Apakah Gangguan Tidur Obstructive Sleep Apnea pada Balita Berbahaya?
Gangguan tidur sleep apnea ternyata tidak hanya bisa dialami orang dewasa, tapi juga anak-anak. Sebenarnya apa penyebab, faktor risiko, dan gejala obstructive sleep apnea pada balita?
Obstructive sleep apnea (OSA) adalah kondisi medis berupa kesulitan bernapas pada anak-anak ketika mereka tidur. Terhentinya napas biasanya terjadi karena ada sumbatan di saluran udara.
Menurut situs web Children’s Hospital of Philadelphia, OSA paling sering dialami anak-anak usia 2-6 tahun. Si Kecil mendengkur dan napasnya berhenti sebentar saat tidur. Sebenarnya mendengkur dialami 15-20% anak-anak, tapi OSA hanya memengaruhi 2-3% anak.
Gangguan tidur balita ini bisa membuat Si Kecil lelah di siang hari serta dapat menimbulkan masalah pembelajaran, perilaku, maupun medis.
Baca Juga: Balita Susah Tidur? Ini Cara Efektif Agar Anak Tidur Nyenyak
Penyebab Gangguan Tidur Balita
Foto: sonashomehealth.com
Pada anak-anak, penyebab paling umum dari OSA adalah membesarnya amandel (tonsil) di belakang tenggorokan, adenoid di belakang hidung, serta turbinate (struktur tulang kecil) di saluran pernapasan. Amandel dan adenoid memang tumbuh paling cepat antara usia 2-7 tahun.
Ketika Si Kecil tidur, otot mereka berelaksasi. Termasuk pula otot di saluran pernapasan atas yang bisa tertutup sebagian atau sepenuhnya oleh adenoid dan amandel.
Udara sulit mengalir dan bernapas menjadi lebih susah, bagaikan bernapas lewat sedotan kecil dan lemas yang terkadang kempis sehingga menutup jalan udara. Muncullah suara dengkuran dan napas yang terhenti sesaat.
Perhentian napas yang singkat tersebut (beberapa detik) menyebabkan Si Kecil terbangun sekilas. Kekencangan otot meningkat, sehingga saluran udara terbuka. Si Kecilpun bisa bernapas kembali dan tertidur lagi.
Meski jumlah menit terbangunnya Si Kecil tak banyak, gangguan berulang tersebut bisa menurunkan kualitas tidur sehingga menimbulkan masalah di siang hari pada Si Kecil. Bayangkan saja seperti dicolek 15-30 kali dalam sekali tidur malam. Tidurnya tampak sangat gelisah, tapi biasanya Si Kecil tidak sadar kalau terbangun.
Baca Juga: Yuk, Latih Balita Tidur Sendiri Dengan 5 Cara Ini
Faktor Risiko Obstructive Sleep Apnea pada Balita
Foto: neurologyadvisor.com
Anak-anak dengan ciri berikut lebih berisiko mengalami gangguan tidur balita:
- Anak yang gemuk, meski anak yang amandel atau adenoidnya membesar bisa jadi berat badannya di bawah normal
- Memiliki rahang kecil
- Memiliki wajah datar
- Menderita alergi jangka panjang
- Mengalami sindrom kraniofasial
- Menderita lemah otot
- Menderita sindrom Down
Baca Juga: Latih Balita Tidur Tepat Waktu dengan Cara Ini
Gejala Gangguan Tidur Balita
Foto: stine moe engelsrud from Pixabay
Berikut gejala paling umum obstructive sleep apnea pada balita, meski gejalanya bisa bervariasi pada setiap anak:
- Mendengkur kencang atau napasnya berisik saat tidur
- Tidak bernapas selama beberapa detik. Meski dinding dada bergerak, tidak ada udara yang bergerak dari hidung atau mulut ke paru-paru.
- Bernapas lewat mulut karena saluran pernapasan lewat hidung tertutup amandel dan adenoid yang membesar
- Sesak napas, mendengus, atau megap-megap saat tidur
- Gelisah dan berkeringat saat tidur
- Tidur dengan posisi aneh, seperti melengkungkan leher ke belakang, tidur duduk, atau menopang kepala dengan bantal tinggi untuk membuka saluran udara
- Mengompol saat tidur
- Masalah perilaku atau mengantuk. Misalnya lelah, mudah marah, rewel, frustrasi, hiperaktif, dan sulit memperhatikan
- Masalah di sekolah, sering disebut lamban atau malas
- Hidung tersumbat, sakit kepala, nafsu makan buruk, atau sulit menelan
- Sering mengalami infeksi, termasuk memiliki riwayat masalah kronis dengan amandel, adenoid, dan/atau infeksi telinga
Baca Juga: Jangan Dipaksa, Ini 4 Tanda Balita Belum Siap Tidur Sendiri
Menurut situs web The Royal Children’s Hospital Melbourne, terkadang masalah yang ditunjukkan anak penderita OSA hanya sulit memperhatikan, masalah perilaku, dan kesulitan belajar.
Pengangkatan amandel dan adenoid bisa menyembuhkan obstructive sleep apnea pada 80-90% balita. Jika adenoid tumbuh lagi dan gejala terasa kembali, Si Kecil mungkin perlu dioperasi lagi.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.