Kumpulan Dongeng Panjang tentang Hewan untuk Pengantar Tidur
Dongeng panjang bisa Moms coba bacakan untuk Si Kecil untuk menstimulasi tumbuh kembangnya.
Dongeng panjang tak hanya menyajikan kisah-kisah menarik, tetapi juga mengandung nilai-nilai moral dan pelajaran hidup.
Tentunya, hal ini menginspirasi dan mempengaruhi pikiran serta hati para pembaca, terutama anak-anak yang masih dalam tahap pembentukan karakter.
Selain itu, Journal of Child Care Health and Development juga menemukan bahwa dongeng merupakan bagian integral dari perkembangan anak karena dongeng mendorong pembentukan kepribadian, ikatan keluarga, dan penemuan diri.
Dongeng Panjang untuk Anak-anak
Ada berbagai pilihan dongeng panjang untuk anak-anak yang bisa Moms kenalkan pada Si Kecil. Berikut di antaranya:
1. Dongeng Kancil dan Kerbau Bermain Petak Umpet
Salah satu dongeng panjang yang dapat Moms ceritakan pada anak-anak yaitu tentang Kancil dan Kerbau Bermain Petak Umpet.
Berikut kisah Kancil dan Kerbau Bermain Petak Umpet yang dilansir dari Kemdikbud.
Pada suatu hari seekor Kancil bertemu dengan kerbau.
Pada kesempatan itu pula si Kancil mengajak Kerbau untuk bermain petak umpet di dekat pematang sawah.
Lalu Si Kancil berkata “Hai Kerbau apa kabarmu?”
Jawab Si kerbau “Saya baik-baik saja, bagaimana denganmu?”
“Saya juga baik-baik saja, bagaimana kalau pertemuan ini kita rayakan dengan sebuah permainan petak umpet? Jawab Si kancil.
“Ya... kalau saya setuju saja.” Jawab Si Kerbau.
“Kau akan pasti kalah karena badanmu lebih besar dari badanku,” hardik si Kancil.
“Ayo kita lihat saja nanti. Sekarang kamu yang lebih dulu untuk bersembunyi,” jawab si Kerbau.
Kancil mulai mencari tempat persembunyian, Kancil berlari-lari sampailah ia di bawah sebatang pohon.
Kancil mulai mengendap-endapkan dirinya. Ketika itu dedaunan berguguran sehingga menutupi badan Si Kancil.
Si Kerbau pun mulai mencari si Kancil. “Hai Kancil di mana kau,” sambil berlari ke sana-kemari namun si Kancil tidak dapat ditemukannya.
Si Kerbau menginjak-injak rerumputan dan melompat-lompat hampir saja si Kancil terinjak oleh si Kerbau tapi ia tidak menemukannya.
Si Kancil sudah tak sanggup lagi bersembunyi lebih lama.
Akhirnya si Kancil keluar dari persembunyiannya dan melompat ke arah teriakan Kerbau.
Lalu ia berkata, “Kerbau aku mengaku kalah aku tak sanggup lagi bertahan lebih lama. Kali ini aku mengaku kalah. Sekarang giliranmu untuk bersembunyi. Ayolah Kerbau bersembunyilah,” kata Si Kancil.
Kerbau pun mulai bergegas meninggalkan Kancil untuk mencari tempat persembunyian.
Kerbau mencari tempat yang aman, tiba-tiba Kerbau menemukan gubuk yang terbakar.
Kerbau segera menelentangkan dirinya dengan meluruskan keempat kakinya ke arah atas.
Ketika itu pula Kancil mulai mencari Kerbau berlari-lari berputar mengelilingi rerumputan namun tak menemukan Kerbau.
Tiba-tiba Kancil melihat gubuk yang terbakar itu.
Kancil menghampirinya dan mendekatinya. Lalu meraba-raba tiang itu.
Dalam hati Kancil berkata, “Tiang ini kok ada bulunya. Persis seperti kaki Kerbau. Ah, barangkali tidak.”
Kancil meninggalkan gubuk itu dan terus-menerus mencari Kerbau namun tak ditemukan juga.
Kancil kembali ke gubuk itu lagi dan memperhatikan dengan secara seksama, tetap sama saja.
Akhirnya Kancil merasa jenuh dan berteriak memanggil, “Kerbau... Kerbau... Kerbau. Keluarlah kau. Aku mengaku kalah. Keluarlah. Aku tak mampu untuk mencarimu lagi.”
Mendengar teriakan Kancil Kerbau pun keluar dari persembunyiannya dan menghampiri Kancil, “Ha… Ha… Ha… bagaimana Kancil siapa di antara kita yang menang?”
“Ya... Kerbau, aku merasa malu karena aku kalah darimu,” jawab si Kancil.
Mulai saat itu, si Kancil berjanji tidak akan sombong lagi kepada si Kerbau.
Dari kisah Kancil dan Kerbau, Moms bisa mengajarkan pada anak bahwa kita sebaiknya tidak mengejek, menghina, atau bertingkah sombong kepada orang lain.
Baca Juga: Dongeng Putri Malu yang Penuh Pesan Moral untuk Si Kecil!
2. Dongeng Tresalong: Trenggiling Sang Penolong
Dongeng panjang lainnya yang dapat dibacakan pada Si Kecil berjudul Tresalong: Trenggiling Sang Penolong.
Berikut dongeng panjang tentang Trenggiling yang bisa dijadikan pengantar tidur.
Di sebuah padang sabana, Kalimantan Selatan. Tinggalah seekor trenggiling.
Trenggiling itu bernama Tresalong. Ia dikenal sebagai trenggiling yang suka menolong.
Pada suatu hari, seekor harimau datang ke padang sabana. Dan dia membuat takut semua hewan.
Kelinci, Tupai, dan Tresalong yang sedang bermain turut ketakutan melihat kedatangan harimau.
Ketiganya bersembunyi di balik semak-semak. “Suttt....jangan berisik!” kata Tupai sambil memperhatikan harimau yang perlahan mulai mendekat.
Melihat langkah harimau yang semakin dekat, tubuh Kelinci gemetar ketakutan.
Semak-semak tempat mereka bersembunyi bergoyang-goyang lantaran gerakan tubuh Kelinci yang tak bisa ditahan.
Harimau pun melihat hal itu. Perlahan harimau mendekat ke semak-semak.
“Hei! Apa yang sedang kalian lakukan?” tanya Harimau.
“Tidak, kami tidak sedang melakukan apa-apa,” kata Tupai menjawab pertanyaan si harimau.
“Baiklah, Aku lapar! Aku butuh daging segar. Apakah kalian bisa memberiku makanan yang aku butuhkan?” seru sang harimau kepada Kelinci, Tupai, dan Tresalong.
Mendengar hal itu, kelinci dan Tupai semakin ketakutan. Mereka pasrah dengan nasib hidupnya.
Tidak ada langkah lain kecuali menanti Harimau mencabik-cabik tubuh mereka dan menyantapnya.
Tresalong menyadari kedua temannya ketakutan, Oleh karenanya, Tresalong mencoba berbicara pada harimau.
“Harimau, dagingku sangat lezat, Aku mau memberikan dagingku kepadamu asalkan kamu mau melepaskan dua temanku untuk pergi dari sini,” ungkap Tresalong kepada harimau.
“Apa kamu rela dagingmu aku makan?” timpal harimau kepadanya.
“Aku rela asalkan dua temanku diizinkan pulang menyampaikan kematianku kepada orang tuaku,” ungkap Tresalong meyakinkan harimau.
“Baiklah, kalau hanya itu mau mu.” pungkas Harimau.
Kelinci dan Tupai akhirnya diperkenankan untuk pergi menyampaikan keinginan Tresalong.
Dengan berat hati keduanya beranjak pergi meninggalkan Tresalong dengan Harimau.
Saat dirasa cukup jauh, dan tak terlihat dari jangkauan mata, Tresalong segera meminta Harimau untuk mencicipi dagingnya.
Harimau yang sudah sangat lapar, tak mau menunggu lama, ia segera mendekat dan menyergap Tresalong.
Namun seketika itu Tresalong menggulingkan tubuhnya.
Harimau tidak sadar bahwa Tresalong dapat mengulingkan tubuhnya dengan balutan sisik yang keras, dan membuat harimau kesusahan untuk memakannya.
Berulang kali harimau mencoba menggigit tubuh Tresalong namun usahanya sia-sia.
Yang Harimau dapatkan justru rasa sakit pada taringnya karena berulang kali mengigit kerasnya sisik yang menyelimuti tubuh Tresalong.
Setelah beberapa waktu lamanya, harimau pun menyerah dan memutuskan untuk meninggalkan Tresalong.
Harimau pun pergi dengan perut keroncongan.
Karena ia tidak mendapat santapan daging untuk menu makan siang.
Sementara Tresalong justru gembira karena berhasil menyelamatkan kedua temannya dari buruan si Harimau.
Ketika Tresalong pulang, semua teman dan keluarga menyambut dengan penuh haru.
Beragam ucapan terimakasih pun bersahut-sahutan datang dari Kelinci, Tupai dan orang tua kepada Tresalong.
Tresalong pun hidup bahagia atas sikap penolongnya.
Dari dongeng tersebut, kita dapat belajar untuk menjadi orang yang mau membantu dengan tulus dan memiliki kecerdasan dalam hidup untuk kebaikan.
Jadi, kita bisa membuat diri sendiri dan orang lain di sekitar menjadi lebih bahagia.
3. Dongeng Kancil dan Beruang
Selanjutnya, ada dongeng panjang tentang Kancil dan Beruang. Berikut ini kisah lengkapnya.
Alkisah, di sebuah hutan berlangsung kehidupan yang tenteram, damai, dan semua kebutuhan hewan-hewan terpenuhi.
Karena itu, hewan-hewan tidak perlu merasa khawatir untuk mencari makan demi mengisi ruang kosong di perutnya.
Suatu hari, hutan tersebut tiba-tiba kedatangan tamu yang tak pernah diharapkan.
Kedatangannya membuat penghuni hutan serta merta merasa ketakutan.
Hutan yang mulanya diramaikan oleh riuh suara hewan-hewan yang sedang mencari makan, kini menjadi sunyi mencekam.
Tak ada yang berani keluar dari sarangnya meskipun mereka merasa kelaparan.
Jauh dari hutan tersebut, hidup seekor Kancil yang sudah lama tidak mendatangi hutan itu.
Tiba-tiba terbersit keinginan Kancil untuk mengunjungi hutan tersebut dan sekaligus ingin bertemu teman-temannya atau sekadar menghirup udara di hutan yang damai itu.
Tanpa mengetahui situasi yang tengah terjadi, Kancil terus melangkah santai memasuki hutan.
Ia tidak menyadari bahwa hutan tersebut tengah dalam situasi mencekam.
Setelah berjalan lebih jauh ke tengah hutan, Kancil tiba-tiba menghentikan langkahnya.
Ia mengamati situasi hutan yang sunyi. Tiba-tiba muncul rasa curiga dan penasaran dalam dirinya.
“Mengapa hutan ini sepi sekali? Suasananya pun seperti mencekam,” tanya Kancil dalam hati.
Tiba-tiba Kancil mendengar suara seruan peringatan dari Burung Balam yang gerakannya begitu cepat dan mengisyaratkan untuk waspada.
“Hei, Kancil! Segeralah bersembunyi sebelum kau dimangsanya! Karena hutan ini sudah tidak aman lagi! Anak-anak kami banyak yang mati dimakannya. Sungai-sungai pun menjadi keruh dibuatnya,” teriak Burung Balam mengabarkan dan sekaligus mengingatkan Kancil.
“Dia tinggal di mana rupanya?” tanya Kancil dengan penuh penasaran.
“Aku tidak tahu dia tinggal di mana. Tapi yang pasti, dia akan keluar tiba-tiba dan memangsa setiap hewan yang berjumpa dengannya,” jawab Burung Balam dan membuat nyali Kancil tiba-tiba menciut.
Tidak hanya Burung Balam yang berkata seperti itu kepada Kancil.
Hewan-hewan lain yang kebetulan mendengar percakapan antara Burung Balam dengan Kancil, juga membenarkan peringatan yang disampaikan Burung Balam tersebut.
Tiba-tiba terdengar suara auman yang menggetarkan nyali Burung Balam dan Kancil.
Dengan tergesa-gesa karena rasa takutnya, Kancil berusaha lari untuk mencari tempat persembunyian.
Namun sebelum Kancil berlari, ternyata binatang tersebut telah berdiri di hadapannya.
Badannya yang besar dan cakarnya yang tajam membuat hewan-hewan kecil takut padanya.
Kancil tetap berusaha melarikan diri dari hewan tersebut. Namun gerakan hewan itu ruparupanya lebih cepat dari pada Kancil.
Tanpa disadari Kancil, hewan tersebut ternyata kembali sudah berada di hadapannya.
Namun Kancil tidak melihat keberadaan hewan itu.
Ia terus berlari sehingga menabrak hewan itu dan membuat Kancil jatuh ke dalam lumpur.
Walaupun kondisinya sudah dalam keadaan terancam, namun Kancil tidak mau menyerah begitu saja ataupun putus asa.
Ia berusaha menggunakan akalnya supaya bisa terlepas dari situasi yang sedang mengancamnya.
Ketika hewan tersebut bersiap-siap untuk memangsanya, Kancil tiba-tiba berkata, “Stop! Jangan kau makan mangsamu dalam keadaan seperti ini. Nanti rasanya tidak akan nikmat seperti yang kau bayangkan,” ucap Kancil mulai memainkan akalnya.
“Kalau begitu, aku harus bagaimana?” Tanya hewan buas itu.
“Di sekitar sini ada sungai. Izinkan aku membersihkan diri. Dan setelah itu, kau boleh menyantapku,” jawab Kancil memohon.
“Baiklah,” balas hewan buas tersebut. Kancil kemudian berjalan menuju sungai.
Hewan pemangsa itu mengikuti dan mengawasi Kancil dari belakang.
Sambil berjalan santai menuju sungai, Kancil menyempatkan diri bertanya pada hewan itu.
“Apakah kau hewan yang bernama beruang?”
“Iya. Akulah beruang! Aku adalah raja hutan. Semua hewan takut padaku,” ucap Beruang membanggakan diri sambil tertawa.
“Jika kau bernama Beruang, tentulah kau lebih suka madu dari pada aku yang kelezatannya masih diragukan ini,” Kancil mencoba mengelabui Beruang.
“Ya! Jelas aku lebih suka madu. Tapi di hutan ini belum kutemui madu itu. Makanya aku menyantap hewan-hewan kecil,” ungkap Beruang.
“Aku tahu tempat yang menyimpan madu lezat. Jika kau berkenan aku akan mengantarkanmu pada madu tersebut.
Tapi aku mengantarkanmu setelah aku membersihkan tubuhku dulu,” Kancil menawarkan diri sambil terus mengolah akalnya.
Beruang yang tidak menyadari siasat yang sedang dimainkan Kancil, spontan memenuhi tawaran yang diajukan Kancil.
Tiada sedikit pun terpikir oleh Beruang tentang bahaya yang akan mengancamnya karena memenuhi tawaran Kancil tersebut.
Sesampai di sungai, Kancil langsung membersihkan tubuhnya.
Selanjutnya, ia melanjutkan perjalanan menuju gua yang ada madunya.
Begitu sampai di mulut gua, Kancil berkata, “Gua ini sangat gelap, tapi di dasar gua ada madu yang sangat lezat yang tak pernah diambil siapa pun,” Kancil menjelaskan sambil menunjuk ke arah dalam gua.
“Tidak apa. Kita akan ke sana,” ucap Beruang bersemangat.
Setelah berjalan ke dalam gua tersebut, Kancil memberitahu beruang,
“Hei, Beruang, dengarlah suara lebah itu. Kita sudah dekat dengan madunya. Tapi kita kesulitan melihat di mana letak madu itu. Jadi, tunggulah di sini. Aku akan keluar mengambil api dan akan segera kembali,” jelas Kancil.
Beruang membalas dengan anggukan.
Ia sedang dikuasai rasa senang yang luar biasa karena keinginannya segera terwujud untuk merasakan madu yang selama ini diimpi-impikannya.
“Jangan lama-lama ya,” Beruang mengingatkan Kancil.
Beruang sudah tak sabaran ingin menikmati lezatnya madu.
Kancil segera keluar dari gua untuk mengambil api.
Namun di luar dugaan Beruang, Kancil yang tadinya berjanji akan membawa api ke dalam gua, tapi malah menyulutkan api di mulut gua.
Akibatnya, mulut gua tertutup seketika dan Beruang terjebak di dalam gua.
Tidak jauh dari gua, tiba-tiba terdengar suara,
“Terima kasih, Kancil. Kau telah menolongku dengan memberi makanan untukku. Sejujurnya aku sudah sangat lapar karena sudah lama sekali aku tidak makan,” ucap Buaya yang telah memangsa Beruang.
“Sama-sama, Buaya. Aku memberikannya padamu karena dulu kau pernah membantuku untuk menyeberangi sungai,” sahut Kancil sambil mengingatkan jasa Buaya kepadanya.
Oya, sesungguhnya gua yang dimaksud Kancil tadi adalah mulut buaya yang sudah lama menunggu mangsa.
Sedangkan yang dimaksud Kancil dengan suara lebah itu adalah laron yang sedang bermain-main di mulut buaya.
Kini Beruang telah mati dalam mulut buaya. Hutan pun kembali seperti sedia kala: tenteram, aman, dan damai.
Tak ada lagi hewan yang hidup dalam ketakutan.
Pesan moral dari dongeng panjang ini adalah bahwa kecerdikan dan kebijaksanaan dalam menghadapi masalah lebih penting daripada kekuatan fisik semata.
Kancil, meskipun lebih kecil dan lemah daripada Beruang, berhasil mengalahkan musuhnya dengan menggunakan akal sehat dan kelicikannya.
Kancil menunjukkan bahwa dengan berpikir cerdas dan menggunakan strategi yang tepat, kita dapat mengatasi tantangan yang mungkin mengancam kita.
Selain itu, dongeng ini juga mengajarkan tentang pentingnya bersikap tulus dan membantu sesama.
4. Kancil dan Siput Lomba Lari
Dongeng panjang tentang hewan lainnya yang bisa Moms ceritakan pada anak yakni berjudul Kancil dan Siput Lomba Lari.
Suatu hari Kancil bertemu dengan Siput di pinggir kali.
Melihat Siput merangkak dengan lambatnya, sang Kancil dengan sombong dan angkuhnya berkata,
“Hai Siput, beranikah kamu beradu lomba denganku?” Ajakan itu terasa mengejek Siput.
Siput berpikir sebentar, lalu menjawab, “Baiklah, aku terima ajakanmu dan jangan malu kalau nanti kamu sendiri yang kalah.”
“Tidak bisa. Masa jago lari sedunia mau dikalahkan olehmu Siput, binatang perangkak kelas wahid di dunia,” ejek Kancil.
“Baiklah, ayo cepat kita tentukan harinya!” kata Kancil.
“Bagaimana kalau hari Minggu besok, agar banyak yang menonton,” kata Siput.
“Oke aku setuju,” jawab Kancil. Sambil menunggu hari yang telah ditentukan itu, Siput mengatur taktik.
Segera dia kumpulkan bangsa Siput sebanyak-banyaknya.
Dalam pertemuan itu, Siput membakar semangat kawan-kawannya, mereka sangat girang dan ingin mempermalukan Kancil di hadapan umum.
Dalam musyawarah itu, disepakatilah dengan suara bulat bahwa dalam lomba nanti di setiap Siput ditugasi berdiri di antara rerumputan di pinggir kali.
Diaturlah tempat mereka masing masing.
Bila Kancil memanggil, maka Siput yang di depannya itu yang menjawab. Begitu seterusnya.
Sampailah saat yang ditunggu-tunggu itu.
Penonton pun sangat penuh menyaksikan perlombaan itu.
Para penonton berdatangan dari semua penjuru hutan.
Kancil mulai bersiap digaris start.
Pemimpin lomba mengangkat bendera, tanda lomba akan segera dimulai.
Kancil berlari sangat cepatnya. Semua tenaga dikeluarkannya.
Tepuk tangan penonton pun menggema memberi semangat pada Kancil.
Setelah lari sekian kilometer, berhentilah Kancil.
Dengan napas terengah-engah dia memanggil. “Siput!” seru Kancil.
Siput yang berada di depannya menjawab, “Ya, aku di sini.”
Karena tahu Siput telah ada di depannya, Kancil pun kembali lari sangat cepat sampai tidak ada lagi tenaga yang tersisa.
Kemudian dia pun kembali memanggil. “Siput!” teriak Kancil lagi.
Siput yang di depannya menjawab, “Ya, aku di sini.”
Berkali-kali selalu begitu. Sampai akhirnya Kancil lunglai dan tak dapat berlari lagi.
Menyerahlah sang Kancil dan mengakui kekalahannya.
Penonton terbengong-bengong.
Siput menyambut kemenangan itu dengan senyuman saja.
Tidak ada loncatan kegirangan seperti pada umumnya pemenang lomba.
5. Persahabatan Gajah dan Semut
Di sebuah hutan yang hijau dan rimbun, hiduplah seekor gajah besar bernama Garga. Ia terkenal di seluruh hutan karena kekuatan dan tubuhnya yang besar.
Namun, meski tubuhnya kuat, Garga sering merasa kesepian. Ia ingin punya teman, tetapi banyak hewan di hutan takut mendekatinya karena ukurannya yang besar.
Suatu hari, saat berjalan di tepi sungai, Garga tidak sengaja menginjak sebuah lubang kecil. Dari lubang itu, keluarlah seekor semut kecil bernama Siti.
“Hey, hati-hati dong! Kamu hampir menghancurkan rumahku!” teriak Siti.
Garga menunduk, lalu berkata, “Maaf, aku tidak melihat rumahmu. Aku terlalu besar untuk memperhatikan hal sekecil itu.”
Siti mendongak dan melihat wajah Garga yang tampak sedih. “Kamu kelihatan sedih. Ada apa?” tanya Siti.
Garga menghela napas. “Aku ingin punya teman, tapi semua hewan takut padaku karena tubuhku besar. Aku tidak tahu bagaimana caranya berteman.”
Siti berpikir sejenak. “Besar atau kecil tidak penting. Persahabatan datang dari hati. Bagaimana kalau aku menjadi temanmu?”
Garga terkejut. “Kamu? Kamu kan kecil sekali!”
Siti tersenyum. “Ukuran tidak menentukan segalanya. Aku mungkin kecil, tapi aku punya banyak ide dan keberanian. Kita bisa saling melengkapi.”
Mulai hari itu, Garga dan Siti menjadi sahabat. Meski berbeda ukuran, mereka saling membantu. Siti membantu Garga melihat hal-hal kecil yang sering ia lewatkan, sementara Garga melindungi Siti dari bahaya.
Namun, persahabatan mereka diuji ketika badai besar melanda hutan. Angin kencang dan hujan deras menghancurkan banyak rumah hewan, termasuk rumah semut di tepi sungai.
Garga segera membawa Siti ke tempat yang aman, tetapi Siti merasa sedih karena rumahnya hilang.
“Jangan khawatir, aku akan membantumu membangun rumah baru,” kata Garga dengan penuh semangat.
Dengan belalainya yang kuat, Garga mengangkat batang pohon dan batu besar untuk membangun tempat perlindungan baru bagi koloni semut.
Di sisi lain, Siti memimpin teman-temannya untuk mengatur dan menghias rumah baru itu. Dalam waktu singkat, rumah mereka bahkan lebih indah daripada sebelumnya.
Setelah badai berlalu, hewan-hewan lain melihat betapa hebatnya kerja sama antara Garga dan Siti. Mereka pun mulai memahami bahwa ukuran tubuh bukanlah hal yang penting dalam persahabatan.
Sejak saat itu, Garga dan Siti menjadi inspirasi bagi seluruh penghuni hutan. Mereka menunjukkan bahwa persahabatan sejati adalah tentang saling membantu dan menerima perbedaan.
6. Kelinci Penari dan Burung Hantu Bijaksana
Di tengah hutan yang lebat, ada seekor kelinci bernama Lilo. Lilo sangat terkenal karena keahlian menarinya.
Setiap sore, ia selalu menari di padang rumput, menghibur hewan-hewan hutan. Semua hewan bersorak dan memuji tarian Lilo, membuatnya menjadi sangat percaya diri.
Namun, suatu hari, seekor burung hantu tua bernama Taro, yang tinggal di pohon tertinggi di hutan, datang untuk melihat pertunjukan Lilo. Setelah pertunjukan selesai, Taro mendekati Lilo dan berkata, “Tarianmu memang indah, tetapi aku perhatikan ada satu masalah kecil.”
Lilo yang terbiasa dipuji menjadi tersinggung. “Masalah? Apa maksudmu? Semua orang menyukai tarianku!”
Taro dengan tenang menjawab, “Memang benar, tetapi aku perhatikan kamu selalu menari di tempat yang sama. Pernahkah kamu mencoba belajar gerakan baru atau menari di tempat lain? Seni itu tumbuh dari tantangan.”
Lilo menggeleng. “Aku tidak perlu mengubah apa pun. Tarianku sudah sempurna.”
Taro hanya tersenyum dan terbang kembali ke pohonnya. Namun, kata-katanya terus terngiang-ngiang di kepala Lilo. Kelinci itu mulai bertanya-tanya, apakah benar ia hanya nyaman dengan hal yang biasa?
Beberapa hari kemudian, Lilo memutuskan untuk mencoba sesuatu yang baru. Ia berjalan lebih jauh ke dalam hutan dan menemukan sebuah danau kecil.
Di tepi danau itu, ia mencoba menari di atas batu-batu licin. Awalnya sulit, tetapi Lilo mulai menemukan gerakan-gerakan baru yang membuat tariannya terlihat lebih anggun.
Setelah itu, ia pergi ke tanah yang berpasir, lalu ke dalam gua yang gelap. Setiap tempat memberinya tantangan berbeda, tetapi Lilo menyadari bahwa ia menikmati proses belajar tersebut. Setiap tantangan membuatnya lebih kreatif dan percaya diri.
Akhirnya, Lilo kembali ke padang rumput tempat ia biasa menari. Kali ini, ia menunjukkan semua gerakan baru yang telah ia pelajari. Semua hewan kagum dengan perubahan Lilo. Bahkan Taro datang lagi, tersenyum puas.
“Sekarang aku melihat seorang seniman sejati,” kata Taro. “Kamu telah keluar dari zona nyamanmu dan menemukan keindahan baru dalam dirimu.”
Lilo tersenyum dan berterima kasih kepada Taro. Ia menyadari bahwa belajar dan berkembang adalah bagian penting dari perjalanan hidup, tidak hanya untuk seni tetapi juga untuk dirinya sendiri.
Itulah beberapa dongeng panjang yang dapat Moms bacakan pada Si Kecil di rumah serta pesan moralnya yang inspiratif.
Selain dongeng hewan, Moms juga bisa membacakan kumpulan cerita dongeng lain untuk Si Kecil, seperti dongeng kerajaan dan cerita rakyat.
Yuk, bangun ikatan antara orang tua dan anak yang mendalam dengan menghabiskan lebih banyak waktu bersama melalui membaca dongeng.
- https://repositori.kemdikbud.go.id/25622/1/3.%20%20Lima%20Dongeng%20Anak%20Dunia%20SQUARE-membaca%20awal%2021x21%2028hlm.pdf
- https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/resource/doc/files/1_Kisah_Petualangan_Seru_Kancil_dan_Teman_Temannya.pdf
- https://psychcentral.com/health/pros-and-cons-of-exposing-kids-to-fairytales
- https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1365-2214.2011.01216.x
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.