Tips Tanpa Emosi Menghadapi 3 Kelakuan Balita
Label “keras kepala” dan sebagainya sering disematkan pada anak yang gigih, terlalu peka, atau enggan mencoba hal baru. Susah rasanya tanpa emosi menghadapi balita seperti ini.
Menurut artikel di Today’s Parent, ada 10% anak-anak yang memiliki sifat seperti itu. Memang tak mudah berusaha tetap tenang saat Si Kecil mulai “berulah”. Namun, jika Moms berhasil mengendalikan diri dan memberikan respons yang tepat, ini bisa membantu Si Kecil mengarahkan sifatnya ke hal yang positif saat ia mulai mandiri.
Yuk, ambil hal positif serta ketahui hal yang perlu dilakukan dan dihindari dari perilaku balita yang menantang berikut ini:
1. Berkemauan Keras
Foto: todaysparent.com
Moms sering berdebat dengan Si Kecil, bahkan untuk hal-hal sepele. Ia sangat gigih jika sudah menuntut sesuatu. Bahkan lewat beberapa hari kemudian, ia membahasnya lagi.
Positifnya: anak ini akan tekun mengerjakan sesuatu dan pantang menyerah mengejar tujuannya
Hal yang perlu dilakukan: Moms perlu mengakui perasaannya dulu, lalu memberikan alternatif. Misalnya “Adik mau makan permen, ya… Boleh makan satu, tapi setelah itu sikat gigi, ya.”
Baca Juga: 3 Cara Mudah Melatih Balita Mengeluarkan Emosinya Secara Positif
Kalau anak sudah agak besar, Moms bisa memberikan alasan. Misalnya, nanti gigi jadi bolong kalau makan permen tapi malas menggosok gigi.
Anak-anak juga sering kali menuntut ketika orang tuanya tampak sibuk. Solusinya, Moms bisa melibatkannya dalam kegiatan Moms. Misalnya Moms sedang memasak, Moms bisa mengajak Si Kecil mengupas kulit telur rebus.
Hal yang perlu dihindari: adu kekuatan. Anak yang berkemauan keras akan bertahan hingga berjam-jam. Moms juga bisa memberikan camilan sehat pada anak sebelum makan berat agar ia tidak mengidamkan makanan manis setelahnya.
2. Terlalu Sensitif
Foto: smartparents.sg
Kulit anak mudah iritasi jika memakai pakaian berbahan agak kasar, pusing jika mencium bau tertentu meski dari kejauhan, atau rewel di keramaian adalah sebagian tanda indra anak terlalu peka.
Positifnya: anak ini akan mudah berempati pada perasaan orang lain dan akan berlaku penuh kasih sayang.
Hal yang perlu dilakukan: mengenali situasi yang menyebabkan masalah. Jika anak tampak tak nyaman di pesta ulang tahun yang berisik, ajak ia menepi sebentar ke tempat yang tenang. Saat dewasa, ia bisa menakar sendiri kapan ia perlu menyendiri.
Baca Juga: Cara Mengenali 5 Tahapan Perkembangan Sosial Emosional Balita Sesuai Usianya
Berusahalah tanpa emosi menghadapi balita jika ia menolak memakai pakaian yang tidak terasa nyaman baginya. Gunting labelnya jika perlu, atau balikkan kaus kaki jika jahitannya terasa gatal. Jika akar masalahnya sudah ditemukan, Moms bisa lebih mudah membelikan pakaian yang pas untuknya.
Hal yang perlu dihindari: mendengarkan omongan orang lain yang tidak perlu. Jika Moms dianggap memanjakan anak, abaikan saja. Ini bukan masalah disiplin, melainkan sensitivitas inderanya.
3. Tidak Mau Mencoba Hal Baru
Foto: practicalparenting.com.au
Anak cenderung mau makan makanan yang itu-itu saja. Di hari pertama sekolah pun, anak menangis meraung-raung, tidak mau lepas dari Moms. Jangan tanya reaksinya saat dibawa ke dokter gigi.
Positifnya: ia memiliki kemampuan perencanaan yang kuat untuk menghindari kejutan serta bisa diandalkan soal konsistensi.
Hal yang perlu dilakukan: memberikan waktu untuk transisi. Sebelum berangkat sekolah, misalnya, infokan 30 menit sebelumnya, lalu 15 menit dan lima menit sebelum berangkat. Sebab, anak-anak ini menyukai rutinitas.
Baca Juga: Jangan Ikut Marah Moms! Ini Yang Harus Dilakukan Ketika Anak Tantrum Di Depan Umum
Moms juga bisa menanyakan apakah Si Kecil mau roti untuk bekalnya dipotong segitiga atau kotak saja. Daripada tiba-tiba anak mengamuk cuma gara-gara potongan roti, kan?
Agar anak mau mencicipi makanan baru, Moms bisa melibatkannya dalam proses pembelian sampai penyajian makanan. Misalnya, memilih sayuran di pasar atau supermarket, membersihkan dan memotongnya, sampai memasaknya.
Hal yang perlu dihindari: berhenti memberikan hal baru pada anak demi menghindari keributan. Anak tetap perlu mencoba hal-hal baru seperti anak lainnya. Hanya saja ia perlu pembiasaan secara bertahap.
Baca Juga: 6 Penyebab Anak Suka Marah, Salah Satunya karena Perilaku Orang Tua Juga
Moms tentu pernah mendengar ungkapan “anak adalah peniru ulung” dan “actions speak louder than words”. Menurut studi di jurnal Child Development, balita memerhatikan kesuksesan dan kegagalan orang dewasa di sekitar mereka. Hal ini memengaruhi kegigihan mereka dalam mengerjakan sesuatu.
Karena itu, jadilah teladan yang baik dengan tanpa emosi menghadapi balita bertemperamen sulit seperti di atas. Semangat, Moms!
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.