Kondisi Psikis Ibu Hamil Pengaruhi Janin, Ini Sebabnya
Masa kehamilan menjadi momen yang penuh cerita mengharukan hingga menegangkan untuk wanita yang mengalaminya.
Penantian kehadiran sang buah hati selama 9 bulan menambah manis kisah kehidupan dari Moms dan pasangan.
Namun, perlu dipahami bahwa masa kehamilan adalah masa transisi yang begitu besar bagi seorang wanita sehingga membutuhkan waktu untuk beradaptasinya.
Ketika masa hamil, wanita mengalami perubahan baik secara fisik maupun psikis.
Semua terjadi karena satu penyebab, yaitu perubahan dan peningkatan kadar hormon selama kehamilan.
Perubahan fisik ibu selama hamil, seperti perut membesar, payudara terasa nyeri, berat badan bertambah, terkadang juga dapat timbul jerawat dan rambut yang rontok, dapat memengaruhi kondisi psikis.
Baca Juga: 8 Posisi Bercinta agar Cepat Hamil yang Perlu Moms dan Dads Coba
Perubahan terhadap citra diri, perasaan cemas karena akan menjadi orangtua, merasa kurang dukungan dari pasangan atau keluarga juga dapat membuat kondisi psikis ibu hamil mengalami banyak perubahan.
Kondisi psikis ibu hamil ini bisa besar kaitannya dengan mood swings yang mengganggu.
Dilansir dari American Pregnancy, perubahan suasana hati Moms selama kehamilan bisa disebabkan oleh tekanan fisik, kelelahan, perubahan metabolisme, dan karena hormon estrogen dan progesteron.
Umumnya, perubahan suasana hati dialami selama trimester pertama antara 6 sampai 10 minggu, dan dimulai lagi pada trimester ketiga saat tubuh Moms siap untuk melahirkan.
Satu hal yang perlu Moms pahami adalah perubahan psikis ini dapat memengaruhi janin dalam kandungan.
Jadi, ketika Moms merasa bahagia, maka sang calon bayi juga bahagia. Sebaliknya, kalau Moms terus-menerus merasa stres, maka hal tersebut bisa berdampak pada karakter anak nantinya.
“Kondisi psikis Moms saat hamil menentukan kondisi bayi baik secara fisik atau psikis. Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa kestabilan emosi ibu ternyata memengaruhi kondisi kestabilan emosi sang anak juga,” ungkap Astrid Hendrawati, yang sudah berpengalaman 3 tahun di bidang Awareness Meditation Facilitator Stress Release - Forgiveness Therapy.
Nah, cara untuk menjaga kestabilan emosi tersebut dibutuhkan kesadaran diri bahwa tidak ada yang salah dengan emosi.
Hanya saja perlu pengendalian diri agar dapat mengatur emosi tetap stabil dan tidak terus-menerus menyalahkan diri sendiri.
“Baik emosi positif atau negatif memiliki peran penting dalam pembentukan karakter setiap manusia. Hal yang perlu disadari adalah keyakinan apa yang hadir bersama emosi negatif tersebut. Kepercayaan-kepercayaan negatif itu yang harus dilepaskan dan dimaafkan agar tidak menjadi keyakinan yang menurun ke bayi,” lanjut Astrid saat bincang-bincang dengan Kulwap Orami Community, Jumat (14/6) lalu.
Baca Juga: Ini Perbedaan Kehamilan Pertama dan Kedua yang Akan Moms Rasakan
Belajar Mengendalikan Emosi
Foto: parenting.firstcry.com
Kondisi psikis ibu hamil kerap berubah dan emosi menjadi tidak stabil. Namun, Moms tetap dapat belajar untuk mengendalikan emosi.
Caranya dengan menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri, memaafkan pasangan yang berbuat kesalahan, dan menemukan kebaikan dari keluarga yang sangat menyayangi kita.
Pahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi seperti apa yang kita inginkan. Jadi, Moms bisa mengelola ekspektasi tersebut agar nantinya tidak menimbulkan kekecewaan.
Selain itu, Moms sebaiknya tetap mengisi waktu dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat selama masa kehamilan.
Caranya dengan tidur yang cukup, konsumsi makanan yang bergizi, ikut kegiatan olahraga seperti kelas yoga, senam hamil, atau jalan santai, dan luangkan waktu bersama pasangan.
Moms juga bisa berbelanja perlengkapan bayi atau jalan-jalan dengan pasangan atau anggota keluarga.
Semua kegiatan tersebut dapat menghilangkan penat dan stres Moms selama masa kehamilan dan akhirnya juga dapat mengendalikan emosi agar tetap stabil.
Selamat menikmati masa kehamilan, ya, Moms!
Baca Juga: Dampak Psikologis Verbal Bullying pada Anak dan Cara Menghentikannya
(DG)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.