10 Mei 2023

5 Penyebab Janin Tidak Berkembang Sesuai Usia Kehamilan

Pastikan selalu pantau perkembangan bayi yang dikandung, ya Moms!

Penyebab janin tidak berkembang memang perlu diketahui. Jangan sampai terjadi, pastikan Moms mengetahui hal apa saja yang perlu dihindari.

Meski penyebab janin tidak berkembang masih belum pasti, namun ada beberapa hal yang perlu Moms hindari, nih!

Jangan sampai Moms melakukan hal yang bisa merugikan di masa mendatang.

Intrauterine Growth Restriction atau IUGR merupakan istilah untuk bayi yang lebih kecil dari biasanya selama kehamilan.

Dalam hal ini, janin tidak berkembang di dalam rahim pada tingkat normal.

Tak jarang, bayi juga memiliki berat badan yang rendah saat lahir.

Simak ulasan berikut untuk mengetahui apa penyebab janin tidak berkembang dan bagaimana cara mengatasinya!

Baca Juga: Menggunakan Testpack Sebelum Telat Haid, Apakah Terdeteksi?

Ciri Janin Tidak Berkembang dalam Kandungan

Penyebab Janin Tidak Berkembang
Foto: Penyebab Janin Tidak Berkembang (Freepik.com/senivpetro)

Moms, berikut ciri yang bisa diketahui pada janin yang tidak berkembang di dalam kandungan.

Melansir American International Medical University, ciri pertama adalah ukuran yang kecil jika dibandingkan dengan perkembangan yang harusnya dialami selama dalam kandungan.

Seperti yang sudah kita ketahui, dalam setiap check up, dokter biasanya akan mengukur tinggi dari janin.

Setelah 20 minggu, tinggi uterus dalam sentimeter biasanya sama dengan jumlah minggu masa kehamilan.

Jika janin dirasa terlalu kecil, dokter kandungan biasanya akan melakukan tes tambahan untuk memastikan diagnosis mengenai janin yang tidak berkembang ini.

Perlu diketahui bahwa tidak semua bayi yang lahir dengan ukuran kecil memiliki kondisi ini. Namun, beberapa kasus IUGR bisa menyebabkan janin meninggal.

Beberapa tanda janin yang tidak berkembang meliputi:

  • Janin yang kecil dan terlihat malanutrisi.
  • Bayi berukuran kecil, terlihat kurus, pucat, dan kulitnya kering.
  • Tali pusar tipis dan sering diwarnai dengan mekonium.

Baca Juga: Waspada Moms, Ini 6 Makanan Penyebab Janin Tidak Berkembang!

Penyebab Janin Tidak Berkembang

Penyebab Janin Tidak Berkembang
Foto: Penyebab Janin Tidak Berkembang (Babycenter.com)

Penyebab janin tidak berkembang secara umum ada pada plasenta atau jaringan yang membawa makanan dan darah pada janin.

Tidak hanya itu, terdapat beberapa penyebab janin tidak berkembang lainnya, yang meliputi:

1. Plasenta Tidak Memberikan Nutrisi

Penyebab janin tidak berkembang yang pertama sudah disebutkan di atas yakni plasenta tak memberikan nutrisi dan oksigen yang cukup untuk pertumbuhan bayi.

Padahal, peran plasenta sangatlah penting bagi janin yang ada dalam kandungan ibu.

Plasenta adalah organ yang berkembang di dalam rahim selama kehamilan.

Ini menyediakan oksigen dan nutrisi untuk bayi yang sedang tumbuh.

Bahkan, juga berperan dalam menghilangkan produk limbah dari darah bayi.

Normalnya plasenta menempel pada dinding rahim, tepatnya di bagian atas, samping, depan atau belakang dan tali pusar bayi muncul darinya.

Nah, kondisi plasenta yang tidak dapat berfungsi dengan baik tentunya akan menyebabkan masalah pada janin.

Ketika bayi tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup, ia tidak dapat tumbuh dan berkembang secara normal.

Umumnya, ini tidak memberikan dampak signifikan pada sang ibu.

Namun, apabila Moms mengidap hipertensi atau diabetes, akan lebih berisiko untuk mengalami preeklampsia.

Ini adalah tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol selama kehamilan, sedangkan solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari rahim sebelum persalinan.

2. Infeksi Kehamilan

Penyebab Janin Tidak Berkembang
Foto: Penyebab Janin Tidak Berkembang (Orami Photo Stocks)

Sementara penyebab janin tidak berkembang kedua adalah karena ibu hamil mengalami infeksi.

Moms yang memiliki infeksi, seperti cytomegalovirus (CMV) lebih berisiko tinggi untuk mengalami kondisi janin tidak berkembang dalam kandungan.

Studi di The Journal of Infectious Diseases menyebutkan bahwa cytomegalovirus adalah virus penyebab utama infeksi kongenital dan cacat lahir.


Infeksi virus yang satu ini dapat merusak perkembangan dan fungsi plasenta sehingga menyebabkan janin tidak tumbuh dengan optimal.

Hal ini karena virus dalam darah ibu hamil dapat melewati plasenta dan menginfeksi bayi yang sedang berkembang.

Infeksi lain yang mengancam proses tumbuh kembang janin yaitu campak Jerman (Rubella).

Sama seperti cytomegalovirus, wanita hamil yang terinfeksi Rubella dapat mentransfer virus ke bayinya melalui aliran darah.

Itulah mengapa campak Jerman (Rubella) pada ibu hamil termasuk dalam penyebab janin tidak berkembang yang perlu Moms waspadai.

Selain cytomegalovirus dan Rubella, infeksi lain pada ibu hamil yang bisa memengaruhi janin yaitu toksoplasmosis.

Ibu hamil yang terinfeksi toksoplasmosis pada awal kehamilan cenderung tidak menulari bayinya, tetapi jika masalah berkembang kian parah, kemungkinan besar akan menjadi kondisi yang lebih serius untuk janin.

3. Kehamilan Kembar

Dalam kehamilan bayi kembar, kondisi IUGR juga bisa menimpa janin.

Sering kali perkembangan janin tidak berjalan dengan normal seperti yang seharusnya.

Bahkan, kehamilan janin kembar memiliki 2 kali lebih besar kemungkinan untuk berisiko mengalami kondisi ini.

Jadi, penting untuk Moms agar melakukan konsultasi ke dokter kandungan secara rutin ketika mengetahui hamil janin kembar.

Tidak berkembangnya janin kembar dapat disebabkan oleh suplai darah dan nutrisi yang tidak merata di antara mereka.

Akibatnya, salah satu janin mungkin memiliki berat badan yang lebih kecil daripada janin lainnya.

Selain itu, pertumbuhan janin yang terhambat bisa diakibatkan karena bayi kembar dalam kandungan berbagi kantung ketuban.

Kondisi ini bisa membuat tali pusar menjadi kusut dan memotong aliran darah ke salah satu atau kedua bayi kembar.

Baca Juga: 12 Rekomendasi Sterilizer Botol Bayi Terbaik, Yuk Dipilih!

4. Kelainan Kromosom

Ilustrasi Kromosom Manusia
Foto: Ilustrasi Kromosom Manusia (Orami Photo Stocks)

Penyebab janin tidak berkembang lainnya yaitu karena adanya kelainan pada kromosom, sebuah struktur yang membawa gen.

Pemicu timbulnya kelainan pada kromosom bisa saja akibat dari sperma atau sel telur yang berkualitas buruk.

Bisa juga terjadi karena pembelahan sel yang tidak normal.

Jadi, sel telur yang telah dibuahi mungkin memiliki kromosom ekstra atau bahkan kehilangan satu kromosom.

Padahal normalnya, dalam tubuh manusia terdapat setidaknya 46 kromosom dan dua diantaranya merupakan kromosom seks yaitu kromosom X dan kromosom Y.

Perubahan ini tidaklah bersifat genetik, tetapi terjadi secara acak selama pembentukan sel reproduksi (sel telur dan sperma).

Kehamilan yang terjadi dengan kondisi kelainan kromosom bisa menghambat tumbuh kembang bayi.

Bahkan sebagian besar, menyebabkan terjadinya keguguran.


5. Ibu Hamil Memiliki Kondisi Autoimun

Apakah Moms memiliki kondisi autoimun?

Jika iya, sebaiknya waspada karena hal ini bisa menjadi salah satu penyebab janin tidak berkembang dalam kandungan.

Tidak hanya memengaruhi tumbuh kembang bayi selama kehamilan, penyakit autoimun juga dapat mengakibatkan preeklampsia, pembekuan darah, hingga persalinan prematur yang terjadi sebelum 37 minggu kehamilan.

Oleh karena itu, penting bagi wanita yang memiliki autoimun untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan sebelum merencanakan kehamilan.

Melalui konsultasi ini, dokter akan merekomendasikan jenis perawatan yang tepat untuk mengurangi keparahan penyakit sehingga Moms bisa mendapatkan kehamilan sehat.

Baca Juga: Blighted Ovum (Kehamilan yang Tidak Berkembang): Penyebab, Ciri, dan Cara Mengatasinya

Pemeriksaan untuk Mengetahui Perkembangan Janin

Tes USG Selama Kehamilan
Foto: Tes USG Selama Kehamilan (Fetalhealthfoundation.org)

Tes utama untuk memeriksa pertumbuhan bayi di uterus adalah USG.

Pemeriksaan USG memungkinkan dokter melihat bayi di rahim dengan alat melintasi perut.

Ketika pemeriksaan ultrasound selesai, dokter akan mengukur ukuran kepala, perut, dan kaki bayi.

Pengukuran ini akan memberi tahu Moms dan dokter jika bayi tumbuh secara normal. Dokter juga akan mengetahui jumlah cairan ketuban di rahim.

Pada beberapa bayi dengan pembatasan pertumbuhan, jumlah cairan ketuban akan rendah.

Jika bayi kecil, pemeriksaan ultrasound dapat dilakukan lebih sering daripada biasanya untuk memeriksa kesehatan bayi.

Jika dokter merasa janin tidak mengalami perkembangan, beberapa tes yang mungkin diajukan dokter adalah:

  • Pemantauan janji untuk melacak detak jantung dan gerakan bayi.
  • Screening pada ibu untuk infeksi yang bisa memengaruhi janin.
  • Amniosentesis untuk mencari penyebab genetik IUGR dan melihat kematangan paru-paru bayi dalam kandungan.

Baca Juga: Kehamilan Ektopik: Ketahui Cara Penanganannya dan 11 Faktor Risiko Hamil di Luar Kandungan

Haruskah Melakukan Persalinan Dini?

Ibu Hamil Sakit Kepala
Foto: Ibu Hamil Sakit Kepala (Babycenter.ca)

Jika bayi Moms menderita IUGR, apakah harus melahirkan lebih awal? Jawabannya mungkin saja tidak.

Waktu kelahiran nantinya akan tergantung pada seberapa baik kinerja bayi di dalam kandungan.

Kadang-kadang, bayi dengan IUGR terus tumbuh di rahim.

Jika bayi Moms terus bertambah berat, kelahiran dini mungkin tidak diperlukan.

Tetapi jika bayi tidak tumbuh sama sekali atau memiliki masalah lain, dokter dapat memutuskan bahwa persalinan dini dapat membantu.

Dalam hal ini, dokter mungkin ingin menginduksi persalinan.

Kecepatan dan gerakan jantung bayi akan diawasi dengan ketat untuk membantu Moms dan dokter membuat keputusan ini.

Ketika bayi dengan IUGR lahir, biasanya dia akan mengalami beberapa masalah kesehatan.

Hal tersebut dikarenakan pertumbuhannya yang terganggu saat masih berada di kandungan.

Melansir studi di jurnal Reproductive Toxicology, beberapa masalah yang biasa dialami oleh bayi dengan IUGR meliputi:

  • Masalah pernapasan dan makan
  • Kesulitan menjaga suhu tubuh tetap stabil
  • Jumlah sel darah yang abnormal
  • Kadar gula darah rendah atau hipoglikemia
  • Masalah dalam melawan infeksi
  • Masalah neurologis

Cara terbaik untuk membantu bayi adalah dengan memperhatikan gerakannya. Pastikan bayi bergerak setiap hari.

Bayi yang sering bergerak biasanya sehat. Bayi yang tidak sering bergerak atau berhenti bergerak mungkin saja sakit.

Jika Moms melihat bayi tidak bergerak sama sekali, maka segera hubungi dokter.

Cara lain yang dapat Moms lakukan untuk membantu adalah dengan banyak istirahat.

Cobalah untuk tidur 8 jam atau lebih setiap malam dan 1 atau 2 jam istirahat di siang hari juga baik untuk Moms.

Pastikan Moms selalu melakukan rangkaian pemeriksaan untuk selalu tahu kondisi janin yang dikandung.

Baca Juga: 11+ Perlengkapan Mandi Bayi Baru Lahir yang Wajib Dimiliki!

Yuk, lakukan pola hidup sehat selama kehamilan agar Moms dan janin senantiasa sehat!

  • https://kidshealth.org/en/parents/iugr.html#:~:text=Often%2C%20IUGR%20happens%20because%20the,the%20baby%20to%20the%20placenta
  • https://www.aimu.us/2018/01/15/intrauterine-growth-restriction-iugr-symptoms-causes-diagnosis-management-complications-prevention/
  • https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0890623820302264
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4946587/
  • https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24403553/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.