7 Trauma Masa Kecil dan Dampak Buruknya bagi Si Kecil!
Kebanyakan orang tua mungkin tidak pernah membayangkannya, tetapi dampak dari trauma masa kecil ternyata sangat besar bagi perkembangan dan kehidupan buah hati sampai dia dewasa kelak.
Moms harus tahu dulu, kalau menurut National Institute of Mental Health, trauma masa kecil adalah pengalaman yang membuat anak menderita atau sakit secara emosional.
Lebih lanjut dijelaskan oleh psikoterapis Amy Morin, LCSW, kalau pengalaman yang bisa menimbulkan trauma masa kecil biasanya:
- Terjadi secara tidak terduga
- Terjadi secara berulang
- Dilakukan oleh seseorang yang sengaja berbuat jahat
- Anak tidak siap menghadapinya
Kalau tidak ditangani dengan benar, trauma masa kecil bisa berkembang menjadi gangguan stres pasca trauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD).
Menurut Medical News Today, PTSD dapat meningkatkan risiko depresi, gangguan perilaku, kepercayaan diri rendah, kecemasan, pikiran bunuh diri, serta masalah emosi dan psikologis negatif jangka panjang.
Demi kelancaran dan kebahagiaan hidupnya di masa depan, lindungi dan hindarkan buah hati dari berbagai jenis trauma masa kecil berikut ya, Moms.
Baca Juga: Alasan Suami Merasa 'Trauma' dan Enggan Bercinta Pasca Istri Melahirkan
Apa Itu Trauma Masa Kecil?
Trauma masa kecil adalah peristiwa yang dialami oleh seorang anak yang menimbulkan rasa takut dan biasanya kekerasan, berbahaya, atau mengancam jiwa.
Selain itu, trauma masa kecil juga terkadang disebut sebagai pengalaman masa kanak-kanak yang merugikan atau pengalaman berbeda yang dapat menyebabkan trauma.
Seperti pelecehan fisik atau seksual, misalnya, dapat menimbulkan trauma bagi anak-anak. Peristiwa seperti kecelakaan mobil, bencana alam, atau kehilangan orang yang dicintai.
Beberapa insiden lainnya yang juga dapat berdampak buruk secara psikologis pada anak-anak.
Trauma masa kecil bahkan tidak harus melibatkan pengalaman yang terjadi langsung pada anak.
Sebab, melihat orang yang dicintai mengalami masalah yang parah, bisa sangat traumatis bagi anak-anak.
Baca Juga: 7 Metode yang Bisa Dilakukan untuk Trauma Healing, Tertarik Mencobanya?
Jenis Trauma Masa Kecil
Setelah mengetahui trauma masa kecil, Moms bisa mengetahui beberpaa jenis trauma masa kecil yang mungkin dirasakan oleh Si Kecil, di antaranya:
1. Pelecehan Atau Kekerasan Seksual
Seperti disebutkan oleh National Traumatic Stress Network, trauma masa kecil akibat pelecehan atau kekerasan seksual pada anak dapat terjadi dalam bentuk:
- Kontak seksual atau percobaan kontak seksual
- Paparan pada konten atau lingkungan dewasa yang tidak sesuai dengan usia anak, seperti melihat gambar porno atau melihat orang dewasa berhubungan intim
- Eksploitasi seksual
2. Kekerasan Fisik dan Emosional
Kalau Moms masih suka memukul anak sebagai bentuk hukuman, sebaiknya hentikan sekarang juga.
Karena segala kekerasan fisik di masa kecil dapat menimbulkan trauma yang terus membayangi hingga buah hati dewasa nanti.
Trauma emosional yang membekas juga bisa terjadi akibat anak dihina, direndahkan atau disepelekan, ditekan untuk mencapai sesuatu yang diluar kemampuannya, di cap negatif, atau dipermalukan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh tim Dr. Pierre-Eric Lutz, trauma hebat akibat kekerasan fisik maupun emosional di masa kecil dapat merusak hubungan saraf di area otak yang mengatur emosi, perhatian, dan proses kognitif anak lho, Moms.
Baca Juga: 7+ Tanda Gangguan Kesehatan Mental pada Anak, Diperhatikan Ya Moms!
3. Pengabaian
Jenis trauma masa kecil selanjutnya adalah pengabaian di keluarga.
Maksud dari pengabaian di sini adalah tidak memenuhi kebutuhan fisik, medis, atau pendidikan anak.
Meski orang tua atau pengurus mampu secara finansial ataupun mendapat bantuan untuk melakukannya.
4. Kecelakaan Atau Masalah Medis Serius
Moms mungkin sudah tahu kalau mengalami kecelakaan di masa kecil dapat membuat anak terbayangi trauma hingga dewasa nanti.
Namun menderita cedera, penyakit fisik, atau menjalankan prosedur medis yang rasanya sangat sakit atau mengancam nyawa di masa kecil juga bisa menimbulkan trauma tersendiri di alam bawah sadar anak.
Baca Juga: Ophidiophobia, Fobia pada Ular yang Berlebihan
5. Menjadi Saksi Kekerasan Di Lingkungan Terdekat
Walau tidak mengalami sendiri, melihat atau menjadi saksi kekerasan di lingkungan terdekat ternyata memiliki efek traumatis yang sama bagi anak.
Misalnya saja, melihat langsung kekerasan fisik, finansial, maupun emosional yang dilakukan oleh atau kepada orang di dalam rumah, sekolah, atau lingkungan sekitar.
6. Perundungan
Dampak negatif trauma masa kecil akibat perundungan atau bullying itu tidak main-main lho, Moms.
Bukan hanya akan mempengaruhi kondisi mental dan psikologis Si Kecil, The Center for Developing Child di Harvard University juga mengungkap kalau stres akibat perundungan dapat menghambat perkembangan anak.
Selain itu, perundungan juga dapat meningkatkan risiko diabetes dan penyakit jantung saat dewasa nanti.
Sebab, Si Kecil mungkin mencari pelarian dengan mengonsumsi beberapa makanan manis untuk menghibur diri mereka.
7. Bencana Alam dan Konflik
Perubahan hidup drastis akibat terkena bencana alam seperti banjir atau gempa bumi, maupun konflik seperti perang atau kekacauan politik adalah salah satu penyebab trauma masa kecil yang memang tak pernah bisa diduga.
Itulah kenapa di setiap peristiwa bencana alam dan konflik dengan korban anak, biasanya selalu ada tim psikolog khusus yang diterjunkan untuk mengatasi trauma.
Baca Juga: Bagaimana Cara Mengatasi Jika Anak Jadi Korban Bullying?
Dampak Trauma Emosional pada Anak
Trauma emosional dapat menimbulkan efek jangka panjang pada anak, mulai dari masalah pada otaknya hingga depresi saat ia bertumbuh dewasa nanti.
1. Kerusakan Otak Permanen
Sebuah penelitian pernah dilakukan pada 105 anak, di mana 22 anak dinyatakan sehat dan sisanya mengalami gangguan kejiwaan akibat trauma emosional.
“Ketika melihat tingkat S100B pada pasien yang mengalami trauma emosional, jumlahnya sama tinggi dengan pasien yang mengalami trauma otak yang parah,” ujar Dr. Tatiana Falcone, MD, seorang dokter anak di pusat pemeriksaan epilepsy Cleveland Clinic Main Campus yang melakukan penelitian tersebut.
S100B sendiri adalah protein pengikat kalsium. Meningkatnya protein S100B dapat menunjukkan terjadinya kerusakan saraf.
Penelitian yang dilakukan Dr. Falcone dan timnya menemukan bahwa trauma emosional pada anak membuat protein S100B pada otaknya jauh lebih tinggi daripada yang seharusnya.
Terlebih, semakin buruk trauma emosional yang terjadi pada anak, semakin tinggi level protein S100B nya yang artinya semakin parah tingkat kerusakan otaknya.
Penelitian yang masih berlangsung juga mempelajari peradangan pada otak anak akibat kondisi psikis seperti depresi, stres pasca trauma emosional, dan gangguan kejiwaan.
Meskipun dari beberapa penelitian menunjukkan trauma emosional pada anak dapat menyebabkan peradangan pada otak yang mirip dengan yang terjadi pada gegar otak, peradangan ini bisa terjadi dalam jangka waktu sangat panjang.
Akhirnya, kondisi tersebut akan menyebabkan berkembangnya kelainan psikis pada anak di kemudian hari.
Baca Juga: 5 Cara Menjaga Kesehatan Mental Anak yang Bisa Dilakukan Orang Tua
2. Dampak Jangka Panjang
Dokter-dokter sampai saat ini masih berusaha untuk mencari jalan demi mengubah cara trauma emosional pada anak bekerja mempengaruhi otak.
Harapannya agar pengobatan psikoterapi dapat mencegah pengembangan depresi dan stres mendalam paska trauma emosional pada anak.
Sebab, anak dengan trauma emosional kebanyakan bertumbuh menjadi pribadi yang:
- Mudah marah
- Mudah tersinggung
- Tidak percaya diri
- Sensitif
Akhirnya, anak jadi lebih suka menyendiri dan cenderung menghindari interaksi sosial.
Trauma emosional pada anak bisa berdampak buruk pada otaknya dimana ini bisa menyebabkan anak bertumbuh menjadi pribadi yang selalu merasa tertekan.
3. Dampak Kesehatan Fisik
Ketika seorang anak mengalami peristiwa traumatis, hal itu dapat mengganggu perkembangan fisiknya, lho Moms.
Ini karena stres dan rasa takut yang mereka rasakan dapat mengganggu perkembangan sistem kekebalan dan saraf pusat Si Kecil, sehingga lebih sulit untuk mencapai potensi penuh.
Secara khusus, paparan trauma berulang meningkatkan risiko perkembangan anak, seperti:
Selain itu, trama saat anak-anak meningkatkan risiko berkembangnya beberapa kondisi berbeda seperti penyakit autoimun, penyakit paru, penyakit kardiovaskular, dan kanker di masa dewasa.
Baca Juga: 5 Tips Agar Bayi Tidak Trauma saat Disuntik, Yuk Coba!
Cara Membantu Anak yang Mengalami Trauma Masa Kecil
Membesarkan anak dengan trauma masa kecil bukan sebuah hal yang mudah. Mungkin Moms membutuhkan bantuan para ahli untuk membesarkannya.
Dukungan sosial dapat menjadi kunci untuk mengurangi dampak trauma pada anak, bahkan sejauh mengurangi risiko ide bunuh diri.
Berikut adalah beberapa cara untuk mendukung anak setelah kejadian yang mengecewakan:
- Dorong anak untuk berbicara tentang perasaan dan emosi mereka
- Bantu mereka memahami bahwa mereka tidak bersalah
- Jawab pertanyaan mereka dengan jujur
- Yakinkan anak bahwa ornag tua akan melakukan semua yang bisa untuk menjaga mereka tetap aman
- Tetap berpegang pada rutinitas sehari-hari sebanyak mungkin
Bersabarlah karena setiap anak pulih dengan kecepatannya sendiri
Untuk itu sebagai orang tua kita harus selalu menjaga agar dalam masa pertumbuhannya, anak tidak mengalami trauma emosional yang berdampak buruk bagi kehidupannya.
Dengan penjagaan yang baik, hal-hal yang menyebabkan trauma emosional pada anak diharapkan tidak terjadi.
Baca Juga: 4 Tipe Pola Asuh Anak, Mana yang Moms Pilih?
Menciptakan suasana keluarga yang nyaman, hangat, dan saling percaya itu penting agar anak berani bercerita tentang segala hal yang membuatnya takut dan tidak nyaman.
Dengan begitu, dia tidak perlu mengalami trauma masa kecil yang bisa menghambat kelancaran dan kebahagiaan hidupnya sampai dewasa nanti.
Bagaimana menurut Moms, pengalaman atau peristiwa apalagi yang bisa menimbulkan trauma berkepanjangan bagi seorang anak?
- https://www.samhsa.gov/child-trauma/understanding-child-trauma
- https://www.verywellmind.com/what-are-the-effects-of-childhood-trauma-4147640#citation-8
- https://www.nimh.nih.gov/health/publications/helping-children-and-adolescents-cope-with-disasters-and-other-traumatic-events
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/156285
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.