Benarkah Penderita Diabetes Lebih Rentan Mengalami Gangguan Kecemasan?
Setiap orang mengalami kecemasan dari waktu ke waktu. Namun, bagi seseorang dengan gangguan kecemasan atau anxiety disorder, perasaan khawatir dan takut luar biasa atau tidak terkendali, terus bertahan dan bahkan mungkin memburuk dari waktu ke waktu.
Orang dengan gangguan kecemasan juga memiliki pikiran-pikiran yang mengganggu. Mereka juga cenderung menghindari situasi tertentu yang menyebabkan kesusahan serta memiliki gejala fisik seperti tekanan darah tinggi.
Gangguan kecemasan sama dengan kondisi medis seperti diabetes.
Perbedaan antara kecemasan sehari-hari dan gangguan kecemasan dalam diagnosis klinis adalah seberapa besar kecemasan itu memengaruhi hidup kita.
"Diagnosis klinis benar-benar membutuhkan tingkat penurunan dalam hidup Anda di mana Anda tidak dapat memenuhi kewajiban utama," kata Nicole Bereolos, PhD, MPH, psikolog klinis dan pendidik diabetes bersertifikat di Dallas, AS seperti dikutip dari everydayhealth.com.
Baca Juga: Orang dengan Diabetes Tipe 2 Lebih Rentan Terkena Kanker Hati, Benarkah?
Hubungan antara Kecemasan dan Diabetes
Studi menunjukkan bahwa orang dengan diabetes tipe 2 lebih mungkin didiagnosis dengan kecemasan dan depresi.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada Februari 2014 dalam jurnal Medical Science Monitor, 42 persen, orang dengan diabetes tipe 2 juga memiliki kecemasan dan 28 persen di antaranya mengalami depresi.
Perempuan juga lebih cenderung mengalami kecemasan daripada pria.
Menariknya, penelitian menunjukkan kecemasan mungkin terkait dengan risiko diabetes tipe 2. Menurut sebuah studi September 2016 yang diterbitkan dalam jurnal Psychoneuroendocrinology, yang mengukur kadar glukosa darah dan IL-6, protein dalam tubuh yang merangsang respon dan penyembuhan kekebalan tubuh, menemukan bahwa orang dengan kontrol perhatian lebih mungkin untuk memiliki diabetes tipe 2.
Penyebab Kecemasan pada Penderita Diabetes Tipe 2
Bagi penderita diabetes, penyebab kecemasan beragam. Awalnya kecemasan bermula dari kesulitan dalam menguji kadar glukosa darah, minum obat, dan upaya mengelola diabetes sehingga tidak sampai membuat stres.
Orang dengan diabetes juga mungkin lebih khawatir dalam mencoba makanan baru, melakukan perjalanan, takut adanya komplikasi diabetes, biaya yang ditanggung oleh keluarga mereka, sampai biaya perawatan kesehatan, yang tiga kali lebih tinggi daripada untuk seseorang tanpa diabetes.
"Itu selalu ada di pikiran Anda, sehingga Anda bisa menjadi sibuk dan kemudian membuat pikiran Anda aktif secara berlebihan," kata Bereolos.
Baca Juga: Penderita Diabetes Tipe 2 Lebih Rentan Terkena Kanker Hati, Benarkah?
Gejala Kecemasan saat Kita Mengidap Diabetes Tipe 2
Mencoba untuk menentukan apakah kecemasan itu sekadar masalah psikologis atau karena fluktuasi gula darah bisa jadi sulit. Karena gejala hipoglikemia dan hiperglikemia meniru gejala kecemasan.
Tapi tidak seperti fluktuasi gula darah, tanda-tanda dan gejala gangguan kecemasan tetap ada.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan pada Agustus 2014 di Health Technology Assessment, gejala gangguan kecemasan meliputi:
- Gelisah atau perasaan gelisah
- Kesulitan berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
- Sifat lekas marah
- Ketegangan otot
- Bermasalah dengan tidur
- Menjadi mudah lelah
Satu-satunya pengecualian adalah gangguan panik. Serangan panik sangat intens dan berumur pendek, biasanya berlangsung antara 15 dan 20 menit dan tidak dipicu oleh pemikiran atau peristiwa tertentu, tetapi terjadi secara tiba-tiba.
"Biasanya, orang bahkan tidak tahu dari mana asalnya," kata Bereolos.
- Menurut National Institutes of Health (NIH), gejala gangguan panik meliputi:
- Sensasi sesak nafas, mencekik atau tersedak
- Jantung berdebar, jantung berdebar atau berdebar kencang
- Berkeringat
- Gemetar
- Merasa seperti mengalami serangan jantung atau sekarat
Diagnosis Kecemasan pada Penderita Diabetes Tipe 2
Karena gejala fluktuasi gula darah dan kecemasan dapat meniru satu sama lain, penting untuk berbicara dengan dokter terlebih dahulu. Tujuannya untuk mengesampingkan masalah gula darah sebelum beralih ke penyedia kesehatan mental untuk perawatan gangguan kecemasan.
Jika kita yakin memiliki gangguan kecemasan, dokter atau terapis dapat membuat diagnosis dengan mengajukan serangkaian pertanyaan atau meminta kita mengisi kuesioner.
Baca Juga: Sudah Tahu Perbedaan Diabetes Tipe 1 dan Tipe 2? Yuk Simak
Cara Mengatasi Kecemasan
Ketika rasa cemas yang berlebihan datang, penting untuk menemukan cara yang efektif untuk mengatasi stres. Salah satunya dengan latihan meditasi teratur karena mampu menenangkan pikiran.
Kemudian, menemukan cara untuk mengatur waktu dengan lebih baik, mempraktikkan kebersihan tidur yang baik, makan makanan seimbang, dan berolahraga.
"Jika Anda ingin menenangkan tubuh, lebih baik coba atasi dahulu stres sehari-hari," kata Bereolos.
Jika perubahan gaya hidup tidak cukup untuk mengatasi kecemasan, dokter mungkin menyarankan untuk mengunjungi penyedia layanan kesehatan mental.
Teknik terapi yang digunakan untuk mengobati kecemasan diantaranya, terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi eksposur. Dalam beberapa kasus, obat dapat diresepkan untuk mengobati kecemasan.
(SERA)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.