Berhenti Meneriaki Anak, Ini 5 Cara Lain Menegur Anak
Anak-anak memiliki energi yang berbeda dengan orang dewasa. Tingkat energi anak-anak bisa dikatakan selalu tinggi. Maka Moms jangan heran jika Si Kecil sangat aktif dan suka bermain, atau melakukan aktivitas lainnya.
Semua orang tua pasti akan senang melihat anaknya menunjukkan emosi seperti bermain, berbicara, bernyanyi, dan lainnya karena menandakan bahwa buah hatinya adalah anak yang sehat.
Sebagai orang tua anak, kita harus sabar dalam memahami dan menyadari alasan di balik tindakan anak yang terkadang mungkin kelewatan. Memahami perasaan dan emosi anak perlu kita lakukan.
Baca Juga: Dampak Memukul Anak pada Kondisi Mentalnya saat Dewasa
Jangan pernah memarahi anak dengan meneriaki atau membentaknya. Mengapa? Karena anak kecil adalah peniru ulung. Melihat apa yang kita lakukan sehari-hari, bukan tidak mungkin ia juga akan tumbuh dengan meniru tindakan kita. Akan bahaya jika yang ditiru adalah sifat yang buruk.
Nah, untuk itu, ada beberapa cara lain yang bisa Moms dan Dads lakukan dalam menegur anak. Apa saja cara menegur anak yang baik? Yuk disimak.
1. Ganti dengan Tepukan Kecil
Foto: mercatornet.com
Sebuah meta-analisis oleh Larzelere dan Kuhn (2005) menemukan bahwa ‘conditional spanking’ lebih efektif dalam mengurangi ketidakpatuhan anak dan perilaku antisosial dalam 10 dari 13 studi. Conditional spanking mengacu pada tepukan kecil di bagian pantat anak, biasanya dengan tangan kosong.
Berdasarkan penelitian ini juga ditemukan memarahi anak sedikit bisa menjadi alat yang bermanfaat dalam cara orang tua mendisiplinkan anak, sementara memarahina secara berlebihan bisa merugikan.
Baca Juga: Sering Diabaikan, Sembarangan Menghukum Anak Bisa Merusak Otak dan Emosinya!
2. Gunakan Time Out
Foto: homedit.com
Gunakan sistem "time-out" untuk anak-anak usia 18 bulan hingga 60 bulan (5 tahun). Mengistirahatkan anak atau mengisolasi anak selama beberapa saat, dapat membantu Si Kecil merenungkan apa yang telah ia lakukan dan memperbaiki perilaku buruknya, seperti mengamuk, merengek, berkelahi, atau berdebat.
Saat menggunakan time-out, Moms bisa mendudukan anak di kursi tanpa memberinya mainan atau hiburan apapun. Jangan berbicara dengan anak juga selama waktu istirahat. Time-out harus berlangsung satu menit sesuai dengan usia anak. Misalnya, Si Kecil berusia empat tahun, maka waktu time out-nya harus adalah empat menit. Anak harus diam setidaknya 15 detik sebelum batas waktu berakhir.
3. Tegur Anak dengan Kasih Sayang
Foto: scarymommy.com
Perasaan seorang anak akan kedekatannya dengan orang tua dan orang yang mengasuhnya adalah salah satu hal terpenting dalam perkembangan anak, terutama di tahun-tahun awal kehidupannya.
“Jangan mengancam anak dengan mengatakan kita akan meninggalkannya. Hal ini akan membuat mereka merasa tidak aman karena diabaikan,” ujar L. Alan Sroufe, profesor emeritus psikologi di Institute of Child Development, University of Minnesota.
Baca Juga: 5 Pengaruh Sentuhan Penuh Kasih Sayang Bagi Perkembangan Balita
Solusinya, untuk mengajari anak agar bersikap baik, coba jelaskan situasinya kepada buah hati kita dengan penuh kasih sayang. Katakan bahwa apa yang ia lakukan adalah salah, dan tidak boleh diulangi lagi. Jelakan juga dampak buruknya.
4. Tegur Anak dengan Seperlunya
Foto: workingmother.com
Jangan menegur anak langsung setelah ia berperilaku buruk, tetapi tunggu sampai kemarahan Moms reda terlebih dahulu. Menghitung sampai 10 sebelum kita mengatakan sesuatu atau melakukan sesuatu dapat membantu mengurangi tingkat kemarahan, sehingga Moms bisa mengendalikan diri sendiri.
5. Buat Peraturan
Foto: medium.com
Buat peraturan yang sesuai dengan usia anak kita. Aturan dapat berfungsi dengan baik untuk anak-anak usia sekolah. Anak kecil (bayi dan balita) belum memahami aturan. Mereka masih belajar apa itu aturan.
Itu dia beberapa cara lain menegur anak. Jangan memarahi atau membentak anak, karena bahkan menurut para ahli, membentak anak lebih buruk daripada hukuman fisik karena dapat melukai psikologis anak.
(AWD)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.