Berbagai Hal Seputar Donor Sperma dan Hukumnya Menurut Agama Islam
Ternyata donor itu tak hanya darah atau organ saja loh Moms. Donor sperma juga merupakan salah satu hal yang bisa dilakukan bagi mereka yang sulit hamil.
Sperma yang disumbangkan dapat disuntikkan ke dalam organ reproduksi wanita (inseminasi intrauterine) atau digunakan untuk membuahi sel telur yang matang di laboratorium (fertilisasi in vitro).
Penggunaan sperma yang disumbangkan ini dikenal sebagai alat reproduksi pihak ketiga. Untuk lebih jelasnya, yuk simak berbagai fakta seputar donor sperma berikut ini!
Baca Juga: 5 Alternatif Promil Selain Bayi Tabung IVF, Moms Wajib Tahu!
Apa itu Donor Sperma?
Mengutip artikel dari Mayo Clinic, donor sperma adalah prosedur ketika seorang pria menyumbangkan air mani (cairan yang mengandung sperma yang dilepaskan saat ejakulasi) untuk membantu seseorang atau pasangan untuk hamil.
Dalam melakukan donor sperma, pria yang memberikan donasi sperma dapat diketahui atau bisa juga tidak dikenal oleh penerima.
Donasi sperma yang diberikan kepada penerima yang dikenal disebut donasi terarah.
Sebelum seorang pria dapat menyumbangkan sperma, ia harus menjalani pemeriksaan untuk mengetahui kondisi medis dan faktor risiko lainnya.
Penting juga untuk memahami kemungkinan masalah emosional, psikologis, dan hukum dari donasi sperma.
Sementara di Indonesia, donor sperma tidak bisa dilakukan ya Moms.
Pasangan atau seorang wanita yang membutuhkan donor sperma dari orang lain harus ke luar negeri karena undang-undang di Indonesia tidak mengizinkan seorang wanita menerima donor dari lelaki yang bukan pasangannya.
Oleh karena itu, akan sulit bagi pria jika ingin mendonorkan spermanya di Indonesia.
Namun, hal ini masih bisa dilakukan di luar negeri atau di negara yang membolehkan hal ini terjadi.
Di negara yang seorang pria bisa menyumbangkan spermanya, kemungkinan besar mereka akan dibayar untuk setiap sumbangan yang lolos proses penyaringan bank sperma.
Pembayaran dimaksudkan untuk memberi kompensasi atas waktu dan segala pengeluaran terkait.
Namun sayangnya, jumlahnya biasanya cukup rendah sehingga uang bukanlah insentif utama untuk berdonasi.
Jika seorang pria sedang mempertimbangkan untuk mendonor sperma, pertama-tama ia harus memperhatikan dampak jangka panjang dari keputusan ini.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan antara lain:
- Apakah ia siap menjadi ayah biologis dari satu anak atau banyak anak yang mungkin tidak pernah ditemui?
- Bagaimana jika anak-anak yang dikandung dengan bantuan donor sperma ingin bertemu suatu hari nanti?
- Apakah ia akan memberi tahu keluarga saat ini atau di masa depan tentang keputusan untuk menyumbangkan sperma?
- Jika memberikan donasi sperma kepada seseorang yang dikenal, pertimbangkan untuk menyewa pengacara untuk membuat draf kontrak yang menjelaskan hak dan kewajiban finansial.
Baca Juga: 5 Cara Meningkatkan Kualitas Sperma Menurut Dokter
Begini Tahapan Proses Donor Sperma
Sebelum melakukan donor sperma, ada beberapa pemeriksaan dasar untuk penyakit menular dan faktor risiko tertentu.
Di Amerika Serikat Sendiri, beberapa negara bagian dan pemerintah lokal memerlukan penyaringan tambahan.
American Society for Reproductive Medicine juga merekomendasikan bahwa pria yang ingin melakukan donor sperma, termasuk mereka yang diketahui penerimanya harus menyelesaikan beberapa pemeriksaan berikut:
Usia
Sebagian besar bank sperma mengharuskan donor berusia antara 18 dan 39. Bahkan beberapa bank sperma menetapkan batas atas usia 34 tahun.
Uji Fisik
Ujian ini mencakup pengambilan sampel darah dan urine untuk menguji penyakit menular, seperti HIV.
Jika seorang pria menjadi donor sperma tetap, ia harus menjalani pemeriksaan fisik setiap 6 bulan saat memberikan donasi sperma.
Ia juga akan diminta untuk melaporkan setiap perubahan dalam kesehatannya.
Pengujian Air Mani
Seorang pria harus memberikan beberapa sampel air mani. S
ebelum memberikan setiap sampel, ia mungkin akan diminta untuk tidak ejakulasi, baik melalui seks atau masturbasi, setidaknya selama 48 hingga 72 jam.
Sampel akan dianalisis kuantitas, kualitas, dan pergerakannya.
Pengujian Genetik
Sampel darah akan dianalisis untuk melihat apakah ia pembawa kondisi genetik.
Tanyakan pada bank sperma individu tes mana yang mereka lakukan, karena beberapa bank melakukan tes yang lebih intensif daripada yang lain.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Seorang pria yang hendak menjadi pendonor sperma juga harus memberikan rincian tentang riwayat kesehatan setidaknya dua generasi keluarga sebelumnya.
Riwayat yang menunjukkan adanya penyakit keturunan mungkin membuat seorang pria tidak memenuhi syarat untuk menyumbangkan sperma.
Evaluasi Psikologis
Seorang pria calon pendonor sperma juga mungkin akan ditanya apakah ia khawatir tentang informasi pribadi yang dibagikan dengan anak kandung atau tentang kontak di masa depan dengan mereka.
Jika donor sperma dilakukan kepada seseorang yang dikenal, kemungkinan besar ia akan diminta untuk membicarakan hubungan penerima donor dan pendonor.
Jika masing-masing pendonor dan penerima donor memiliki pasangan, konseling mungkin bisa membantu juga.
Riwayat Pribadi dan Seksual
Seorang calon pendonor sperma harus memberikan riwayat terperinci tentang aktivitas seksual, penggunaan narkoba, dan informasi pribadi lainnya.
Tujuannya untuk menunjukkan apakah ia memiliki faktor risiko untuk mengembangkan penyakit menular, seperti HIV.
Ia juga akan diminta untuk membagikan informasi terperinci tentang kebiasaan pribadi, pendidikan, hobi, dan minat.
Calon pendonor juga mungkin diminta untuk memberikan gambar atau video tentang diri atau rekaman audio suara.
Baca Juga: 5 Syarat Pasangan Suami Istri ikut Program Bayi Tabung, Sudah Tahu?
Jika seorang pria calon pendonor dinyatakan positif untuk kondisi medis apa pun selama proses tes, ia akan diberi tahu dan dirujuk ke perawatan atau konseling.
Jika lulus proses penyaringan, ia akan diminta untuk menandatangani formulir persetujuan, yang kemungkinan besar akan menyatakan bahwa dirinya menyangkal memiliki faktor risiko untuk infeksi menular seksual atau kondisi genetik.
Penting untuk mendiskusikan apakah pendonor kelak akan terbuka untuk kontak dari anak mana pun yang dikandung dengan bantuan sperma yang telah diberikan.
Donasi sperma biasanya dilakukan di bank sperma. Pendonor akan memberikan sampel air mani dalam cangkir steril melalui masturbasi di ruang pribadi.
Setelah prosedur, sampel akan dibekukan (dikriopreservasi) dan disimpan di karantina setidaknya selama 6 bulan. Kemudian sampel akan diuji lagi untuk penyakit menular, seperti HIV.
Jika semua hasil tes negatif, sampel beku akan dicairkan dan kuantitas, kualitas, dan pergerakan sperma akan dievaluasi lagi.
Sampel sperma dari beberapa pria lebih rentan terhadap kerusakan selama proses pembekuan daripada yang lain.
Kerusakan yang disebabkan oleh proses pembekuan juga dapat berbeda antar sampel dari donor yang sama.
Jika sperma memenuhi standar kualitas, seorang pria akan dipilih sebagai donor.
Sementara jika hasil tes positif untuk kondisi medis apa pun, pendonor akan diberitahu dan dirujuk ke perawatan dan konseling.
Baca Juga: Sperma Suami Miliki Motilitas Yang Rendah, Bagaimana Agar Bisa Hamil?
Donor Sperma Menurut Pandangan Islam
Dalam permasalahan donor sperma, ulama dunia pernah berkumpul di Amman, Yordania, pada 1986 untuk memutuskan hukum inseminasi buatan dalam forum Majma’ul Fiqhil Islamy.
Putusan ini berjudul Athfaalul Anaabiib (bayi tabung), dan forum ini juga dihadiri ulama dari Indonesia memutuskan beberapa hal.
Pertama, dalam inseminasi buatan, yakni sperma diambil dari suami dan sel telur diambil dari istri, kemudian disuntikkan ke rahim istri maka hal tersebut dibolehkan dengan beberapa syarat.
Tindakan ini bisa dilakukan jika sudah sangat dibutuhkan karena keinginan besar memiliki anak dengan cara lain tidak berhasil.
Selain itu, tindakan inseminasi buatan juga perlu memastikan faktor keselamatan dan keamanan.
Yang kedua, syaratnya adalah agar aurat vital si wanita harus tetap tertutup. Selain itu, kegagalan proses operasi juga perlu diperhitungkan.
Ini termasuk antisipasi pelanggaran amanah dari orang-orang rumah sakit yang sengaja mengganti sperma atau sel telur milik orang lain.
Ulama Indonesia sendiri lewat Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga pernah memutuskan masalah ini sejak tahun 1979.
MUI menyatakan, jika sperma dan sel telur berasal dari suami istri, hal itu diperbolehkan sebab termasuk ikhtiar berdasarkan kaidah agama.
Namun, jika bayi tabung pasangan suami istri dititipkan ke rahim istri lain, hal ini tetap tidak boleh.
Ini karena dikhawatirkan kelak akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan.
Terutama antara anak dan ibu yang memiliki sel telur dengan ibu yang melahirkannya.
Baca Juga: 6 Mitos dan Fakta tentang Sperma Pria yang Banyak Dipercaya
Tak hanya itu, MUI juga menyebutkan bahwa proses inseminasi buatan dengan sperma suami yang sudah meninggal adalah haram.
Alasannya, seperti halnya dititipkan ke rahim istri lain, akan muncul masalah terkait ayah dan masalah waris.
Menurut MUI, inseminasi buatan yang melibatkan pihak kedua atau ketiga yang tidak ada hubungan perkawinan maka hukumnya sama saja dengan zina.
Oleh karena itu, jika memang Moms sulit hamil, lebih baik gunakan cara lain seperti bayi tabung atau menjalankan program hamil yang lebih aman dan murah.
Itulah berbagai hal yang perlu Moms pahami mengenai donor sperma. Untuk lebih jelasnya, Moms mungkin juga bisa mendiskusikan ini dengan dokter pribadi Moms, ya!
- https://www.asrm.org/topics/topics-index/sperm-donation/
- https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/sperm-donation/about/pac-20395032
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.