Sariawan HIV, Apa Bedanya dengan Sariawan pada Umumnya?
Sariawan HIV adalah kondisi yang umum terjadi bagi orang-orang dengan HIV. Bahkan sekitar 80 hingga 90% orang HIV akan mengalamai sariawan di mulut atau tenggorokan.
Secara medis, sariawan di mulut dikenal sebagai kandidiasis orofaringeal lantaran sariawan adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur genus Candida. Sariawan menyebabkan benjolan atau bercak kuning atau putih dan bisa muncul di pipi bagian dalam, bibir, amandel, atau lidah.
Sariawan sering dapat menyebabkan gejala lain seperti sakit tenggorokan atau kesulitan menelan.
Candida hidup di mulut kebanyakan orang tanpa menimbulkan gejala apapun. Akan tetapi, bagi orang dengan sistem kekebalan yang lemah, jamur dapat menyebar lebih cepat daripada yang dapat dilawan oleh sistem kekebalan tubuh.
Sekitar 75% orang memiliki Candida di dalam atau di luar tubuh. Candida bisa ditemukan di mulut, usus, atau bahkan vagina.
Biasanya jamur ini juga tidak menimbulkan gejala ketika sistem kekebalan tubuh mampu mencegahnya menyebar. Orang dengan sistem kekebalan yang tertekan, seperti orang yang hidup dengan HIV, orang yang menjalani radiasi atau kemoterapi, bayi, dan orang dewasa yang lebih tua kemungkinan besar terkena sariawan karena sistem kekebalan mereka kurang mampu mengendalikan jamur.
Sariawan HIV terjadi karena karena virus melemahkan sistem kekebalan tubuh orang dengan HIV. Sariawan menjadi salah satu gejala pertama HIV.
Ini juga bisa menjadi tanda bahwa Anda berisiko terkena infeksi yang lebih parah.
Sariawan mulut juga dikenal sebagai infeksi oportunistik.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mendefinisikan infeksi oportunistik sebagai penyakit yang terjadi lebih sering atau lebih parah pada orang dengan HIV.
Melansir Healthline, dalam sebuah studi tahun 2016 yang memeriksa lebih dari 60.000 orang di Amerika Serikat dan Kanada dengan HIV dari tahun 2000 hingga 2010, para peneliti menemukan bahwa 9% orang mengalami setidaknya satu infeksi oportunistik.
Baca Juga: Daftar Tempat Pemeriksaan HIV di Jakarta dan Kota Lainnya
Ciri-ciri Sariawan HIV
Foto ilustrasi sariawan HIV (Sumber: medicalacademic.co.za)
Beberapa orang kerap mendapat sariawan tanpa gejala. Akan tetapi, pada umumnya gejala khas sariawan adalah benjolan atau bercak di mulut seseorang yang tampak kuning atau putih. Benjolan atau bercak ini dapat muncul di bibir, amandel, lidah, atau gusi.
Selain itu, ada juga beberapa gejala lain pada sariawan. Berikut adalah gejala-gejala lain sariawan HIV seperti dilansir Healthline dan US Departement of Veteran Affairs.
- Berdarah
- Mulut sakit atau terbakar
- Kehilangan rasa
- Mulut kering
- Sudut mulut pecah-pecah
- Kesulitan menelan atau nyeri menelan
- Rasa tidak enak di mulu
- Bercak putih di lidah
- Area merah halus di bagian belakang lidah
- Daerah yang menyakitkan di mulut
- Perubahan rasa
- Kepekaan terhadap makanan pedas
- Nafsu makan menurun.
Baca Juga: Waspadai Berbagai Cara Penularan HIV AIDS dan Pencegahannya
Perbedaan Sariawan HIV dengan Sariawan pada Umumnya
Foto ilustrasi sariawan HIV (Sumber: medicalnewstoday.com)
Gejala sariawan sering menunjukkan perbaikan dalam 2 sampai 3 hari setelah diobati dengan obat antijamur. Infeksi biasanya hilang sepenuhnya dalam waktu kurang dari 2 minggu.
Melansir Medical News Today, sebuah studi baru menyelidiki peran bakteri dan jamur di mulut manusia. Para peneliti dari Case Western Reserve University di Cleveland, OH, menerbitkan temuan mereka dalam jurnal PLOS Pathogens.
Para ahli tahu bahwa organisme yang hidup di mulut kita mampu memberikan kontribusi untuk kesehatan dan penyakit. Diketahui juga, oraganisme ini lebih mungkin menyebabkan penyakit mulut, seperti kandidiasis mulut (oral thrush), pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah seperti mereka penderita kanker atau yang terinfeksi HIV.
Dalam studi baru ini, para peneliti membandingkan bakteri dan jamur yang ada di mulut orang yang HIV-positif dengan bakteri dan jamur yang ada di mulut orang sehat. Para peneliti menggunakan sekuensing gen throughput tinggi untuk membuat katalog bakteri dan jamur yang ada.
Mereka menemukan bahwa tidak ada perbedaan keseluruhan pada bakteri yang ditemukan pada orang yang terinfeksi HIV dan orang yang sehat. Namun, ada perbedaan yang konsisten pada jamur mulut yang ada pada kedua kelompok.
Keluarga jamur Candida ditemukan pada kedua kelompok, tetapi pada tingkat yang lebih tinggi di mulut orang dengan HIV. Keluarga jamur lain, Pichia, ditemukan pada tingkat yang tinggi pada kelompok yang sehat, tetapi pada tingkat yang lebih rendah pada kelompok dengan HIV.
Temuan itu menunjukkan, jamur mulut 'baik' dapat menekan jamur mulut 'buruk'. Intinya, tidak ada perbedaan antara sariawan yang terjadi pada orang dengan HIV dan orang tanpa HIV.
Yang membedakan, orang dengan HIV berisiko mengalami serangan sariawan lebih sering daripada orang tanpa HIV. Serangan sariawan yang berulang bisa menjadi tanda pertama infeksi HIV.
Selain itu pada orang dengan HIV, sariawan lebih mungkin menyebar ke bagian lain dari tubuh – seperti paru-paru, hati, dan usus.
Ini menjelaskan mengapa sariawan adalah komplikasi umum dari infeksi HIV, meskipun fakta bahwa terapi antiretroviral telah mengurangi kerentanan orang yang terinfeksi HIV terhadap berbagai jenis infeksi.
Baca Juga: Jarang Disadari, Ini Penyebab dan 22 Gejala HIV pada Anak
Cara Mencegah Sariawan HIV
Foto ilustrasi sariawan HIV (Sumber: evansondds.com)
Mencegah sariawan termasuk sariawan HIV bisa dilakukan dengan berbagai cara sederhana di rumah. Salah satunya dengan obat antijamur.
Namun, penggunaan jangka panjang obat ini untuk mencegah infeksi tidak disarankan karena berpotensi menyebabkan resistensi jamur.
Belum ada banyak penelitian tentang cara mencegah sariawan pada orang yang berisiko tinggi mengalaminya.
Akan tetapi, menjaga kesehatan mulut secara keseluruhan dapat membantu mencegah serangan sariawan. Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah sariawan, seperti dilansir Healthline.
- Menggunakan sikat gigi yang lembut
- Membersihkan sela-sela gigi dengan benang
- Menggunakan obat kumur
- Mengunjungi dokter gigi secara teratur
- Merawat gigi palsu dengan baik jika Anda memilikinya
- Minum banyak cairan dapat membantu mencegah sariawan dengan membantu Anda menghindari kekeringan mulut.
Baca Juga: Berapa Lama Masa Infeksi HIV? Simak Penjelasan Berikut Ini!
Cara Mengobati Sariawan HIV
Foto ilustrasi sariawan HIV (Sumber: udc.edu)
Langkah pertama untuk mengobati sariawan adalah mengatasi penyebab yang mendasarinya. Untuk sariawan HIV, terapi antiretroviral bisa dilakukan untuk menekan tingkat virus dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Akan tetapi antiretroviral adalah campuran obat yang digunakan untuk menghentikan replikasi virus dan mencegah perkembangan HIV. Sementara orang tanpa HIV, bisa mengobati sariawan dengan beberapa langkah sederhana.
Terutama jika serangan sariawan tidak kronis. Berikut adalah beberapa cara mengobati sariawan seperti dilansir Healthline dan Medical News Today.
1. Obat Kumur
Sebuah studi tahun 2016 di Iran menemukan bahwa berkumur dengan obat kumur selama 60 detik memiliki efek antijamur pada infeksi jamur. Para peneliti menemukan bahwa obat kumur yang mengandung klorheksidin paling efektif.
Baca Juga: Mengapa Pengobatan HIV/AIDS Berlangsung Seumur Hidup?
2. Obat Antijamur
Flukonazol oral dengan dosis 100 miligram (mg) sekali sehari adalah pengobatan standar, kecuali pada mereka yang sedang hamil. Jika infeksi ada di mulut, kemungkinan seseorang akan menjalani perawatan selama 2 minggu.
Jika ada di tenggorokan, perawatan kemungkinan akan memakan waktu 2 hingga 3 minggu. Jika infeksi tidak merespons flukonazol, dokter mungkin merekomendasikan pengobatan yang berbeda.
Pilihan lain yang terbukti efektif meliputi:
- 50 mg tablet miconazole sekali sehari
- Lozenges klotrimazol 10 mg lima kali sehari
- 200 mg Larutan oral itrakonazol setiap hari
- 400 mg Suspensi posaconazole oral dua kali sehari untuk hari pertama dan kemudian sekali sehari
- 4 hingga 6 ml Suspensi nistatin empat kali sehari
- topikal 0,00165 persen gentian violet dua kali sehari
Jika seseorang mengalami sariawan yang parah atau sering, dokter mungkin merekomendasikan pengobatan antijamur yang lebih lama. Namun, dokter sering mencoba menghindari penggunaan jangka panjang jika memungkinkan karena ada risiko jamur menjadi kebal terhadap obat.
3. Probiotik
Probiotik mengandung mikroorganisme hidup yang dapat membantu melawan infeksi Candida. Sebuah studi tahun 2019 menemukan bahwa probiotik mengurangi jumlah Candida yang ada di mulut.
Studi ini juga menunjukkan bahwa probiotik mungkin memiliki peran dalam mencegah infeksi jamur lebih lanjut.
Baca Juga: Mengapa Pengobatan HIV/AIDS Berlangsung Seumur Hidup?
4. Obat Alami
Beberapa bahan alami seperti ekstrak biji jeruk bali, bawang putih, minyak pohon teh topikal, kayu manis, jahe, oregano, peppermint, rosemary, propolis, dan minyak thyme juga dipercaya ampuh untuk mengobati sariawan.
Selain itu xylitol, ditemukan dalam permen karet dan obat kumur juga bisa menjadi obat sariawan sederhana di rumah. Infeksi jamur mulut terjadi karena pertumbuhan berlebih dari jamur candida yang hidup di tenggorokan dan mulut. Sariawan juga bisa menyerang rang-orang dari segala usia, bahkan ibu menyusui.
Ibu menyusui dapat tertular infeksi jamur pada payudara mereka dan menularkan infeksi ini ke bayi mereka. Seseorang dapat menggunakan obat untuk mengobati sariawan, dan tidak perlu berhenti menyusui.
Ada berbagai pengobatan rumahan yang tersedia untuk mengobati infeksi jamur mulut. Namun, siapa pun yang mengalami gejala harus menemui dokter sebelum mencoba pengobatan rumahan.
Dokter akan dapat mendiagnosis infeksi dan meresepkan pengobatan yang paling sesuai. Tetap jaga kesehatan, Moms!
- https://www.healthline.com/health/hiv/oral-thrush-hiv#outlook
- https://www.hiv.va.gov/patient/diagnosis/OI-candidiasis.asp
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/yeast-infection-in-mouth#summary
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.