10 September 2020

Disentri pada Anak, Ini Penyebab, Penularan, dan Cara Menanggulanginya

Disentri pada anak bisa berakibat fatal, simak pembahasan berikut ini!
Disentri pada Anak, Ini Penyebab, Penularan, dan Cara Menanggulanginya

Foto: https://healthychi.com/wp-content/uploads/child-in-pain.jpg

Moms, pernahkah anak mengalami diare yang disertai dengan darah atau lendir? Hati-hati, bisa saja anak mengalami disentri. Disentri adalah peradangan usus yang ditandai dengan frekuensi buang air besar meningkat, dengan konsistensi feses yang lembek atau cair.

Gangguan kesehatan ini kerap dialami anak-anak karena daya tahan tubuh mereka yang masih lemah. Ditambah lagi, anak-anak umumnya belum mawas diri untuk menjaga kebersihan sehingga bisa terkena disentri. Sebab, disentri biasanya menyebar akibat kebersihan yang buruk.

Lantas, apa penyebab utama terjadinya disentri pada anak? Apakah cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit ini? Simak pembahasan berikut ini, ya!

Baca Juga: 11 Kombinasi Makanan Sehat untuk Anak, Lezat dan Bergizi!

Disentri Berbeda dengan Diare

perbedaan diare dan disentri
Foto: perbedaan diare dan disentri

Foto: Orami Photo Stock

Disentri memang ditandai dengan diare, namun dua kondisi ini berbeda. Saat anak mengalami diare, maka area lebih spesifik menuju ke mangkuk kecil sedangkan disentri menargetkan pada usus besar.

“Mangkuk kecil yang dimaksud terdiri dari fluks cairan sehingga setiap kali infeksi terjadi pada bagian mangkuk tersebut menghasilkan feses berair,” ungkap Dr. Khezar Hayat, dokter anak di Fatima Hospital, University Road, Sargodha.

Sedangkan, isi cairan dalam usus besar lebih kecil proporsinya dan jika infeksi terjadi pada usus besar, itu tidak akan menyebabkan diare berair. Selain itu, kotoran pada diare biasanya berair dengan atau tanpa kram dan nyeri.

Apabila disentri terjadi pada anak, maka gejala yang muncul juga akan lebih kompleks lagi.

Tidak hanya gejalanya, penanganan umum pada disentri juga akan berbeda dengan diare. Apabila Si Kecil mengalami diare, maka Moms bisa mengobatinya dengan larutan rehidrasi oral atau cairan infus serta diberikan obat antimikroba.

Sementara itu, apabila anak mengalami disentri, maka perawatannya akan semakin ekstra dengan antibiotik dan solusi rehidrasi oral.

Penyebab Disentri pada Anak

penyebab disentri pada anak
Foto: penyebab disentri pada anak

Foto: Orami Photo Stock

Secara garis besar, sebenarnya ada dua jenis disentri yang perlu Moms tahu, yaitu:

  • Disentri basiler atau shigellosis, yang disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella.
  • Disentri amuba yang disebabkan oleh infeksi Entamoeba histolytica, yang banyak ditemukan di daerah tropis.

National Health Service UK mengungkapkan, gejala bisa terlihat dari disentri basiler setelah 1-3 terinfeksi bakteri. Gejala yang terjadi seperti kram perut yang menyakitkan, muntah, dehidrasi, dan demam. Sementara itu, gejala akibat disentri amuba biasanya akan lebih lama munculnya.

Dilansir dari laman WebMD, disentri amuba biasanya tidak menunjukkan gejala awal. Namun, dalam waktu 2-4 minggu setelah terinfeksi akan muncul gejala seperti mual, kram perut, penurunan berat badan, dan demam. Terkadang, gejalanya akan lebih serius seperti abses hati, yaitu kumpulan nanah di hati.

Jika hal ini menyerang anak, tentunya akan membuat Moms khawatir. Namun, tenang saja. Sebenarnya, kebanyakan kasus disentri pada anak bisa ditangani di rumah. Hanya saja, ada beberapa kondisi ketika anak harus dibawa ke dokter.

Kondisi tersebut terjadi ketika anak masih berusia kurang dari dua bulan atau mengalami gejala yang lebih parah, seperti terlihat lesu dan tidak bertenaga, perut kembung dan nyeri ketika ditekan, atau parahnya disertai kejang. Jika terjadi hal demikian, Moms dan Dads sebaiknya segera membawa Si Kecil ke dokter, ya!

Penularan Penyakit Disentri

penularan disentri
Foto: penularan disentri

Foto: Orami Photo Stock

Seperti yang sudah diungkapkan di awal, kebersihan yang buruk dapat menjadi faktor pemicu disentri pada anak. Misalnya saja, tidak mencuci tangan sebelum makan dan sesudah dari kamar mandi.

Bakteri penyebab disentri bisa mudah menempel pada makanan atau pegangan toilet dan kenop wastafel. Ditambah lagi dengan daya tahan tubuh anak yang belum optimal bisa membuat ia terserang penyakit tersebut.

Ternyata, berenang di air yang terkontaminasi bakteri penyebab disentri juga dapat menjadi pemicu anak terserang disentri. Maka dari itu, selalu berhati-hati dalam beraktivitas dan pastikan orang tua mengawasi kebersihan tubuh anaknya.

“Kelompok orang yang berada dalam kontak dekat, seperti siswa di sekolah, kelompok bermain, atau bahkan keluarga, lebih rentan tertular infeksi dari satu sama lain,” ungkap Dr. Liji Thomas, seperti dilansir dari News Medical.

Selain anak-anak, sebenarnya ada beberapa faktor pemicu lainnya yang berisiko mengalami disentri seperti memiliki nutrisi yang buruk, usia tua, ibu hamil, sering mengonsumsi obat-obatan seperti steroid yang melemahkan kekebalan tubuh.

Seseorang yang sering mengonsumsi alkohol secara berlebihan dan bepergian di tempat yang memiliki tingkat infeksi tinggi juga bisa menularkan infeksi penyakit disentri.

Baca Juga: Tetap Aktif, Ini Tips Tingkatkan Imunitas Tubuh Anak Selama Pandemi

Anak Alami Disentri, Harus Bagaimana?

anak disentri, cara atasi disentri
Foto: anak disentri, cara atasi disentri

Foto: Orami Photo Stock

Disentri biasanya membaik dengan sendirinya setelah 3 sampai 7 hari, dan biasanya pengobatan tidak diperlukan.

Namun, hal yang perlu Moms pahami bahwa penting untuk minum banyak cairan dan menggunakan larutan rehidrasi oral jika anak mengalami diare. Hal ini menjaga agar tubuhnya tetap terhidrasi dengan baik dan mencegah terjadinya dehidrasi.

Apabila anak mengalami demam, Moms bisa memberikan obat pereda nyeri seperti paracetamol.

Namun, hindari memberikan obat anti diare, seperti loperamide, karena dapat memperburuk keadaan. Selain itu, jaga anak agar tetap di rumah setidaknya 48 jam setelah gejalanya muncul untuk mengurangi risiko penularan infeksi ke orang lain.

Sebaiknya, anak juga tidak pergi ke sekolah dan tidak beraktivitas terlalu banyak untuk menghindari penularan infeksi kepada orang lain. Pastikan kebersihan anak selalu terjaga. Selain itu, teruntuk Moms dan anggota keluarga lain yang menjaganya, sebaiknya sering-seringlah mencuci tangan sebelum menangani anak.

Hal yang tidak boleh dilupakan juga bersihkan rumah dengan baik untuk membunuh kuman. Moms bisa mencuci seprai, handuk, dan pakaian anak menggunakan air panas. Bersihkan pula area kamar mandi terutama dudukan toilet, gagang pintu, gagang wastafel, dan tempat lainnya yang sering disentuh oleh anak.

Baca Juga: 6 Penyakit yang Bisa Dicegah Jika Rajin Mencuci Tangan

Makanan yang Dikonsumsi Anak saat Alami Disentri

memberikan anak makanan, makanan yang dikonsumsi saat alami disentri
Foto: memberikan anak makanan, makanan yang dikonsumsi saat alami disentri

Foto: Orami Photo Stock

Sebelum mengonsumsi buah dan sayuran, sebaiknya dicuci dengan air bersih terlebih dulu karena bisa menjadi penularan penyakit disentri pada anak.

Selain itu, dilansir dari MedlinePlus, selalu cukupkan cairan tubuh pada anak yang alami disentri. Pastikan ia minum air dengan cukup agar terhindar dari dehidrasi.

Sumber cairan yang juga penting untuk anak yaitu jeli dan es loli terutama jika anak sedang muntah. Moms juga bisa memberikan perasan buah atau kaldu yang encer sebagai sumber cairan untuk tubuhnya.

Jika anak masih mengonsumsi ASI, biarkan ia menyusu seperti biasanya. Bila anak sudah mengonsumsi makanan padat, sebaiknya ia tetap mengonsumsi makanan kecil sepanjang hari, bukan 3 kali makan besar.

Tidak ada spesifik makanan yang dapat mengatasi disentri, namun pastikan asupan nutrisinya tercukupi dengan baik. Hal ini untuk menjaga kesehatan pencernaannya selama gejala disentri masih ada.

Nah, anak-anak sebaiknya menghindari jenis makanan tertentu saat masih mengalami disentri, di antaranya adalah gorengan, makanan berminyak, makanan olahan atau cepat saji, kue kering, donat, dan sosis.

Hentikan juga mengonsumsi produk olahan susu apabila diare anak semakin memburuk atau perut semakin kembung. Sebaiknya, anak juga menghindari buah dan sayuran yang bisa menyebabkan gas, seperti brokoli, paprika, buncis, kacang polong, sayuran berdaun hijau, dan jagung. Sebaiknya anak juga harus menghindari kafein dan minuman berkarbonasi lainnya.

Baca Juga: 5 Tips Memberikan Makanan untuk Anak yang Diare

Disentri Dapat Sebabkan Komplikasi Kesehatan

komplikasi disentri
Foto: komplikasi disentri

Foto: Orami Photo Stock

Melihat gejala yang ditimbulkan dari disentri, apakah penyakit ini dapat mengakibatkan komplikasi yang berbahaya? Faktanya, dilansir dari laman Medical News Today, komplikasi disentri jarang terjadi. Namun, bisa menjadi kondisi yang parah.

Nah, dehidrasi parah bisa menjadi komplikasi dari disentri. Saat anak mengalami disentri, maka ia akan lebih sering mengalami diare dan muntah, yang bisa berujung pada dehidrasi parah. Untuk itu, apabila anak-anak mengalaminya harus segera diatasi, karena kalau tidak dapat berakibat fatal.

Komplikasi lainnya yang bisa terjadi yaitu abses hati, nyeri sendi pasca infeksi, atau mengalami kejang. Sindrom hemolitik uremik atau hemolytic uremic syndrome (HUS) juga bisa menjadi komplikasi disentri. Kondisi ini terjadi ketika Shigella dysenteriae menyebabkan sel darah merah memblokir jalan masuk ke ginjal, menyebabkan anemia, jumlah trombosit rendah, dan gagal ginjal.

Baca Juga: Selain Minum Air Mineral, Ini Tips Agar Anak Tidak Dehidrasi

Lakukan Hal Ini untuk Mencegah Disentri pada Anak

pencegahan disentri, cuci tangan
Foto: pencegahan disentri, cuci tangan

Foto: Orami Photo Stock

Mencegah akan jauh lebih baik dari mengobati. Untuk itu, dilansir dari National Health Service UK, berikut ini beberapa cara untuk mencegah terjadinya disentri pada anak, yaitu:

  • Cuci tangan adalah cara terpenting untuk menghentikan penyebaran infeksi. Ajarkan anak untuk mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun setelah dari toilet dan sebelum makan atau sebelum memegang makanan.
  • Hindari berbagi handuk dengan orang lain, meskipun masih anggota keluarga.
  • Hindari mengonsumsi air yang tidak steril, sebaiknya Moms memasak air dengan matang sebelum dikonsumsi oleh Si Kecil.
  • Hindari mengonsumsi makanan dan minuman yang dijual pedagang kaki lima.
  • Batasi mengonsumsi minuman atau makanan kalengan.
  • Selalu terapkan pola makan yang bersih dan sehat, serta minum air putih secukupnya setiap harinya.

Mengajarkan Anak Menjaga Kebersihan Dirinya

mengajarkan anak mandiri, jaga kebersihan
Foto: mengajarkan anak mandiri, jaga kebersihan

Foto: Orami Photo Stock

Anak-anak umumnya belum sadar betapa pentingnya menjaga kebersihan tubuhnya. Namun, hal ini bisa Moms ajarkan sejak dini. Semuanya demi menjaga kesehatan tubuhnya dan mencegah infeksi berbagai penyakit, termasuk disentri.

Anak-anak juga biasanya menyukai bermain kotor di luar ruangan. Nah, mengajak anak mandi kadang juga sulit dilakukan. Padahal, rutinitas mandi penting untuk membersihkan tubuhnya dari keringat dan sisa kotoran.

Caranya, Moms dapat membuat aktivitas mandi menyenangkan, misalnya anak diperbolehkan membawa 1-2 mainan favoritnya saat mandi. Atau, berikan ia kesempatan untuk menyabuni tubuhnya atau keramas sendiri sehingga ia merasa bangga karena mampu mengerjakan satu tugas sendiri.

Kebiasaan sehat lainnya yang perlu ditanamkan sejak dini yaitu mencuci tangan selama minimal 20 detik dan rutin menggosok gigi untuk mencegah infeksi penyakit yang bisa menyerang area gigi dan mulutnya. Kebiasaan-kebiasaan ini juga melatih kemandiriannya, ya, Moms!

Itulah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah disentri pada anak. Ingat, Moms, disentri dan diare adalah dua kondisi yang berbeda. Disentri pada anak bisa berakibat fatal apabila tidak segera ditangani. Jadi, apabila gejalanya tidak kunjung sembuh meskipun sudah melakukan perawatan mandiri di rumah, sebaiknya segera bawa anak ke rumah sakit, ya!

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.