4 Risiko Setelah Hamil Anggur yang Bisa Terjadi
Tengok risiko setelah hamil anggur di sini, yuk, Moms.
Setiap ibu menginginkan kehamilan sehat dan janin yang berkembang normal. Tetapi, beberapa calon ibu bisa mengalami risiko kehamilan, salah satunya hamil anggur.
Hamil anggur atau molar pregnancy, merupakan salah satu kondisi di mana terjadi kegagalan dalam pembuahan sel telur oleh sperma. Wanita yang mengalaminya bisa memiliki risiko setelah hamil anggur.
Menurut CancerResearch, kehamilan anggur menyebabkan tumbuhnya sel-sel abnormal atau kelompok kantung berisi air di dalam rahim. Kehamilan anggur ada dua jenis, yaitu hamil anggur utuh atau parsial.
Baca Juga: 9 Tanda Hamil Anggur yang Harus Diwaspadai
Penyebab Hamil Anggur
Foto: Orami Stock Photos
Mengutip Mayo Clinic, kehamilan anggur disebabkan oleh telur yang dibuahi secara tidak normal.
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan RS Pondok Indah-Pondok Indah, dr. Yuslam Edi Fidianto, Sp.OG, mengatakan bahwa penyebab kehamilan anggur bisa dikarenakan gangguan kromosom atau malnutrisi pada ibu.
"Penyebabnya adalah terjadinya gangguan kromosom dan gizi yang kurang baik pada ibu, saat masa kehamilan," terang dr. Yuslam.
1. Kehamilan Anggur Utuh
Dalam March of Dimes, disebutkan bahwa kehamilan anggur utuh berarti tidak ada embrio atau jaringan plasenta.
Hal ini terjadi ketika kromosom dari sel telur ibu hilang atau tidak berfungsi, dan terjadi salinan kromosom dari ayah, sehingga semua 46 kromosom berasal dari ayah saja.
2. Kehamilan Anggur Parsial
Seperti namanya, pada kondisi ini ada embrio dan mungkin beberapa jaringan plasenta. Embrio mungkin mulai tumbuh, tetapi tidak bisa bertahan.
Kondisi ini terjadi ketika embrio memiliki dua set kromosom dari ayah dan satu dari ibu, sehingga ada 69 kromosom ketimbang 46 atau 23 pasang kromosom. Ini bisa terjadi ketika terjadi salinan pada kromosom ayah, atau karena dua sperma membuahi satu sel telur.
Baca Juga: Kehamilan yang Gagal, Kenali Ciri-ciri Hamil Anggur
Risiko Setelah Hamil Anggur
Foto: Orami Stock Photos
Kehamilan anggur merupakan kondisi yang jarang terjadi. Di Amerika Serikat, kasus ini terjadi pada 1 dari 1000 wanita. Meskipun bisa diobati, tetapi ada beberapa risiko setelah hamil anggur yang bisa terjadi.
1. Sebaiknya Tunda Kehamilan Usai Pengobatan
Kehamilan anggur merupakan salah satu gestational trophoblastic disease di mana kondisi penyakit ini terkait kehamilan yang berkembang di dalam rahim wanita.
Mengutip Cancer.org, sebagian besar wanita yang memiliki kehamilan anggur dapat memiliki kehamilan normal nantinya.
Studi menemukan bahwa wanita yang dirawat karena gestational trophoblastic disease (GTD) memiliki risiko masalah kehamilan yang hampir normal seperti lahir mati, cacat lahir, bayi prematur, atau komplikasi lainnya.
Bila Moms berencana hamil lagi usai menjalani kehamilan anggur, konsultasikan ke dokter terlebih dahulu apakah sudah aman untuk hamil kembali.
2. Tak Disarankan Menggunakan KB Spiral
Penting untuk menghindari kehamilan selama masa tindak lanjut pengobatan dan perawatan, mengingat kecenderungan Moms akan mengalami hamil anggur lagi.
Karena perlu menunda kehamilan untuk sementara waktu, bicarakan dengan dokter tentang berapa lama kontrol dan perawatan akan berlangsung, dan tanyakan apa pilihan kontrasepsi yang terbaik.
Kebanyakan dokter menyarankan untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi spiral (IUD), karena dapat meningkatkan risiko perdarahan, infeksi, atau menusuk dinding rahim usai mengalami hamil anggur.
Baca Juga: Apa yang Dimaksud dengan Hamil Anggur? Simak Penjelasannya di Sini
3. Risiko Hamil Anggur yang Berulang
Obgyn.net menyebutkan bahwa risiko akan hamil anggur lagi adalah sekitar 1% (1 dari 100). Sebagian besar dokter akan melakukan USG untuk memastikan kehamilan yang normal bagi wanita dengan hamil anggur sebelumnya.
Jika Moms pernah hamil dan mengalami kehamilan anggur atau kondisi GTD sebelumnya, ada kemungkinan sekitar 1% hingga 2% bisa berisiko mengalami kehamilan anggur lagi, bisa berupa kehamilan mola lengkap atau sebagian.
Karena itu, Moms harus menjalani pemeriksaan USG panggul dalam 13 minggu pertama (trimester pertama) kehamilan untuk memastikan proses kehamilan dan perkembangan janin berjalan normal.
4. Kemungkinan Kecil Adanya Risiko Kanker Usai Pengobatan
Moms mungkin bertanya-tanya mengenai kecenderungan risiko kanker nantinya jika pernah mengalami kehamilan anggur.
Studi yang dilakukan dalam American Journal of Obstetrics & Gynecology, menyebutkan bahwa kehamilan anggur tidak berkaitan dengan peningkatan risiko kanker.
Memiliki GTD tidak meningkatkan risiko kanker lain. Namun, beberapa obat kemoterapi yang digunakan untuk mengobati GTD terkadang dapat meningkatkan risiko jenis kanker tertentu, paling sering adalah leukemia.
Tetapi, Moms tidak usah khawatir akan hal ini, terutama jika mengalami GTD risiko rendah. Ada masalah yang sedikit lebih umum terjadi pada pengobatan GTD risiko tinggi, seperti penggunaan etoposid dan siklofosfamid.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.