Skoliosis Pada Ibu Hamil, Apakah Berbahaya Saat Persalinan?
Moms, tentu pernah mendengar istilah skoliosis kan? Skoliosis adalah kelainan tulang belakang yang melengkung ke samping.
Jika Moms adalah ibu hamil yang juga mengalami skoliosis, mungkin merasa khawatir tentang dampak dari kondisi ini terhadap kehamilan dan persalinan kelak.
Lalu, apa saja ya, yang harus diperhatikan? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini.
Dampak Skoliosis Bagi Ibu Hamil
Dikutip dari fitpregnancy.com, skoliosis pada ibu hamil tidak perlu terlalu dikhawatirkan. “Wanita dengan skoliosis biasanya tetap mengalami proses kehamilan yang normal,” jelas Jastin Par, MD., dokter ortopedik dari Maryland Spine Center di Baltimore, Amerika.
Tetapi, pada beberapa kasus, ibu hamil dengan skoliosis kadang merasakan sakit punggung pada trimester akhir.
Hal ini biasanya terjadi pada ibu hamil dengan kemiringan tulang belakang lebih dari 25-30 derajat.
Selain sakit punggung, ibu hamil dengan skoliosis juga lebih rentan jatuh karena distribusi berat janin yang tidak biasa.
Rasa tidak nyaman, sulit berjalan dan tidur juga akan banyak dirasakan oleh penderita skoliosis yang sedang hamil.
Baca juga: 3 Kondisi Janin Sungsang, Penyebab dan Cara Mengatasinya
Tips Ibu Hamil yang Menderita Skoliosis
Agar proses kehamilan dapat dijalani lebih nyaman, Moms dapat mengunjungi dokter ortopedik. Dokter akan memberikan saran atau tindakan yang sesuai dengan kasus skoliosis yang dialami, misalnya:
- Memberi obat penahan sakit
- Menyarankan olahraga khusus
- Melakukan pijatan khusus
- Melakukan akupuntur
Selain itu, berikut beberapa tips untuk membuat Moms lebih nyaman:
- Jika Moms sering merasakan sakit punggung, hindari banyak berjalan
- Mandi air hangat agar tubuh lebih nyaman
- Minta suami memijat
- Gunakan bantal hamil untuk menyokong perut
Risiko Komplikasi
Ibu hamil dengan skoliosis hampir tidak memiliki risiko komplikasi selama proses kehamilan. Namun, ada kemungkinan komplikasi saat proses persalinan, bagi ibu yang ingin menggunakan epidural.
Tulang belakang yang miring akan mempersulit dokter anestesi untuk menentukan lokasi untuk menyuntik.
Epidural sendiri digunakan saat persalinan normal. Agar proses ini lebih lancar, sebaiknya Moms memberitahu dokter kandungan dan anestesi tentang kondisi skoliosis yang dialami sebelum proses persalinan tiba.
Risiko komplikasi lain adalah bagi sang ibu sendiri. Saat hamil, tubuh akan mengeluarkan hormon relaksin yang berfungsi untuk meregangkan sendi-sendi pada tulang.
Sebenarnya, fungsi dari hormon ini adalah melebarkan jalur lahir bayi, tapi sendi lain dapat terkena dampaknya.
Inilah yang akan membuat rasa sakit dan tidak nyaman yang lebih dibanding dengan ibu hamil yang tidak menderita skoliosis.
Untuk meredakannya, sebuah penelitian menyebutkan pose yoga dan side plank dapat membantu.
Baca juga: 10 Cara Mengurangi Kecemasan Menjelang Persalinan
Proses Persalinan untuk Penderita Skoliosis
Moms tetap bisa melahirkan secara normal walau menderita skoliosis. Tapi jika skoliosis cukup parah, maka dokter akan menyarankan operasi sesar. Beberapa faktor yang memengaruhi adalah:
- Derajat kemiringan tulang belakang
- Pernah atau tidak menjalani operasi korektif pada skoliosis
- Tingkat kenyamanan dan kekuatan untuk mengejan.
Proses mengejan akan jauh lebih sakit dan lebih sulit bagi beberapa kasus skoliosis. Hal ini membuat dokter akan merekomendasikan persalinan sesar. Jadi, jangan lupa mendiskusikan hal ini dengan dokter ya, Moms.
Terlepas dari proses persalinan yang dipilih, skoliosis tidak menghalangi Moms untuk melahirkan bayi mungil yang sehat.
Penyakit Turunan?
Walaupun skoliosis bukan kondisi genetik, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kondisi ini dapat diturunkan pada anak.
Ditemukan pola pasien skoliosis juga memiliki anggota keluarga lain yang memilikinya.
Nah, sebaiknya Si Kecil selalu menjalani cek rutin dan dokter diberitahu mengenai riwayat skoliosis dalam keluarga. Tapi, bukan berarti ia pasti mengalaminya ya, Moms.
(HIL)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.