3 Langkah Deteksi Anak yang Alami Stunting
Pertumbuhan dan perkembangan anak tentunya menjadi perhatian bagi orang tua. Salah satu masalah yang terjadi pada anak adalah stunting. Stunting disebabkan oleh kurangnya nutrisi, infeksi yang berkepanjangan, serta kurangnya stimulasi psikososial.
Seorang anak bisa dikatakan mengalami stunting apabila tinggi badannya berada di bawah negatif 2 standar deviasi pada kurva tinggi menurut usia WHO.
Apabila anak memiliki perawakan pendek tapi kenaikan panjang badannya konsisten, sehat, dan perkembangannya sesuai dengan usianya, maka itu belum dapat dikatakan stunting. Hal tersebut yang diungkapkan oleh dr. Caessar Pronocitro, dokter spesialis anak di RS Pondok Indah Bintaro Jaya.
“Langkah utama yang perlu dilakukan untuk mendeteksi anak mengalami stunting atau tidak adalah memantau perkembangan anak melalui standar deviasi kurva panjang dari WHO. Caranya sederhana namun harus rutin dilakukan agar hasilnya signifikan,” jelasnya pada Kulwap Orami Community, Kamis (7/2).
Lebih lengkapnya tentang cara mendeteksi anak yang stunting, simak ulasannya di bawah ini.
1. Rutin Mengukur Tinggi Badan Anak
Foto: smartparenting
Cara mudah mengetahui apakah anak stunting atau tidak adalah rutin mengukur tinggi badan anak. Caranya dengan mengukur lewat kurva tinggi menurut usia dari WHO atau yang bisa disebut WHO Child Growth Standards.
Kurva ini bisa diperoleh dari situs WHO atau biasanya ada di buku kesehatan anak. Lengkapnya lagi, bisa dilihat di bawah ini:
foto: who
Baca Juga: Pendek Belum Tentu Kurang Gizi atau Stunting, Bisa jadi Karena Hal Ini
Di kurva itu dapat terlihat beberapa garis. Garis hijau yang berada di tengah dan ada angka 0 adalah garis tengah dari panjang/tinggi badan anak menurut usia sesuai kurva WHO.
Garis merah di atas dengan angka 2 dan garis merah di bawah dengan angka -2 adalah batas panjang/tinggi badan anak dapat dikatakan normal.
Apabila panjang/tinggi badan anak berada di bawah garis merah -2 maka dikatakan memiliki perawakan pendek atau stunting. Jangan lupa untuk menandai posisi pertumbuhan bayi di kurva WHO atau yang ada di buku kesehatan anak, agar mengetahui apakah anak tumbuh dengan baik sesuai kurva.
Stunting sebenarnya dapat dicegah hanya saja dalam 1000 hari pertama atau sebelum anak berusia 2 tahun. Untuk itu, asupan gizi yang terbaik harus diberikan pada anak sejak masih dalam kandungan.
2. Memantau Pertumbuhan Anak
Foto: yandex
Deteksi anak mengalami stunting atau tidak dilihat dari pertumbuhan yang dipantau secara berkala, biasanya sebulan sekali saat imunisasi. Selain mengukur tinggi badan, anak harus dipantau terus melalui berat badan dan lingkar kepala.
Perkembangan dapat dipantau dengan mengacu pada tabel perkembangan bayi dan anak yang bisa diperoleh secara mudah di berbagai situs ataupun buku kesehatan. Misalnya, paling lambat saat usia 1 tahun anak seharusnya sudah dapat berdiri tanpa berpegangan.
Baca Juga: Anak Kena Stunting atau Pendek karena Gizi Buruk Picu Penyakit Degeneratif Saat Dewasa
3. Anak Pendek Bukan Berarti Stunting
Foto: en.delfi.it
Moms, perlu diperhatikan bahwa setiap pertumbuhan anak itu berbeda karena banyak faktor yang memengaruhi, salah satunya adalah faktor genetik. Menurut dr. Caessar, jika anak memiliki postur tubuh lebih pendek dari anak seusianya, bukan berarti ia mengalami stunting.
“Anak yang pertumbuhannya naik secara konsisten, meskipun memiliki tubuh berpostur pendek, tidak dapat dikatakan sebagai stunting. Jangan sampai hanya berdasarkan perasaan subyektif kita saja, karena kenaikan berat setiap bulannya tidak sepesat saat bulan-bulan pertama,” jelasnya.
Yang perlu dikhawatirkan kalau berat dan panjangnya tidak sesuai dengan alur kurva yang sebelumnya maka anak berisiko stunting, apalagi kalau panjang badannya berada di bawah -2 standar deviasi kurva panjang menurut usia WHO.
Anak yang stunting juga tidak dapat dilihat dari perubahan psikologisnya, semua berasal dari pertumbuhan dan perkembangannya.
Jadi, pemantau tumbuh kembang anak tidak bisa dibanding-bandingkan dengan orang lain ya, Moms!
(DG)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.