Diet Flexitarian, Vegetarian tapi Tetap Boleh Makan Daging
Diet flexitarian adalah pola makan yang menggabungkan fleksibilitas dalam konsumsi daging dengan fokus utama pada makanan berbasis tumbuhan.
Diet ini cocok bagi Moms dan Dads yang ingin menikmati manfaat kesehatan dari diet vegetarian tanpa harus sepenuhnya meninggalkan daging, unggas, atau ikan.
Dengan memperkenalkan istilah "flexitarian" yang merupakan kombinasi dari kata "flexible" dan "vegetarian," diet ini menekankan bahwa Moms bisa tetap menikmati makanan hewani dalam jumlah yang lebih sedikit sambil tetap memperoleh keuntungan dari pola makan yang kaya akan tumbuhan.
Yuk, cari tahu informasinya lebih lanjut jika Moms tertarik untuk menerapkannya dalam pola makan sehari-hari.
Baca Juga: 20 Cara Diet untuk Ibu Menyusui yang Aman dan Sehat
Prinsip Dasar Diet Flexitarian
Melansir laman Healthline, diet flexitarian menekankan pada prinsip konsumsi makanan berbasis tumbuhan seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, dan protein nabati seperti tahu dan tempe.
Makanan-makanan ini kaya akan serat, vitamin, mineral, dan antioksidan yang baik untuk kesehatan tubuh.
Meskipun diet ini berbasis tumbuhan, Moms tetap boleh mengonsumsi daging, unggas, atau ikan sesekali.
Intinya adalah mengurangi frekuensi dan porsi konsumsi daging, bukan menghilangkannya sepenuhnya.
Dalam hal ini, Moms bisa coba menetapkan beberapa hari dalam seminggu sebagai hari tanpa konsumsi daging.
Baca Juga: Diet Gluten Free, Apakah Aman untuk Pola Makan Sehari-hari?
Manfaat Diet Flexitarian
Ketika memutuskan untuk melakukan diet flexitarian, Moms dan Dads bisa mendapatkan beberapa manfaat berikut ini.
1. Meningkatkan Kesehatan Jantung
Diet flexitarian menekankan konsumsi buah, sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan yang kaya akan serat.
Serat sangat penting untuk kesehatan jantung karena dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
Diet ini juga mendorong konsumsi lemak sehat yang berasal dari kacang-kacangan, biji-bijian, alpukat, dan minyak zaitun.
Lemak sehat, seperti asam lemak tak jenuh tunggal dan gandan dapat membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL) yang baik untuk kesehatan jantung.
2. Mendukung Penurunan Berat Badan
Melansir laman Verywell Fit, diet flexitarian juga bisa membantu Moms dalam menurunkan berat badan.
Hal ini karena diet flexitarian menekankan pada makanan nabati seperti buah, sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan yang umumnya rendah kalori dibandingkan dengan makanan berbasis daging.
Makanan nabati ini mengandung banyak air dan serat, yang membuat Moms merasa kenyang lebih lama dengan kalori yang lebih sedikit.
Dalam pola makan flexitarian, Moms juga akan mengurangi konsumsi daging merah dan makanan olahan yang tinggi lemak jenuh dan gula tambahan.
Lemak jenuh dan gula tambahan seringkali berkontribusi pada penambahan berat badan.
Namun dengan menguranginya, Moms dapat mengurangi asupan kalori yang tidak sehat.
Baca Juga: Pola Makan Pescatarian, Solusi Tepat saat Diet Daging!
3. Mengurangi Risiko Diabetes Tipe 2
Banyak makanan nabati memiliki indeks glikemik yang lebih rendah dibandingkan dengan makanan olahan dan berbasis daging.
Makanan dengan indeks glikemik rendah membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil, yang penting untuk pencegahan diabetes tipe 2.
Tak hanya itu, diet flexitarian juga dapat mendukung penurunan berat badan yang sehat dengan mengurangi kalori dan meningkatkan asupan serat.
Penurunan berat badan adalah salah satu faktor utama dalam mengurangi risiko diabetes tipe 2.
Berat badan yang lebih rendah membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi beban kerja pada pankreas.
4. Meningkatkan Kesehatan Pencernaan
Buah dan sayuran tidak hanya kaya akan serat, tetapi juga mengandung banyak air, yang membantu menjaga hidrasi tubuh dan melunakkan tinja, sehingga memudahkan proses buang air besar.
Selain itu, buah dan sayuran kaya akan vitamin, mineral, dan antioksidan yang mendukung kesehatan sel-sel usus.
Diet flexitarian juga mendorong pengurangan konsumsi makanan olahan yang sering kali rendah serat dan tinggi gula, lemak jenuh, serta aditif kimia.
Makanan olahan dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan masalah usus lainnya.
Dengan mengurangi makanan olahan, Moms membantu meringankan beban pada sistem pencernaan dan meningkatkan efisiensi penyerapan nutrisi.
Baca Juga: 15+ Minuman dan Makanan yang Harus Dihindari saat Diet
5. Dampak Positif pada Lingkungan
Produksi daging, terutama daging sapi, menghasilkan emisi gas rumah kaca yang tinggi, seperti metana dan karbon dioksida.
Dengan mengurangi konsumsi daging dan lebih mengutamakan makanan nabati, diet flexitarian membantu menurunkan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari peternakan.
Hal ini berkontribusi pada upaya global untuk mengurangi perubahan iklim.
Diet flexitarian juga mendorong konsumsi produk hewani yang lebih sedikit dan memilih daging dari sumber yang lebih berkelanjutan, seperti daging organik, bebas kandang, atau yang diberi makan rumput.
Selain itu, diet ini juga mendorong konsumsi makanan lokal dan musiman, yang mendukung pertanian berkelanjutan dan mengurangi jejak karbon yang terkait dengan transportasi makanan.
Efek Samping Diet Flexitarian
Walaupun diet flexitarian memiliki banyak manfaat, ada beberapa efek samping yang perlu diperhatikan:
1. Kekurangan Nutrisi Tertentu
Meski diet flexitarian menekankan pada makanan nabati yang kaya nutrisi, ada kemungkinan kekurangan beberapa nutrisi penting yang biasanya ditemukan dalam produk hewani.
Nutrisi yang berpotensi kurang meliputi:
- Vitamin B12
Ditemukan hampir eksklusif dalam produk hewani, penting untuk fungsi saraf dan produksi sel darah merah.
Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia dan masalah neurologis.
- Zat Besi
Zat besi dari sumber nabati (non-heme) tidak diserap seefektif zat besi dari daging (heme).
Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
- Omega-3
Biasanya ditemukan dalam ikan berlemak, omega-3 penting untuk kesehatan jantung dan otak.
Sumber nabati seperti biji rami dan chia menyediakan ALA (jenis omega-3), tetapi tubuh perlu mengonversinya menjadi bentuk yang lebih aktif (EPA dan DHA), yang kurang efisien.
- Kalsium dan Vitamin D
Jika konsumsi produk susu berkurang, penting untuk mencari sumber alternatif atau suplemen untuk menjaga kesehatan tulang.
Baca Juga: Pilihan Makanan untuk Bulking Guna Menambahkan Massa Otot
2. Kurangnya Protein Berkualitas Tinggi
Sebenarnya, protein nabati bisa mencukupi kebutuhan protein.
Namun, beberapa orang mungkin mengalami kesulitan mendapatkan semua asam amino esensial dari sumber nabati saja.
Protein berkualitas tinggi mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh untuk membangun dan memperbaiki jaringan.
Asam amino esensial adalah jenis asam amino yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh dan harus diperoleh dari makanan.
3. Penyesuaian Pencernaan
Peningkatan konsumsi serat dari buah, sayuran, dan biji-bijian utuh bisa menyebabkan masalah pencernaan seperti kembung, gas, dan diare, terutama jika perubahan dilakukan terlalu cepat.
Jadi, disarankan untuk meningkatkan asupan serat secara bertahap saat melakukan diet flexitarian agar tubuh dapat beradaptasi.
Baca Juga: 10 Cara Diet Artis Korea, Ada Versi Jennie Blackpink dan IU!
Demikian penjelasan seputar diet flexitarian yang bisa Moms coba. Semoga bermanfaat, ya!
- https://www.bbcgoodfood.com/howto/guide/what-flexitarian-diet
- https://health.clevelandclinic.org/what-is-the-flexitarian-diet
- https://www.healthline.com/nutrition/flexitarian-diet-guide
- https://foodinsight.org/what-is-the-flexitarian-diet/
- https://www.verywellfit.com/how-flexitarian-diet-works-4588694
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.