Mengenal Bintik Merah DBD, Timbul saat Demam di Hari Ke-2
Bintik merah DBD di badan dan muka adalah salah satu masalah kesehatan yang biasa terjadi.
Namun, Moms harus ingat bahwa bintik merah DBD atau demam berdarah dengue juga pertanda suatu penyakit serius.
Lalu, bisakah Moms mebedakan ruam atau bintik merah DBD dengan bintik merah lainnya?
Untuk itu, yuk simak penjelasan lebih lengkap mengenai bintik merah DBD hingga perbedaannya dengan campak di bawah ini!
Baca Juga: Begini Hukum Salat Jumat Bagi Wanita, Dicatat Moms!
Bintik Merah
Bintik merah pada kulit adalah gangguan kulit yang sangat umum.
Kemunculannya bisa disebabkan oleh berbagai hal, bahkan bisa disertai masalah kulit lainnya.
Ruam atau bintik merah pada beberapa kasus dinilai tidak berbahaya dan akan hilang dengan sendirinya.
Akan tetapi, ruam atau bintik merah yang lain mungkin bertahan lebih lama tergantung pada penyebab atau kondisi yang mendasarinya.
Banyak faktor berbeda yang dapat menyebabkan ruam gatal dan bintik merah, misalnya:
- Reaksi alergi terhadap makanan
- Obat-obatan
- Benda, seperti anting nikel
- Penyakit seperti cacar air, campak dan DBD
Perlu Moms ingat bahwa DBD adalah penyakit dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di kalangan anak‐anak dan orang dewasa terutama di negara‐negara tropis.
Oleh karena itu, penting bagi Moms untuk bisa membedakan bintik merah DBD dengan yang lain, termasuk dengan melihat gejala yang menyertainya.
Baca Juga: Sejarah Kemerdekaan Indonesia dan Manfaat Memahaminya untuk Meningkatkan Nasionalisme
Mengenal Bintik Merah DBD
Bintik merah DBD tentu saja memiliki karakteristik tersendiri yang bisa dengan mudah Moms kenali.
Namun, perlu Moms ingat bahwa DBD muncul dengan cara yang tidak spesifik dan mungkin tidak dapat dibedakan dari penyakit virus atau bakteri lainnya.
Dikutip dari Medscape, hampir setengah dari pasien demam berdarah mengalami bintik merah DBD yang khas. Bintik merah DBD ini bervariasi dan biasanya terjadi pada:
- Kulit dada
- Fleksor
- Wajah
Bintik merah DBD yang muncul mungkin berupa makulopapular atau makula. Makula adalah bintik merah DBD yang muncul seperti pulau-pulau kecil pada kulit.
Bintik merah DBD biasanya dimulai pada hari ke-3 dan berlangsung selama 2-3 hari sejak seseorang terkena DBD atau mulai demam.
"Ruam atau bintik merah adalah tanda khas dari demam berdarah tetapi mungkin tidak terlihat di setiap kasus,” Dr. Mayank menyoroti.
Berdasarkan The Journal of Infectious Diseases, bintik merah DBD ini mereda dengan berhentinya viremia atau fase demam akut.
Bintik merah ini seperti kepala peniti yang tampak tertanam dalam kulit dan tidak bisa dirasakan dengan mengusapnya. Bentuknya datar atau tidak berisi air.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, bintik merah DBD ini biasanya datang bersamaan dengan prodrome atau menggigil, yang dapat berlangsung selama 2-3 hari.
Terkadang bintik merah DBD bisa terasa gatal dan ini bisa membuat pasien semakin tidak nyaman dan mudah terganggu saat demam.
Jika bintik merah gatal, mereka mungkin juga mengeluhkan sensitivitas kulit yang meningkat seiring dengan pembengkakan pada telapak tangan atau telapak kaki.
Bintik merah saat DBD bisa hilang ketika demam mulai mereda dan pasien mulai pulih. Ini biasanya terjadi pada hari ke-5 dan bahkan bisa bersih pada hari ke-6.
Dr. Mayank menjelaskan bahwa DBD adalah penyakit yang dinamis. Oleh karena itu, harus diperhatikan apakah bintik merah bertambah atau berkurang.
“Peningkatan bintik merah DBD bisa menjadi indikasi penurunan jumlah trombosit.
Kondisi ini akan membutuhkan pemantauan ketat untuk mencegah komplikasi apa pun yang mungkin terjadi," ujarnya.
Baca Juga: Desoximetasone Obat Gatal dan Ruam Kulit, Ketahui Aturan Pakainya
Ciri Lain DBD
Selain bintik merah seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Moms juga bisa mengenali ciri atau gejala DBD dengan beberapa hal lainnya.
Melansir Indian Journal of Dermatology, demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh salah 1 dari 4 virus dengue.
Demam berdarah merupakan penyakit yang mudah menular dan berasal dari gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albocpictus.
Beberapa penderita DBD juga terkadang memiliki riwayat tinggal atau baru-baru ini melakukan perjalanan ke- wilayah penyakit endemik.
Masa inkubasinya adalah 3-14 hari atau rata-rata 4-7 hari.
Namun, gejala yang muncul lebih dari 2 minggu setelah seseorang meninggalkan daerah endemik, mungkin bukan karena demam berdarah.
Medscape mengungkapkan, 90% pasien DBD adalah mereka yang berumur 15 tahun ke bawah.
Fase awal DBD mirip dengan demam berdarah dan penyakit virus demam lainnya.
Ciri-ciri DBD tergantung pada fase yang dialaminya, berikut penjelasan lebih lengkapnya:
1. Fase Demam
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, DBD dimulai saat seseorang demam meriang disertai bintik merah pada kulit dan wajah.
Demam dan bintik merah DBD merupakan indikator yang sensitif dan cukup spesifik untuk menandakan DBD.
Hal ini berlangsung selama 2-3 hari. Untuk pasien anak-anak di bawah 15 tahun, gejala yang dialami sindrom demam non-spesifik, yang disertai bintik merah DBD makulopapular.
Demam berdarah klasik memiliki gejala umum, seperti:
- Demam mendadak
- Menggigil
- Sakit kepala
- Sakit punggung
Demam pada pasien DBD berlangsung 2-7 hari dan bisa mencapai 41° C.
Akan tetapi Moms harus tahu, bahwa demam yang berlangsung lebih dari 10 hari kemungkinan besar bukan karena demam berdarah.
Berikut ini adalah nyeri dan gejala lain yang menyertai mungkin termasuk salah satu dari yang dialami oleh penderita DBD, di mana salah satunya adalah bintik merah.
Menurut Pan American Health Organisation (PAHO), gambaran klinis demam berdarah adalah penyakit demam akut dengan durasi 2-7 hari, terkait dengan hal-hal berikut ini:
- Demam
- Sakit kepala
- Nyeri tubuh
- Mual dan muntah (namun diare jarang terjadi)
- Bintik merah
- Kelemahan
- Rasa tidak nyaman
- Anoreksia
- Sakit tenggorokan
- Manifestasi hemoragik ringan seperti gusi berdarah
- Limfadenopati
Baca Juga: Ketahui Triaminic, Obat Batuk dan Flu untuk Anak
2. Fase Kritis
Setelah fase pertama, pasien mungkin memasuki fase kritis pada hari ke 5-7.
Pada tahap ini ketika suhu tubuh turun, biasanya dalam waktu 24 jam, plasma (bagian cairan dari komponen darah) bocor dan tekanan darah akan turun.
Beberapa pasien juga bisa mengeluhkan atau datang ke rumah sakit dengan beberapa gejala, seperti:
- Nyeri perut
- Muntah
- Kejang demam pada anak-anak
- Penurunan tingkat kesadaran
Jika tidak diobati, kemungkinan besar DBD akan berkembang menjadi sindrom syok dengue.
Gejala umum syok yang akan datang termasuk:
- Sakit perut
- Muntah
- Gelisah
Pasien juga mungkin memiliki gejala yang berhubungan dengan kegagalan peredaran darah.
Penderita akan gelisah, lemah, memiliki kulit berkeringat dingin dan denyut nadi cepat.
Pada kasus yang parah dengan trombosit yang sangat rendah, pasien dapat muntah darah.
Selain itu, ia juga mengalami perdarahan internal dan bisa meninggal dengan gagal peredaran darah atau gagal napas akibat perdarahan internal atau retensi cairan.
Sangat penting untuk memberikan cairan intravena yang tepat kepada pasien pada tahap ini.
Tujuannya untuk mencegah perfusi darah yang buruk ke organ vital dan tidak membebani cairan secara berlebihan dalam rangka pencegahan kebocoran ruang ketiga.
Sesaat setelah demam mereda atau terkadang dalam 24 jam muncul tanda-tanda seperti:
- Kebocoran plasma
- Perkembangan gejala hemoragik
- Perdarahan dari tempat trauma
- Perdarahan gastrointestinal
- Hematuria
3. Fase Pemulihan
Setelah bintik merah, demam, dan gejala lainnya telah melewati fase 2 yang berkisar 5-7 hari, fase pemulihan dimulai dengan sedikit lebih lambat.
Biasanya pemulihan ini disertai rasa lelah atau lemas yang muncul, meskipun tidak lagi disertai demam.
Fase pemulihan ini bisa berlangsung selama sekitar 2 minggu.
Baca Juga: 5 Bedak untuk Campak pada Bayi, Jangan Salah Pilih Moms!
Perbedaan DBD dengan Campak
Gejala DBD dan campak perlu diketahui perbedaannya.
Hal ini penting untuk memudahkan proses pengobatan serta mencegah penyakit menjadi semakin parah.
DBD dan campak penyakit yang berbeda, tetapi dapat menimbulkan gejala yang mirip.
Kedua penyakit tersebut sama-sama ditandai dengan gejala awal yang mirip gejala flu, yaitu demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot.
DBD dan campak juga sama-sama dapat menimbulkan ruam kemerahan pada kulit.
Biasanya, gejala baru akan dirasakan pengidap seminggu setelah terpapar oleh mikroorganisme yang mengakibatkan penyakit.
Namun, dengan mengamati gejala lain yang juga menyertainya, dapat membantu Moms untuk menentukan penyakit yang kamu alami.
1. Ruam Merah
DBD maupun campak uga bisa menimbulkan ruam di kulit.
Namun, ruam campak memiliki ciri khas tersendiri.
Ruam campak akan muncul 3–5 hari setelah gejala awal terjadi dan diawali dengan bintik-bintik Koplik (bintik-bintik merah kecil dengan bagian tengah berwarna biru-putih) di dalam mulut pada lapisan dalam pipi.
Setelah itu, ruam kulit yang terdiri dari bercak-bercak yang lebih besar dan rata juga bisa muncul dan menyebar dari wajah ke seluruh tubuh.
Bintik merah pada campak akan berkurang pada minggu kedua dan meninggalkan bekas terkelupas dan kehitaman.
Sedangkan ruam kulit pada DBD, berupa bintik-bintik merah muncul 2–5 hari setelah demam.
Keluarnya bintik merah pada kulit menandakan bahwa pengidap sedang dalam masa kritis.
Bintik tersebut terjadi akibat perdarahan dan bila ditekan warnanya tidak pudar.
Pada hari keempat dan kelima, bercak tersebut akan menghilang tanpa bekas.
2. Komplikasi
Kadang-kadang DBD juga bisa berkembang menjadi kondisi yang lebih serius.
Demam berdarah bisa menyebabkan komplikasi langka yang ditandai dengan:
- Demam tinggi
- Kerusakan pada getah bening dan pembuluh darah
- Perdarahan dari hidung dan gusi
- Pembesaran organ hati
- Kegagalan sistem peredaran darah
Gejala juga bisa berkembang menjadi perdarahan hebat, syok, dan kematian.
Kondisi ini disebut sindrom syok dengue (DSS).
Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulkan campak, antara lain infeksi telinga, bronkitis, radang tenggorokan, dan croup, serta pneumonia, radang otak, dan masalah kehamilan.
Baca Juga: 7 Cara Mencegah Cacar Air agar Tidak Bertambah Banyak!
3. Penanganan dan Pengobatan
Perbedaan DBD dan campak juga terlihat dalam cara penanganan dan pengobatannya.
DBD tidak memiliki pengobatan khusus untuk DBD, namun penanganan medis yang bisa dilakukan meliputi hidrasi yang kuat dan perawatan suportif.
Penderita DBD membutuhkan pemantauan ketat karena komplikasi yang berpotensi mematikan seperti sindrom syok dengue.
Maka dari itu seringnya penderita DBD dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit.
Sama halnya dengan DBD, campak juga tidak memiliki pengobatan khusus, namun perawatan suportif dapat membantu mengurangi gejala seperti demam dan ruam kulit.
Vaksinasi merupakan cara terbaik untuk mencegah campak.
Itulah beberapa penjelasan tentang bintik merah DBD yang memiliki karakteristik berbeda dengan bintik merah penyakit lain.
Ini penting karena dengan memahami ciri atau karakteristis bintik merah DBD, penyakit ini dapat diatasi dengan segara.
Perlu Moms ingat bahwa bintik merah adalah salah satu gejala yang dialami lebih dari setengah pasien DBD.
Jangan ragu untuk menghubungi dokter jika Moms atau keluarga melihat gejala bintik merah khas DBD yang pastinya disertai demam.
- https://academic.oup.com/jid/article/181/1/2/892842
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2856379/
- https://emedicine.medscape.com/article/215840-clinical#b1
- https://www.sitarambhartia.org/blog/internal-medicine/dengue-rashes/
- https://www.paho.org/en/topics/dengue
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.