Mengenal Hormon Oksitosin, Apa Fungsinya Bagi Ibu dan Anak?
Apakah Moms mengetahui tentang hormon oksitosin?
Seorang ibu yang mengandung hingga melahirkan akan mengalami pelonjakan hormon di dalam tubuhnya.
Hormon-hormon tersebut sebenarnya berperan penting mulai dari pembentukan janin dalam kandungan, melindungi tubuh Moms selama kehamilan, hingga dapat membantu proses persalinan.
Salah satu hormon yang dialami oleh Moms adalah hormon oksitosin.
Hormon oksitosin berada di dalam hipotolamus pada otak. Hormon ini membantu merangsang rahim berkontraksi saat trimester akhir kehamilan, yang juga menjadi tanda bahwa Si Kecil akan segera lahir.
Selain itu, hormon oksitosin juga membantu merangsang produksi air susu ibu (ASI) setelah proses persalinan.
Proses menyusui dipengaruhi oleh dua hormon utama, yaitu hormon prolaktin dan oksitosin.
Hormon prolaktin diproduksi oleh kelenjar pituitari, yang berada di dalam otak yang berpengaruh terhadap berbagai fungsi fisiologis tubuh. Semakin sering bayi menyusu, maka frekuensi hormon ini juga semakin banyak.
Sedangkan hormon oksitosin diperlukan untuk memperlancar ASI yang sudah diproduksi.
Ternyata, hormon oksitosin dipengaruhi oleh berbagai banyak hal, namun sebagian besar adalah kondisi psikologis Moms. Yuk cari tahu lebih dalam mengenai hormon oksitosin ini Moms.
Baca Juga: Inilah 6 Hormon Kehamilan Utama yang Ibu Hamil Wajib Tahu
Hormon Oksitosin pada Wanita Hamil dan Melahirkan
Foto: Orami Photo Stock
Menurut sebuah studi oleh yang dilakukan oleh Ruth Feldman, ibu hamil dengan tingkat hormon oksitosin yang tinggi selama trimester pertama kehamilan mereka terlibat lebih alami dalam perilaku ikatan dengan bayi mereka setelah lahir.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kadar oksitosin memainkan peran penting dalam tubuh wanita selama kehamilannya.
Selama trimester pertama, peningkatan kadar oksitosin mempengaruhi metabolisme dan membantu seorang wanita menambah berat badan.
Simpanan energi ini berguna di kemudian hari selama masa pertumbuhan janin yang cepat.
Selama trimester ketiga, oksitosin membuat ibu hamil bertindak lebih hati-hati. Kewaspadaan yang meningkat adalah cara alami untuk membantu ibu hamil melindungi diri dan bayinya.
Saat persalinan dimulai, oksitosin bertanggung jawab untuk menyebabkan kontraksi. Setelah bayi lahir, hormon tersebut menurunkan tingkat stres ibu baru dan membantunya rileks.
Tentunya, oksitosin adalah hormon yang kuat dan penting selama kehamilan dan setelah melahirkan.
Ibu hamil mungkin tidak sepenuhnya merasakan atau memahami hormon yang mempengaruhi sebelum melahirkan.
Namun, mereka pasti akan merasakan aliran oksitosin pada saat-saat pertama mereka memegang kulit bayi mereka yang baru lahir ketika ikatan antara ibu dan bayi dimulai.
Baca Juga: Kenali 12 Refleks pada Bayi Baru Lahir
Fungsi Hormon Oksitosin pada Ibu dan Bayi
Foto: Orami Photo Stock
Selain dapat membantu Moms dalam memproduksi ASI, hormon oksitosin juga merupakan hormon yang berperan penting dalam menjalin ikatan antara ibu dan bayinya.
Ketika seorang dokter menempatkan bayi baru lahir di dada ibunya pada saat-saat setelah lahir, oksitosin pun dilepaskan. Suhu tubuh ibu meningkat untuk menciptakan tempat yang hangat dan nyaman bagi bayi untuk meringkuk.
Skin to skin contact akan menenangkan bayi baru lahir dan membantu mereka menangis lebih sedikit.
Oksitosin yang dilepaskan selama skin to skin contact juga memungkinkan bayi baru lahir dan ibu untuk mempelajari aroma khusus satu sama lain.
Pada saat-saat pertama setelah kelahiran ini lah, seorang ibu dan bayi mulai terikat. Oksitosin menyebabkan bayi yang baru lahir mencari dan menempel pada payudara ibunya untuk menyusui.
Tingkat oksitosin yang lebih tinggi selama kehamilan dapat menyebabkan ibu terlibat dalam lebih banyak perilaku keibuan setelah melahirkan.
Perlu Moms ketahui, seorang ayah biasanya juga akan memiliki oksitosin dalam tubuhnya.
Bahkan menurut sebuah jurnal yang dipublikasikan dalam Current Opinion in Psychology, ibu dan ayah yang merawat anak memiliki tingkat oksitosin yang sama selama beberapa bulan pertama kehidupan bayi mereka.
Ayah baru, ternyata, bisa memancarkan jumlah hormon cinta yang sama seperti yang bisa dilakukan ibu.
Sebuah studi epigenetik baru yang dilakukan oleh Kathleen Krol dan Jessica Connelly dari University of Virginia dan Tobias Grossmann dari Max Planck Institute for Human Cognitive and Brain Sciences menunjukkan bahwa perilaku ibu atau ayah dapat berdampak besar pada perkembangan sistem oksitosin anak-anak mereka.
Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi sosial awal antara orang tua dengan bayi dapat mempengaruhi perkembangan biologis dan psikologis melalui perubahan epigenetik pada sistem oksitosin.
Dengan demikian, anak-anak dapat tumbuh dengan kondisi fisik dan psikologi yang baik.
Baca Juga: Manfaat Skin to Skin Contact untuk Bayi dan Ibu
Hal yang Menghambat Produksi Hormon Oksitosin
Foto: todaysparent.com
Perlu Moms pahami, pascapersalinan adalah perjuangan yang berat dengan penuh tantangan bagi seorang ibu baru.
Terlebih lagi ketika Si Kecil adalah anak pertama. Tidak menutup kemungkinan Moms menjadi lebih mudah sedih, marah, dan perasaannya tidak menentu setiap hari.
Ketakutan menjadi seorang ibu baru memang tidak bisa dihindari, namun kondisi ini bisa berpengaruh pada hormon oksitosin Moms sendiri.
“Hal yang menghambat hormon oksitosin pada Moms adalah stres. Stres ini bisa datang dari tubuh yang terlalu lelah, bertengkar dengan pasangan, bayi yang terus rewel, dan terlalu banyak pikiran,” ungkap konselor laktasi, dr. Aini, saat berbincang-bincang pada Kulwap Orami Community, Senin (22/4) lalu.
Hormon oksitosin yang terhambat dapat memengaruhi produksi ASI juga terganggu. Padahal, seperti Moms ketahui, ASI sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ia harus mendapatkan asupan ASI eksklusif setiap harinya. Selain itu, keberhasilan ASI rata-rata hingga anak berusia 2 tahun.
Setelah melahirkan, memang banyak masalah yang dapat terjadi.
Namun, di sinilah waktu yang tepat agar Moms mampu membuka diri dan bercerita kepada pasangan, atau anggota keluarga yang benar-benar dipercaya, seperti ibu dari Moms sendiri.
Jangan menyimpan masalah sendiri karena hanya ujung-ujungnya hanya membuat stres dan bisa menghambat proses tumbuh kembang Si Kecil.
Baca Juga: 3 Cara Mengeluarkan ASI tanpa Harus Hamil, Salah Satunya dengan Terapi Hormon!
Hal yang Meningkatkan Hormon Oksitosin
Foto: verywellhealth.com
Sebaliknya, hormon oksitosin dapat meningkat tentunya ketika kondisi psikis Moms dalam keadaan baik. Ketika Moms merasa bahagia, tenang, aman, dan nyaman, maka hal ini juga berpengaruh pada produksi ASI yang semakin lancar.
Melakukan skin to skin contact dengan bayi juga meningkatkan hormon oksitosin. Selain itu, hubungan yang harmonis dengan pasangan juga membuat hormon tersebut meningkat.
“Moms dapat meminta pula bantuan suami untuk melakukan pijat untuk merangsang oksitosin,” ujar dr Aini, yang saat ini praktik di RSIA Permata Bekasi dan RSIA Kemang Medical Care.
Selain itu, hindari juga diet berlebihan saat proses menyusui karena secara tidak langsung, hal tersebut berpengaruh pada kesehatan Moms.
Perlu Moms ketahui, saat menyusui, kebutuhan kalori dan cairan tubuh harus tetap terpenuhi.
Baca Juga: 7 Rekomendasi ASI Booster untuk Melancarkan Produksi ASI
Untuk itu, selalu konsumsi makanan tepat pada waktunya dan dengan asupan gizi yang tepat. Penuhi juga cairan tubuh Moms agar terhindar dari dehidrasi.
Produksi ASI lancar, bayi bahagia dan ibu juga dapat tenang, ya!
- https://ruthfeldmanlab.com/wp-content/uploads/2019/05/oxytocin.-a-parenting-hormone.2017.pdf
- https://www.mpg.de/14010648/1016-nepf-132884-mothers-behavior-influences-bonding-hormone-oxytocin-in-babies
- https://www.ntd-eurofins.com/oxytocin-affects-mom-baby-bond/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.