Penyakit ini disebabkan oleh kebocoran atau lubang di usus, seperti usus buntu yang pecah.

Meskipun cairan di dalamnya steril, peradangan bisa saja terjadi.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini serba-serbi peritonitis yang perlu Moms ketahui lebih lanjut.

Apa Itu Peritonitis?

pantangan setelah operasi usus buntu
Foto: pantangan setelah operasi usus buntu

Foto: Orami Photo Stock

Melansir dari Mayo Clinic, peritonitis adalah peradangan pada peritoneum, yaitu selaput seperti sutra yang melapisi dinding perut bagian dalam.

Selaput tersebut juga menutupi organ-organ di dalam perut dan melindungi bagian tersebut dari infeksi bakteri atau jamur.

Ada dua jenis peritonitis:

  • Peritonitis bakterial spontan

Kondisi ini merupakan komplikasi dari penyakit hati, seperti sirosis, atau penyakit ginjal.

  • Peritonitis sekunder

Kondisi ini merupakan komplikasi dari prosedur media yang dilakukan di area perut.

Peritonitis memerlukan perhatian medis segera untuk melawan infeksi dan mengobati kondisi medis yang mendasari.

Perawatan peritonitis biasanya melibatkan antibiotik.

Pada beberapa kasus, prosedur pembedahan diperlukan untuk mencegah infeksi semakin parah dan berpotensi membahayakan nyawa.

Baca Juga: Sering Mengalami Sakit Perut Bagian Atas? Ternyata Ini Penyebabnya!

Gejala yang Perlu Diwaspadai

Dilansir dari Johns Hopkins Medicine, berikut ini gejala peritonitis yang umum dialami:

  • Sakit perut atau nyeri seperti tertekan
  • Kembung atau perasaan penuh di perut
  • Demam
  • Mual dan muntah
  • Kehilangan selera makan
  • Diare
  • Penurunan frekuensi buang air kecil
  • Terus merasa haus
  • Penurunan kemampuan buang air besar atau kentut
  • Merasa kelelahan
  • Merasa kebingungan

Jika mengalami dialisis peritoneal, gejalanya termasuk:

  • Cairan dialisis berwarna keruh.
  • Flek putih atau gumpalan dalam cairan dialisis

Kapan Harus ke Dokter?

Peritonitis dapat mengancam jiwa jika tidak segera diobati.

Hubungi dokter segera jika mengalami sakit parah atau nyeri tertekan pada perut atau perut kembung, yang disertai gejala:

Jika mengalami dialisis peritoneal, hubungi dokter segera jika:

  • Cairan dialisis tampak berawan dengan warna yang tidak biasa.
  • Cairan dialisis mengandung flek putih.
  • Cairan dialisis mengandung gumpalan (fibrin).
  • Cairan dialisis memiliki bau yang tidak biasa, terutama di area sekitar selang (kateter) berwarna merah atau nyeri.

Peritonitis dapat terjadi akibat usus buntu yang pecah atau cedera perut terkait trauma.

Cari pertolongan medis segera jika mengalami sakit perut yang sangat parah, sehingga tidak dapat duduk diam atau menemukan posisi yang nyaman.

Jika tidak diobati, peritonitis dapat melampaui peritoneum, di mana hal tersebut dapat menyebabkan infeksi di seluruh tubuh (sepsis).

Sepsis adalah kondisi yang berkembang cepat dan dapat mengancam jiwa akibat syok, kegagalan organ, dan kematian.

Baca Juga: 7 Penyebab Sakit Perut Bagian Tengah dan Cara Mengatasinya, Catat!

Penyebab yang Mendasari

tukak-lambung.jpg
Foto: tukak-lambung.jpg

Foto: Orami Photo Stock

Penyebab umum peritonitis adalah terapi dialisis peritoneal.

Jika menerima terapi dialisis peritoneal, Moms dapat membantu mencegah peritonitis dengan mengikuti protokol kebersihan yang disarankan sebelum, selama, dan setelah dialisis.

Melansir dari National Health Service UK, lapisan perut (peritoneum) menutupi organ dalam seperti ginjal, hati, dan usus.

Jika lapisan tersebut terinfeksi, organ dalam yang ditutupinya juga bisa rusak.

Kondisi tersebut dapat terjadi karena beberapa hal ini:

  • Pecahnya tukak lambung

Kondisi ini terjadi akibat terkikisnya lapisan dinding lambung atau dinding duodenum.

  • Pecahnya usus buntu

Kondisi ini memicu perkembangan bakteri yang menyebabkan usus buntu meradang, bengkak, dan penuh dengan nanah.

  • Penyakit Crohn

Kondisi ini ditandai dengan peradangan pada lapisan dinding sistem pencernaan, dari mulut hingga anus.

Baca Juga: Apa Itu Crohn's Disease? Kenali Gejala Penyakit Radang Usus Kronis Ini

  • Divertikulitis

Kondisi ini terjadi akibat peradangan atau infeksi pada kantung yang terbentuk di sepanjang saluran pencernaan, terutama usus besar.

  • Pankreatitis

Kondisi ini terjadi akibat peradangan di dalam pankreas tanpa sebab yang jelas.

  • Efek samping prosedur pembedahan

Kondisi ini bisa saja dialami pasca prosedur operasi yang dilakukan di daerah perut.

  • Cedera perut

Kondisi disebabkan oleh benturan langsung ke perut, terjatuh, tertusuk benda tajam, atau tertembak.

  • Penyakit radang panggul

Kondisi ini disebabkan oleh infeksi pada organ reproduksi wanita akibat infeksi menular seksual.

  • Sirosis

Kondisi ini terjadi akibat rusaknya organ hati karena infeksi virus hepatitis atau kecanduan alkohol.

Pada kasus yang jarang terjadi, peritonitis dapat disebabkan oleh masuknya bakteri ke dalam peralatan dialisis untuk mengatasi penderita gagal ginjal.

Prosedur Diagnosis yang Dilakukan

Langkah pertama yang dilakukan oleh dokter adalah menanyakan riwayat kesehatan dan melakukan sejumlah pemeriksaan fisik.

Ketika kasus dikaitkan dengan dialisis peritoneal, cairan dialisis tampak keruh.

Dokter biasanya sudah bisa menduga penyakit dari kondisi tersebut.

Pada kasus yang disebabkan oleh kondisi media lain atau penumpukan cairan di rongga perut, diagnosis dilakukan dengan:

1. Tes Darah

Sampel tes darah akan diambil dan dikirim ke laboratorium untuk memeriksa jumlah sel darah putih yang tinggi.

Selain itu, kultur darah juga dapat dilakukan untuk melihat adanya bakteri dalam darah.

2. Tes Pencitraan

Langkah selanjutnya dilakukan dengan melakukan tes pencitraan menggunakan sinar-X.

Tujuannya adalah memeriksa lubang atau perforasi lain di saluran pencernaan.

USG dan CT scan juga dapat digunakan dalam beberapa kasus yang membutuhkan gambaran detail terkait organ yang terkena.

Baca Juga: Lambung Bocor, Masalah Pencernaan yang Bisa Mengancam Jiwa

3. Analisis Cairan Peritoneum

Prosedur ini dilakukan menggunakan jarum tipis, dengan mengambil sampel cairan di peritoneum (parasentesis).

Prosedur ini biasanya dilakukan pada seseorang yang menerima dialisis peritoneal atau yang memiliki cairan di perut akibat penyakit hati.

Pemeriksaan ini menunjukan adanya peningkatan jumlah sel darah putih, yang menjadi pertanda adanya infeksi atau peradangan dalam tubuh.

Kultur cairan juga dapat mengetahui adanya bakteri.

Pemeriksaan ini diperlukan ketika seseorang menerima dialisis dan diagnosis secara tidak pasti setelah pemeriksaan fisik dan cairan dialisis.

Tips Mengatasi Peritonitis

Cara-Menghilangkan-Efek-Obat-Kuat-(www.washburnhouse.com).jpg
Foto: Cara-Menghilangkan-Efek-Obat-Kuat-(www.washburnhouse.com).jpg (Orami Photo Stock)

Foto: washburnhouse.com

Peritonitis yang disebabkan oleh bakteri dapat disembuhkan dengan antibiotik dan perawatan insentif.

Jika disebabkan oleh kondisi medis lain, langkah perawatan dilakukan dengan rawat inap di rumah sakit agar hasilnya lebih maksimal.

Berikut ini beberapa langkah yang dilakukan untuk mengatasi peritonitis:

1. Penggunaan Antibiotik

Antibiotik bermanfaat untuk melawan infeksi, sekaligus mencegah penyebarannya.

Jenis dan durasi terapi antibiotik yang diberikan akan tergantung pada tingkat keparahan kondisi pasien.

Pengobatan digunakan untuk mengatasi bakteri yang menjadi penyebab infeksi.

2. Prosedur Pembedahan

Pembedahan terkadang diperlukan untuk mengangkat jaringan yang terinfeksi, mengobati penyebab infeksi yang mendasari, dan mencegah penyebaran infeksi.

Terutama, jika peritonitis disebabkan oleh usus buntu yang pecah, lambung, atau usus besar.

Sedangkan prosedur perawatan lainnya dilakukan tergantung pada tanda dan gejala.

Ketika melakukan perawatan insentif di rumah sakit, dokter biasanya meresepkan obat pereda nyeri, pemberian cairan intravena, oksigen, atau transfusi darah.

Baca Juga: 12 Obat Alami Sakit Perut untuk Moms dan Keluarga Coba Sekarang!

Sering kali peritonitis dikaitkan dengan dialisis peritoneal akibat kuman di sekitar tabung (kateter).

Jika Moms tengah mendapat perawatan tersebut, pastikan mencuci tangan sebelum menyentuh kateter.

Selain itu, bersihkan kulit di sekitar kateter dengan antiseptik secara rutin setiap hari.

Jangan sampai kotor, karena infeksi dapat memicu komplikasi yang membahayakan.

  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/peritonitis/symptoms-causes/syc-20376247
  • https://www.nhs.uk/conditions/peritonitis/
  • https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/peritonitis
  • https://www.webmd.com/digestive-disorders/peritonitis-symptoms-causes-treatments

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.