Anak Demam dan Ruam Merah? Waspada Penyakit Kawasaki!
Penyakit kawasaki atau sindrom kelenjar getah bening mukokutan adalah penyakit yang menyebabkan radang pada arteri, vena, dan kapiler.
Nama penyakit ini diambil dari nama penemunya, Dr. Tomisaku Kawasaki. Ditemukan di Jepang pada 1967, saat itu dikenal sebagai mucocutaneous lymph node syndrome.
Penyakit Kawasaki Banyak Serang Anak
Penyakit kawasaki paling sering terjadi pada anak-anak. Sekitar 75 persen kasus penyakit kawasaki adalah anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Menurut riset, penyakit ini bukanlah penyakit turunan, tapi faktor risiko cenderung meningkat dalam keluarga. Saudara kandung dari seseorang yang memiliki penyakit kawasaki, 10 kali lebih mungkin terkena penyakit ini.
Angka kejadian di Jepang tertinggi di dunia, yaitu berkisar 1 kasus per 1.000 anak balita, disusul Taiwan dan Korea. Di Amerika Serikat penyakit ini menyerang lebih dari 4.200 anak setiap tahunnya, dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan dan anak-anak keturunan Asia dan Pasifik. Meski begitu, penyakit kawasaki bisa menyerang anak-anak dan remaja dari semua latar belakang ras dan etnis.
Bagaimana di Indonesia? Kasus pertama penyakit ini ditemukan pada 1996. Sejak itu, diprediksi setidaknya ada 5.000 kasus baru setiap tahunnya. Namun, hanya sekitar 100-200 kasus yang terungkap sehingga masih ada ribuan kasus yang belum diketahui.
Dalam kebanyakan kasus, anak-anak akan pulih dalam beberapa hari pengobatan tanpa masalah serius. Kekambuhan jarang terjadi. Namun, bila tidak diobati, penyakit kawasaki bisa menyebabkan penyakit jantung serius.
Baca Juga: 4 Perawatan di Rumah yang Bisa Dilakukan Saat Anak Demam
Gejala Penyakit Kawasaki
Penyakit kawasaki terjadi secara bertahap dan disertai dengan gejala dan tanda.
Tahap awal
Gejala awal, yang bisa bertahan sampai dua minggu, bisa meliputi:
- Demam tinggi yang berlangsung selama lima hari atau lebih
- Ruam pada batang tubuh dan pangkal paha
- Mata merah
- Bibir merah cerah dan bengkak
- Lidah terlihat berkilau dan cerah dengan bintik merah
- Bengkak pada kelenjar getah bening
- Bengkak pada tangan dan kaki
- Telapak tangan dan telapak kaki terlihat merah
- Masalah jantung juga bisa muncul saat ini.
Tahap akhir
Dalam waktu dua minggu setelah demam, gejala berikutnya terlihat jelas. Kulit pada tangan dan kaki anak mungkin mulai mengelupas.. Beberapa anak juga dapat menunjukkan gejala artritis sementara, atau nyeri sendi.
Tanda dan gejala lainnya termasuk:
- Sakit perut
- Muntah
- Diare
- Pembesaran kantung empedu
- Gangguan pendengaran sementara
Baca Juga: Anak Panas Karena Demam? Jangan Panik Dulu
Pengobatan Penyakit Kawasaki
Anak-anak yang didiagnosis dengan penyakit kawasaki harus segera memulai perawatan untuk mencegah kerusakan jantung.
Pengobatan lini pertama untuk penyakit kawasaki adalah melibatkan infus antibodi (imunoglobulin intravena) selama 12 jam dalam waktu 10 hari setelah demam, dan diberikan aspirin setiap hari selama empat hari berikutnya.
Anak mungkin perlu terus minum aspirin dosis rendah selama enam sampai delapan minggu setelah demam hilang untuk mencegah pembentukan bekuan darah.
Satu studi juga menemukan bahwa penambahan prednisolon secara signifikan mengurangi potensi kerusakan jantung. Tapi ini belum diuji coba di populasi lain.
Waktu sangat penting untuk mencegah masalah jantung serius. Studi juga melaporkan tingkat resistensi yang lebih tinggi terhadap pengobatan, bila diberikan sebelum hari kelima demam. Sekitar 11 sampai 23 persen anak-anak dengan KD akan memiliki resistensi.
Beberapa anak mungkin memerlukan waktu pengobatan lebih lama untuk mencegah arteri yang tersumbat atau serangan jantung.
Agar penyakit ini tidak bertambah buruk bicaralah pada dokter jika anak menunjukkan tanda-tanda demam tinggi yang terus berlanjut selama lebih dari lima hari, lidah seperti stroberi dan tangan serta kaki terlihat bengkak.
Ditinjau oleh: dr. Jezy Reisya
Sumber: meetdoc.com
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.