Penjelasan, Ciri, dan Cara Menghadapi Pelaku Manipulatif
Moms mungkin pernah mendengar kalimat manipulatif seperti, “Bukankah kamu yang melakukannya?”
Terdengar seperti menyalahkan, bukan?
Nah, itu hanya salah satu taktik yang dilakukan sebagai upaya manipulatif, sekaligus membuat seseorang bingung.
Ini adalah trik yang digunakan untuk mendapatkan apa pun yang diinginkan.
Cari tahu selengkapnya tentang hal-hal terkait manipulatif lewat ulasan di bawah ini, ya!
Baca Juga: Moms, Kenali 3 Tanda Pasangan Abusif yang Jarang Disadari
Apa Itu Manipulatif?
Sebelum mengetahui ciri dan langkah mengatasinya, Moms harus terlebih dahulu tahu tentang sikap manipulasi atau manipulatif.
Dilansir dari American Psychological Association, manipulasi adalah segala cara yang digunakan seseorang untuk mendapatkan keinginannya.
Cara-cara tersebut cenderung negatif dan dapat merugikan orang lain.
Salah satu bentuk manipulatif yang cukup berbahaya adalah gaslighting.
Tindakan tersebut jelas salah, karena sangat merugikan pihak lain.
Pasalnya, gaslighting membuat seseorang merasa bersalah, lemah, meragukan kebenaran diri sendiri, dan pasrah terhadap sikap manipulatif orang lain terhadapnya.
Baca juga: 7 Tanda Hubungan Abusive, Bisa Berdampak Buruk bagi Fisik dan Kesehatan Mental
Ciri dan Tanda Manipulatif yang Harus Diwaspadai
Jika menunjukkan empati di hadapan orang yang manipulatif, maka Moms bisa menjadi sasaran empuknya.
Apalagi jika Moms sudah masuk ke dalam perangkapnya.
Bisa-bisa, Moms akan dimanfaatkan lagi dan lagi tanpa berhenti.
Dilansir dari Psychology Today, orang manipulatif akan menggunakan cara-cara berikut untuk 'menipu' korbannya:
1. Berbohong
Berbohong menjadi salah satu ciri orang manipulatif. Bisa dibilang, berbohong menjadi senjata ampuh bagi mereka.
Jika bersalah, alih-alih meminta maaf, mereka akan menyembunyikan rasa bersalah dengan mempermainkan fakta hingga Moms kebingungan.
Seorang manipulatif pandai melihat kesempatan untuk mendapatkan apa pun yang diinginkan.
Jika perlu berbohong, pun mereka akan melakukannya. Sangat menyeramkan, bukan?
Mereka tidak segan untuk berbohong menyembunyikan hal-hal penting atau memutarbalikkan fakta.
Untuk mengetahui kebohongannya, Moms perlu mengulang-ulang pertanyaan. Mereka tidak akan memberikan jawaban yang konsisten.
Jika jawaban yang diberikan tidak jelas dan sesuai dengan pertanyaan, bisa jadi itu adalah tanda ia berbohong.
Baca Juga: Anak Suka Berbohong, Jangan Marah dan Terbawa Emosi Dulu Moms!
2. Menyangkal dan Menghindar
Menyangkal dan menghindari menjadi taktik manipulasi selanjutnya. Mereka menggunakan ini untuk membuat Moms bersimpati.
Pada awalnya, Moms merasa ia salah. Namun, dengan terus-menerus menyangkal pertanyaan, hal tersebut membuat Moms tidak yakin.
Jika Moms ragu dengan keyakinan awal bahwa ia salah, trik menyangkal akan membuat Moms memaafkan apa yang telah dilakukan.
Bukan hanya menyangkal saja, seseorang yang manipulatif juga terbiasa menghindar. Biasanya, mereka melakukan hal tersebut untuk menghindari tanggung jawab.
Contohnya adalah menolak untuk membicarakan masalah ketika Moms ingin mendiskusikannya.
Baca juga: Histrionik, Gangguan Kepribadian yang Manipulatif dan Ingin Jadi Pusat Perhatian
Hal tersebut menjadi salah satu cara yang umum dilakukan oleh orang manipulatif. Dalam menghindari pertanyaan, mereka akan sedikit menyentak.
Kalimat yang umum digunakan adalah, “Jangan mengutarakan pertanyaan yang sama terus-menerus. Itu sangat mengganggu.”
Hal tersebut membuat Moms merasa bahwa tindakan tersebut memang mengganggu. Akhirnya membuat Moms tidak ingin membahasnya lagi.
3. Menyalahkan dan Merendahkan Orang Lain
Pelaku selalu menyalahkan orang lain ketika melakukan kesalahan. Kesalahan yang ia buat justru menjadi senjata untuk membuat orang lain merasa bersalah.
Tidak sampai di situ saja, seorang manipulatif akan membuat Moms merasa lemah. Cara yang dilakukan adalah merendahkan Moms di depan orang lain.
Hal-hal yang biasa dilakukan pelaku adalah mendikte kejelekan, ketidakmampuan, atau segala macam kekurangan Moms.
4. Mengintimidasi dan Bertindak seperti Korban
Pelaku kerap mengintimidasi lawannya. Alih-alih dengan ancaman, mereka cenderung melakukan dengan kata-kata yang halus.
Taktik ini dilakukan agar Moms merasa takut dan menyerah. Jika cara tersebut tidak berhasil, pelaku cenderung akan menempatkan diri seolah-olah sebagai korban.
Pelaku biasanya akan menunjukkan jika ia adalah orang yang paling menderita dan menyesal akan hal yang terjadi.
Hal tersebut juga dilakukan untuk membangun simpati lawan bicara. Jadi, jangan sampai terjebak dengan rayuannya, ya, Moms.
5. Sulit Mengungkapkan Keinginan
Salah satu ciri seorang yang manipulatif yaitu tidak mampu menjelaskan secara langsung apa yang mereka inginkan dan butuhkan.
"Manipulasi dapat muncul dari ketidakmampuan atau keengganan untuk sekadar mengatakan apa yang Anda rasakan atau butuhkan," jelas Ann Barham, MFT., seorang pensiunan Terapis Pernikahan dan Keluarga, Amerika Serikat, dilansir dari Mindbodygreen.com.
Baca Juga: 10 Perilaku Orang Tua yang Mengganggu Psikologi Anak, Bisa Bikin Anak Depresi, Lho!
6. Mengatakan Candaan yang Menyakitkan
Seorang yang manipulatif dapat mengatakan kalimat yang menyayat hati namun dibungkus dengan kata 'hanya bercanda'.
Orang-orang narsistik yang terselubung senang membuat komentar jahat yang mengorbankan orang lain.
Ini biasanya, disangkal dengan kalimat 'hanya lelucon', menurut Shahida Arabi, penulis buku 'Becoming the Narcissist’s Nightmare: How to Devalue and Discard the Narcissist While Supplying Yourself'.
Sehingga mereka bisa lolos bahkan setelah mengatakan hal-hal yang jahat sambil tetap mempertahankan sikap polos dan tidak merasa bersalah.
"Namun, saat korban marah pada candaan 'palsu' tersebut, sering kali korban akan dituduh sebagai orang yang tidak memiliki selera humor," katanya.
7. Mengharapkan Balasan yang Sesuai
Melakukan hal baik untuk orang lain tentu bukanlah hal yang buruk.
Tetapi jika seseorang melakukan hal baik karena mengharapkan balasan yang sesuai, maka hal tersebut merupakan salah satu tindakan manipulasi.
Baca Juga: 4 Rekomendasi Psikolog Samarinda dan Biro Psikologi
Tipe-Tipe Manipulatif
Terdapat beberapa tipe manipulatif yang mesti Moms ketahui, yaitu:
1. Gaslighting
Gaslighting merupakan tindakan seseorang yang membuat orang lain mempertanyakan dan menjadi ragu atas kebenaran yang mereka pahami.
Tipe ini melibatkan seorang yang manipulatif melakukan kebohongan dan memutarbalikkan fakta.
Baca Juga: Cara Mengatasi Masalah Psikologi Menjelang Persalinan
2. Pasif Agresif
Seseorang yang menggunakan perilaku pasif-agresif, dapat menyebabkan perasaan tertekan ketika tindakan orang lain tidak sesuai dengan keinginannya atau perkataannya
Contoh perilaku pasif-agresif adalah ketika seseorang berperilaku seolah-olah sedang kesal atau kecewa tanpa mengomunikasikannya secara langsung.
Baca Juga: Waspada Gaslighting dalam Hubungan, Tindakan Manipulasi yang Tidak Disadari
Cara Menghadapi Pelaku Manipulatif
Dilansir dari Healthline, salah satu cara menghadapi pelaku adalah dengan metode grey rock alias memiliki sikap “masa bodoh” atau “bodo amat”.
Pelaku umumnya sangat menyukai drama. Mereka mengetahui orang mana saja yang bisa dimanfaatkan atau memiliki rasa empati yang tinggi.
Kemudian, mereka menarik perhatian dengan menjual kisah sedih hidupnya dengan berbohong atau melebih-lebihkan.
Pelaku tidak suka dengan orang yang cuek atau berperilaku acuh tak acuh. Mereka berpikir jika orang tersebut membosankan.
Selain itu, Moms bisa melakukan beberapa trik di bawah ini untuk menghadapi pelaku manipulasi:
Baca Juga: Mengenal Skizofrenia, Gangguan Mental akibat Fungsi Otak Terganggu
1. Bersikap Datar
Pelaku mengharapkan hubungan yang dinamis dengan lawan bicara. Jika dianggap tidak berkesan, pelaku akan berulah.
Contohnya saja berselingkuh saat pasangannya mulai membosankan. Saat ketahuan, ia akan menyalahkan pasangannya.
Bisa dibilang, pelaku akan berbalik memposisikan dirinya sebagai korban. Jika tiba-tiba pelaku memutuskan hubungan, sebaiknya terima saja.
Jangan meminta maaf. Apa pun yang pelaku lakukan, cobalah untuk bersikap datar.
Tidak menggubrisnya akan menghentikan kepuasan egonya.
Baca Juga: Apa Itu Altruisme? Simak Penjelasannya dari Segi Psikologi
2. Katakan “Tidak Tahu”
Katakan tidak tahu jika memang malas berkomunikasi dengan pelaku. Mereka cenderung memberi pertanyaan yang menjebak.
Hal tersebut dilakukan untuk melihat apakah ada celah antara kalian. Jika dilihat ada, pelaku mungkin saja akan melakukan trik selanjutnya.
3. Minim Interaksi
Selain mengatakan tidak tahu untuk memutus percakapan, lebih baik jika Moms tidak berinteraksi langsung.
Pilih media komunikasi lain, seperti telepon, chat, atau email. Jika untuk urusan pekerjaan, Moms sebaiknya profesional.
Jika memang diharuskan untuk berinteraksi langsung, batasi interaksi atau berkomunikasi seperlunya saja.
4. Jangan Menjelaskan
Langkah mengatasi selanjutnya dilakukan dengan jangan membuat diri terlihat menonjol atau menunjukkan kelemahan.
Pelaku biasanya memanfaatkan hal-hal tersebut untuk keuntungannya sendiri di kemudian hari.
Sebaiknya perlakukan pelaku sebagai orang asing yang tidak memiliki hubungan emosional apa pun.
Jangan menjelaskan berbagai hal terlalu detail. Ingat, Moms tidak punya kewajiban untuk berbagi hal-hal yang bersifat pribadi dengan pelaku.
Baca juga: 6 Tips Memutus Lingkaran Toxic Parenting dan Bina Hubungan Sehat dengan Anak
Moms perlu memahami jika tujuan seorang manipulatif adalah mencari dan mengeksploitasi kelemahan orang lain.
Jika masuk ke dalam jebakannya, maka Moms bisa saja merasa rendah diri, bahkan menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa melakukan hal tertentu.
Ingatlah jika tidak dapat melakukan hal tertentu bukan merupakan kesalahan. Jangan merasa diri sendiri yang terburuk.
Moms hanya masuk ke dalam jebakannya dan termanipulasi, sehingga lebih mudah menyerahkan hak, bahkan kekuasaan atas diri sendiri.
Jika memang Moms bertemu dengan orang semacam ini, sebaiknya pertimbangkan hubungan sebelum melangkah ke jenjang lebih lanjut ya.
Jika sudah terdesak dengan keadaan, sebaiknya Moms bertanya pada diri sendiri. Pertimbangkan beberapa hal berikut ini?
- Apakah orang tersebut memperlakukan saya dengan hormat?
- Apakah orang tersebut memberikan harapan dan tuntutan yang masuk akal?
- Apakah orang tersebut membuat saya merasa nyaman dengan diri saya?
Jika semua jawaban dari pertanyaan tersebut adalah tidak, sudah seharusnya Moms menjauhi orang tersebut.
Dengan kata lain, sejumlah pertanyaan tersebut memberi petunjuk tentang seberapa penting menjalin hubungan dengan pelaku manipulasi.
Baca Juga: Berkaca pada Kasus KD, Ini 5 Dampak Psikologi Orang Tua Jauh dari Anak
Penyebab Perilaku Manipulatif
Berikut beberapa penyebab dari perilaku manipulatif, antara lain:
1. Gangguan Kepribadian
Menukil Very Well Health, perilaku manipulatif dapat disebabkan karena adanya gangguan kepribadian.
Misalnya saja, borderline personality disorder (gangguan kepribadian ambang), dan seseorang dengan sifat narsistik tinggi.
Baca Juga: 8 Jenis Penyakit Psikologi atau Gangguan Mental yang Perlu Dipahami
2. Pernah Mengalami Tindakan Abusive
Tindakan abusive, seperti pelecehan, penyiksaan, mendapatkan makian atau tindakan kasar lainnya, dapat menjadi salah satu penyebab seseorang merasa tidak aman.
Mereka pun dapat menjadi rentan mengembangkan perilaku manipulatif.
Demikian definisi, penyebab, serta ciri-ciri perilaku manipulatif. Kenali dan waspadai, agar Moms tidak sampai mengalaminya.
- https://psycnet.apa.org/record/1987-28112-001
- https://www.psychologytoday.com/us/blog/toxic-relationships/201907/covert-tactics-manipulators-use-control-and-confuse-you
- https://psychcentral.com/lib/tactics-manipulators-use-to-win-and-confuse-you#1
- https://www.mindbodygreen.com/articles/am-i-manipulative#mbg-7Vw6jxJhr3
- https://www.verywellhealth.com/manipulative-behavior-5214329#citation-3
- https://www.psychologytoday.com/us/blog/rediscovering-love/201401/is-your-relationship-dysfunctional
- https://www.inc.com/jessica-stillman/10-popular-techniques-used-by-manipulators-and-how-to-fight-them.html
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.