Jantung Berdebar Saat Hamil, Berbahayakah untuk Ibu dan Janin?
Aritmia atau detak jantung tidak beraturan tidak boleh disepelekan, terutama pada ibu hamil. Hal ini karena jantung berdebar saat hamil bisa saja berakibat fatal.
Menurut Healthline, terjadi peningkatan darah ketika Moms sedang hamil. Akibatnya, kinerja dan detak jantung juga akan semakin meningkat.
Jika jantung berdebar saat hamil dibiarkan, maka akan berisiko terhadap janin. Bahkan, bisa menyebabkan sindrom kematian mendadak.
"Pada kehamilan terdapat perubahan kerja dan fungsi organ dibandingkan dengan wanita yang sedang tidak hamil, terutama kerja jantung," jelas dr. Putri Deva Karimah, Sp.OG, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan RS Pondok Indah – Pondok Indah.
Ia menambahkan, pada ibu hamil akan terjadi perubahan peningkatan kerja jantung karena jantung diperlukan tidak hanya untuk memompa darah pada organ ibu ke seluruh tubuh.
Namun, juga memompa untuk memberikan suplai darah dan oksigen ke janin. Itu sebabnya pada kondisi ini jantung ibu akan bekerja sangat berat.
Lebih lanjut dr. Putri menambahkan, sekitar 30-60 persen peningkatan pada curah jantung/volume darah ibu hamil yang dipompa oleh jantung, juga akan meningkat hingga 30-40 persen dari awal sebelum hamil.
Perubahan ini terjadi dimulai 6 minggu pada awal kehamilan hingga trimester 3.
Perubahan kerja jantung yang semakin berat terkadang akan membuat beberapa ibu hamil merasakan jantung sering berdebar-debar.
Hal ini merupakan salah satu proses adaptasi tubuh Moms terhadap perubahan kerja jantung dan dapat dikatakan normal dan aman bagi janin.
Baca Juga: 17 Obat Batuk untuk Ibu Hamil, Mulai dari yang Alami Sampai Medis
Penyebab Jantung Berdebar saat Hamil
Berdasarkan jurnal Arrhythmias in Pregnancy, menunjukkan jantung berdebar saat hamil lazim terjadi.
Beberapa wanita akan mengalami palpitasi jantung untuk pertama kalinya selama kehamilan.
Pada wanita yang lain bisa mendapatkannya sebelum mereka hamil, dan terus merasakannya selama kehamilan.
"Kondisi ini merupakan hal yang aman apabila tidak disertai dengan adanya gejala dan penyakit penyerta lain, seperti adanya penyakit jantung sebelum kehamilan atau adanya penyakit tiroid, anemia, dan penyakit lainnya yang dapat memberatkan jantung," kata dr. Putri
Palpitasi jantung adalah sensasi atau perasaan bahwa jantung Moms tidak berdetak dengan normal.
Moms mungkin menjadi sangat sadar akan detak jantung dan merasa seperti jantung seperti:
- Berdebar.
- Memiliki detak ekstra.
- Tidak berdetak dengan ritme yang teratur.
- Berdebar atau jatuh.
- Balapan atau pemukulan dengan sangat cepat.
- Melompati ketukan.
Moms bisa merasakan jantung berdebar saat hamil di dada, tetapi juga bisa merasakannya di leher dan tenggorokan.
Berbagai faktor dapat menyebabkan jantung berdebar saat hamil. Kebanyakan tidak serius, tetapi dalam beberapa kasus, penyebab palpitasi memerlukan perawatan medis.
Beberapa penyebab jantung berdebar saat hamil yang tidak berbahaya meliputi berapa hal berikut ini.
- Jantung bereaksi terhadap peningkatan volume darah.
- Stres dan kecemasan.
- Reaksi terhadap makanan atau minuman tertentu, terutama yang mengandung kafein.
- Reaksi terhadap obat flu atau alergi.
Baca Juga: Sakit Perut saat Hamil? Tenang, Ini Obat Sakit Perut untuk Ibu Hamil
Penyebab yang lebih serius meliputi berapa hal berikut ini:
- Masalah tiroid.
- Kerusakan jantung yang mendasari dari peristiwa kehidupan lain atau kehamilan.
- Hipertensi paru.
- Penyakit arteri koroner.
- Irama jantung abnormal, yang disebut aritmia.
- Preeklamsia dan gangguan hipertensi kehamilan lainnya.
"Apabila kondisi berdebar-debar ini membuat para ibu tidak dapat beraktivitas, pandangan kabur, atau hingga pingsan serta sesak, sebaiknya ibu tetap memeriksakan diri dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan," saran dr. Putri.
Wanita hamil dan penyedia layanan kesehatan mungkin kesulitan membedakan penyebab jantung berdebar saat hamil.
Hal ini karena banyak gejala masalah jantung terjadi selama kehamilan normal sehingga sulit untuk mengetahui apakah kondisi yang mendasari menyebabkan gejala tersebut.
Baca Juga: Wajarkah Sesak Napas Pada Ibu Hamil? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya
Gejala Umum Aritmia pada Ibu Hamil
Aritmia pada ibu hamil bisa jadi tidak menunjukkan gejala apa pun. Seorang dokter dapat mendeteksi detak jantung yang tidak teratur selama pemeriksaan.
Caranya dengan mendengarkan jantung berdebar saat hamil pasien atau dengan melakukan tes diagnostik. Namun, gejala umumnya sebagai berikut:
- Palpitasi, yaitu perasaan jantung berdetak kencang, berkibar, atau perasaan bahwa jantung "melarikan diri".
- Dada berdebar-debar.
- Pusing atau perasaan pusing.
- Sesak napas.
- Ketidaknyamanan pada dada.
- Merasa sangat lelah
Gejala palpitasi mewakili 15-25 persen dari semua gejala yang dilaporkan oleh pasien jantung wanita.
Gejala ini terkait dengan sindrom pramenstruasi, kehamilan, dan periode perimenopause.
Ketika jantung berdebar, dokter memulai evaluasinya dengan mencari penyakit jantung yang mendasarinya.
Wanita dan pria serupa dalam hal detak jantung dan ritme dasar. Namun, wanita cenderung memiliki denyut jantung awal yang lebih cepat. Karena itu juga, Moms sangat mungkin mengalami jantung berdebar saat hamil.
Lalu, bacaan EKG wanita mungkin berbeda. Rata-rata, wanita cenderung memiliki denyut jantung awal yang lebih cepat daripada pria.
EKG atau elektrokardiogram adalah tes yang digunakan untuk merekam aktivitas elektrik jantung pada kertas grafik.
Gambar, yang diambil oleh komputer dari informasi yang disediakan oleh elektroda yang ditempatkan pada kulit dada, lengan dan kaki, menunjukkan waktu dari berbagai fase irama jantung.
Baca Juga: 8 Cara Mengatasi Darah Rendah pada Ibu Hamil, Yuk Kenali Gejalanya
Jenis Aritmia pada Ibu Hamil
Ada beberapa jenis aritmia, namun aritmia tertentu lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria. Misalnya, fibrilasi atrium, salah satu irama jantung tidak teratur yang paling umum.
Fibrilasi atrium adalah irama jantung cepat yang tidak teratur yang berasal dari atrium. Wanita lebih cenderung mengalami fibrilasi atrium yang terkait dengan penyakit katup jantung.
Sedangkan pada pria, lebih sering mengalami fibrilasi atrium yang terkait dengan penyakit arteri koroner.
Studi Jantung Kopenhagen menunjukkan bahwa wanita dengan atrial fibrilasi memiliki peningkatan risiko stroke dan kematian kardiovaskular dibandingkan dengan pria.
Hal ini terutama berlaku pada wanita yang memiliki fibrilasi atrium dan lebih tua dari usia 75 tahun.
Baca Juga: ISK pada Ibu Hamil, Begini Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Risiko Aritmia pada Ibu Hamil
Kematian jantung mendadak adalah kematian mendadak dan tak terduga yang disebabkan oleh hilangnya fungsi jantung.
Sebagian besar kematian jantung mendadak disebabkan oleh irama jantung abnormal yang disebut aritmia.
Jenis aritmia yang paling umum mengancam jiwa adalah fibrilasi ventrikel, yang merupakan penembakan impuls yang tidak teratur dari ventrikel (ruang bawah jantung).
Henti jantung mendadak ini terjadi ketika sistem kelistrikan ke jantung tidak berfungsi dan tiba-tiba menjadi sangat tidak teratur. Jantung pun akan berdetak sangat cepat.
Ventrikel yang bergetar (fibrilasi ventrikel) sangat cepat tidak bisa mengirim darah ke tubuh dengan maksimal.
Hingga dalam beberapa menit pertama, henti jantung ini menyebabkan aliran darah ke otak akan berkurang secara drastis sehingga seseorang akan kehilangan kesadaran.
Jika tidak mendapatkan pertolongan segera, seseorang yang mengalami henti jantung bisa berakibat fatal karena menyebabkan kematian.
Kematian jantung mendadak (Sudden Cardiac Death/SCD) terjadi lebih jarang pada wanita, tetapi masih terkait dengan sekitar 400.000 kematian per tahun pada wanita.
Studi Kesehatan Perawat di Kanada menunjukkan bahwa sementara mayoritas wanita yang memiliki SCD tidak memiliki riwayat penyakit kardiovaskular sebelum kematian.
Namun, mereka memiliki setidaknya satu faktor risiko jantung. Seperti merokok, hipertensi dan diabetes memiliki dampak terbesar.
Riwayat keluarga juga memainkan peran dalam peningkatan risiko.
Jantung berdebar saat hamil dapat terjadi lebih sering selama kehamilan karena perubahan hormon.
Wanita yang mengalami perbaikan kelainan jantung bawaan memiliki peningkatan risiko aritmia selama kehamilan.
Aritmia pada kehamilan diperlakukan secara konservatif. Setelah menentukan jenis aritmia, dokter akan mengevaluasi penyebab yang mendasari.
Ketika aritmia menyebabkan gejala atau penurunan tekanan darah, obat antiaritmia dapat digunakan.
Namun, tidak ada obat antiaritmia yang sepenuhnya aman selama kehamilan.
Oleh karena itu, obat-obatan harus dihindari selama trimester pertama untuk membatasi risiko pada janin.
Baca Juga: Waspada Takikardia, Kondisi Detak Jantung Terlalu Cepat
Pengobatan Jantung Berdebar saat Hamil
Sebelum melakukan pengobatan, dokter mungkin akan melakukan beberapa tes untuk mengambil riwayat medis yang mencakup:
- EKG, yang mengukur aktivitas jantung.
- Memakai monitor Holter, yang mengawasi irama jantung selama 24-48 jam.
- Tes darah untuk menguji kondisi yang mendasarinya, seperti ketidakseimbangan elektrolit atau gangguan fungsi tiroid.
Dokter juga mungkin akan melakukan tes lainnya yang lebih spesifik berdasarkan hasil dari serangkaian pemeriksaan tersebut.
Selain itu, jika Moms pernah mengalami palpitasi sebelumnya, memiliki penyakit jantung lain yang diketahui, atau memiliki anggota keluarga dengan masalah jantung, penting untuk mengatakannya secara jujur pada dokter.
Menurut Medical News Today, jIka kondisi detak jatung semakin parah, dokter mungkin akan memberikan obat untuk mengatur detak jantung.
Sementara itu, melansir dariManagement of Arrhythmia Syndromes During Pregnancy, perawatan untuk jantung berdebar saat hamil tergantung pada penyebab dan gejalanya.
Apabila jantung berdebar saat hamil, tidak selalu memerlukan perawatan. Dokter mungkin hanya memantau gejala dan meminta Moms untuk melacak palpitasi.
Namun, jika dokter merasa Moms membutuhkan perawatan, mereka akan merawatnya dengan cara yang paling aman selama masa kehamilan.
Selama masa perawatan, dokter mungkin akan:
- Meresepkan obat untuk palpitasi dan gangguan irama jantung.
- Merujuk Moms ke dokter tiroid (ahli endokrin), dokter jantung (ahli jantung), dan dokter kehamilan risiko tinggi (perinatologi).
- Obati kondisi medis yang mendasari dengan aman seperti anemia atau tiroid yang terlalu aktif.
- Kasus yang lebih parah jarang terjadi, tetapi perawatan lain, seperti kardioversi, juga aman selama kehamilan.
Dikutip dari laman NCBI, obat seperti propranolol, metoprolol, digoxin, dan adenosin telah diuji dan terbukti dapat ditoleransi dengan baik dan aman selama dikonsumsi pada trimester kedua dan ketiga.
Kemudian, kardioversi aman selama semua trimester kehamilan dan dapat digunakan jika perlu.
Dalam banyak kasus, penggunaan obat antiaritmia mengarah pada hasil yang aman dan sukses untuk ibu dan bayi.
Nah, itu dia Moms, penjelasan mengenai serba-serbi jantung berdebar saat hamil, serta apa penyebab dan bagaimana tindakan yang tepat.
Kesimpulannya, aritmia perlu perhatian khusus dari pihak medis. Namun, aritmia pada ibu hamil masih bisa diobati dengan baik.
Oleh sebab itu, Moms, wanita dengan aritmia tidak perlu takut untuk hamil. Jangan khawatir!
- https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0733865112000537?via%3Dihub
- https://journals.lww.com/co-cardiology/Abstract/2014/01000/Management_of_arrhythmia_syndromes_during.6.aspx
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17522-sudden-cardiac-death-sudden-cardiac-arrest
- https://www.healthline.com/health/pregnancy/heart-palpitations
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/322327#how-to-stop-heart-palpitations-during-pregnancy-
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.