Pola Asuh Helicopter Parenting dan 5 Dampak Buruknya Bagi Anak
Sebagai orang tua, Moms tentu menginginkan yang terbaik bagi Si Kecil, karenanya tak jarang Moms akan mengawasinya secara berlebihan.
Hal ini sebenarnya sah saja dilakukan setiap orang tua karena mereka tentu tak ingin hal buruk terjadi pada Si Kecil.
Pola asuh tersebut dinamakan helicopter parenting, yakni orang tua berusaha melindungi anak mereka dengan terlibat langsung dalam setiap aspek kehidupannya.
Namun, tak selamanya jenis pola asuh seperti ini baik bagi anak, terutama untuk anak zaman sekarang. Mari kita mengenal lebih lanjut pola asuh helicopter parenting, serta dampak buruknya pada anak.
Baca Juga: 3 Kesalahan yang Sering Dilakukan Ibu Baru, Moms Juga Pernah?
Mengenal Helicopter Parenting
Menurut psikolog Ann Dunnewold Ph.D, helicopter parenting merupakan sebuah pola asuh di mana orang tua berusaha untuk melindungi dan ingin anak mendapatkan yang terbaik.
Namun, mereka melindungi anak dengan terlalu melibatkan diri dalam kehidupan mereka sehingga jadi sangat mengontrol (overcontrolling), berlebihan melindungi (overprotecting), dan menuntut segala sesuatunya sempurna (overperfecting).
Sebagai contoh, pola asuh helicopter parenting adalah ketika orang tua tak mengizinkan anak mereka untuk pergi jauh-jauh, bahkan harus selalu bersama orang tuanya.
Semua jenis kegiatan dari mulai ekstrakurikuler hingga pakaian dan mainan akan dipilihkan dan diatur. Semata-mata hanya karena orang tua merasa mereka memahami apa yang terbaik untuk anak mereka.
Tahukah Moms pola asuh demikian sebenarnya tak baik bagi tumbuh kembangnya, mari simak beberapa dampak buruk akan pola asuh yang terlalu berlebihan tersebut.
Baca Juga: 5 Perbedaan Ibu Millennial dan Ibu Zaman Dulu
Dampak Buruk Helicopter Parenting
1. Tidak Mandiri
Segala sesuatu yang selalu Moms persiapkan untuknya akan memupuk rasa manja dan serba ketergantungan dalam diri mereka.
Sehingga saat akan melakukan sesuatu, mereka terbiasa untuk mengandalkan Moms dan berharap semua akan selesai tanpa membutuhkan usaha.
Sifat demikian juga akan membuat mereka tak mampu menghadapi kegagalan dalam hidupnya. Karena mereka terbiasa dengan segala kesalahan yang Moms bereskan.
2. Mengurangi Rasa Percaya Diri
Hal pertama yang akan dialami Si Kecil adalah kurangnya rasa percaya diri, karena mereka akan selalu takut salah dalam bertindak dan mengambil keputusan.
Dengan demikian segala sesuatunya akan selalu bergantung pada Moms, lebih dari itu mereka juga akan jauh dari sosok pemimpin.
3. Tak Mampu Berpikir Kreatif
Karena terbiasa dengan semuanya yang serba tersedia dan serba mudah, Si Kecil akan terbiasa untuk mengikuti semua pola yang ada tanpa berkesempatan untuk menciptakan sesuatu yang sesuai dengan kehendaknya.
Dengan kata lain, ia tak akan terbiasa untuk berpikir secara kreatif. Hal ini tentunya sangat buruk, karena kesuksesannya akan terhambat bila tak menjadi sosok yang mampu bersaing.
Baca Juga: Memahami Drone Parenting dan Plus Minusnya
4. Mengalami Tekanan
Meski kadang mereka merasa bahwa hidupnya menyenangkan karena semua telah ada yang mengatur, namun lama kelamaan bukan tak mungkin mereka menjadi depresi.
Mereka akan merasa tertekan karena segala sesuatunya terlalu ditentukan oleh orang lain, sehingga mereka tak memiliki kesempatan untuk menunjukkan dan melakukan apa yang mereka inginkan.
5. Sosok Pemberontak
Terakhir, bukan tak mungkin yang akan terjadi pada Si Kecil adalah tumbuh menjadi sosok pemberontak di masa yang akan datang.
Karena akan tiba saatnya mereka ingin menjadi seseorang yang dapat mengambil keputusan dalam hidupnya. Tentulah hal ini sangat buruk karena akan menimbulkan konflik antara Moms dan mereka di kemudian hari.
Daripada helicopter parenting, lebih baik Moms menerapkan drone parenting yang tidak terlalu ketat tapi tegas. Apakah Moms pernah menerapkan helicopter parenting pada Si Kecil?
Kalau Moms masih penasaran dan ingin tahu lebih lanjut mengenai helicopter parenting, yuk ikuti kuliah WhatsApp (kulwap) Komunitas Orami bersama Mentari Anakku Klinik Psikologi & Pusat Terapi Anak.
Kulwap bertajuk "Tiger Mom & Helicopter Parents" akan diselenggarakan pada Kamis, 23 Juli 2020 pukul 13.00-15.00.
Moms bisa berkonsultasi dengan psikolog Firesta Farizal, M.Psi. seputar kecenderungan menjadi seorang tiger mom.
Moms juga bisa tahu bagaimana cara terbaik memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplor lingkungannya tanpa harus terus mengawasinya secara berlebihan.
Untuk mengikuti kulwap "Tiger Mom & Helicopter Parents", Moms bisa klik di sini atau kunjungi instagram @orami.circle.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.