Flat Foot, Kondisi Telapak Kaki tanpa Celah Lengkungan
Ada beberapa kelainan pada telapak kaki yang paling sering terjadi pada bayi, salah satunya adalah Flat foot.
Kondisi ini sering juga disebut dengan kaki rata atau kaki datar.
Dokter Spesialis Bedah Orthopedi RSPI Bintaro Jaya Dimas Radithya Boedijono mengatakan bahwa pasien dengan diagnosis dua kelainan itu paling sering ditemui.
Kaki datar atau Flat foot adalah hal yang normal pada bayi dan anak kecil, karena dapat terjadi hingga 44% pada anak berusia tiga hingga enam tahun, menurut studi Pediatric.
Baca Juga: 5 Tanda Bayi Tidak Cocok Susu Formula, Waspada Moms!
Apa Itu Kelainan Telapak Kaki Flat Foot?
Berbeda dengan club foot yang secara sekilas terlihat dengan jelas dari cara berjalan, flat foot sebaliknya.
Flat foot tidak terlihat dari cara berjalan, karena orang dengan flat foot terlihat normal.
Hanya saja, telapak kakinya memang tidak biasa, karena tidak memiliki celah lengkungan di bawah telapak kaki.
Kondisi ini sering ditemukan pada bayi dan balita, karena lengkungan kaki anak kecil belum sepenuhnya berkembang.
Seiring tumbuh kembang anak, jaringan yang menahan persendian di kaki yang disebut tendon, akan mengencang sehingga membentuk lengkungan di telapak kaki.
Proses ini umumnya terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun hingga 5 tahun.
Namun, beberapa orang tidak pernah mengalaminya hingga dewasa.
“Dan ketika dewasa itu baru didiagnosis sebagai flat foot,” ungkap Dimas.
Dr Dimas mengatakan, orang dengan flat foot jadi mudah sekali lelah saat berjalan dan atau berlari.
Lengkungan kaki berfungsi sebagai pegas untuk mendistribusikan berat badan di kaki saat berjalan.
Struktur lengkungan ini menentukan bagaimana pola seseorang berjalan.
Orang dengan kaki rata mengalami distribusi berat badan yang tidak merata saat berjalan.
Akibatnya, tumit sepatu akan lebih mudah dan lebih cepat aus di satu sisi saja daripada yang satunya.
Gejala kaki rata mungkin juga termasuk keluhan kaki yang cepat lelah atau sakit setelah lama berdiri atau berolahraga.
Lari, misalnya, membutuhkan gerakan kaki dan kerja otot kaki secara konstan.
Maka tidak heran jika nyeri muncul selama berlari jika punya kaki rata.
Kaki bahkan terasa sakit saat memakai sepatu lari khusus yang suportif dan pas di kaki.
Di luar itu, lanjut dr Dimas, flat foot tidak terlalu memengaruhi aktivitas sehari-hari.
Selama menimbulkan efek lain, flat foot tidak membutuhkan penanganan.
Kaki datar biasanya secara alami mengoreksi sendiri saat otot menguat, dan jaringan lunak menjadi kaku.
Ketinggian lengkungan di kaki ini akan meningkat seiring bertambahnya usia hingga sekitar usia sembilan tahun, dikutip Journal of Foot and Ankle Research.
Masalahnya adalah ketika kaki datar terus berlanjut, terjadi secara spontan terjadi pada anak dengan usia yang lebih tua atau dikaitkan dengan rasa sakit dan kecacatan.
Baca Juga: 23 Nama Bayi Perempuan Terindah di Dunia, Menawan Banget!
Gejala Flat Foot atau Kaki Rata
Beberapa gejala yang umum terkait dengan Flat Foot adalah:
- Nyeri pada kaki, terutama pada bagian tumit atau bagian dalam pergelangan kaki.
- Kaki mudah lelah saat berjalan atau berlari.
- Bengkak atau nyeri pada bagian kaki yang terkena beban berat, seperti saat berdiri atau berjalan.
- Kesulitan mengenakan sepatu yang nyaman atau sepatu yang pas di kaki.
- Kelainan postur tubuh yang terkait dengan flat foot seperti lutut yang bengkok atau bahu miring.
Penyebab Flat Foot atau Kaki Rata
Interaksi tulang, ligamen, otot, dan saraf yang kompleks dan canggih di dalam dan di atas kaki nantinyaakkan menentukan anatomi dan fungsinya.
Jadi, apa pun yang mengganggu integritas struktur ini yang mengarah ke lengkungan yang tidak seimbang dapat menyebabkan Flat foot yang bergejala.
Gangguan umum yang menyebabkan kaki datar bergejala meliputi:
- Cerebral palsy
- Beberapa bentuk distrofi otot
- Radang sendi remaja
- Gangguan bawaan yang mempengaruhi sistem saraf
- Beberapa gangguan jaringan ikat.
Kaki datar juga bisa berasal dari anatomi yang tidak biasa seperti koalisi tarsal (tulang bergabung bersama), kerusakan ligamen atau otot, gerakan pergelangan kaki terbatas, kaki bagian bawah yang diputar ke luar, dan lutut yang terbentur (di mana kaki membungkuk ke dalam di lutut).
Obesitas juga dapat menjadi penyebabnya karena meningkatnya beban pada kaki.
Jika ketukan lutut juga berkembang, bagian tengah kaki akan cenderung membelok (abduksi).
Kaki akan mengarah ke luar saat berjalan, bukan lurus ke depan yang tentunya tidak efisien dan dapat menyebabkan cepat lelah saat berjalan atau berlari.
Alas kaki pada anak usia dini juga diduga menyebabkan kaki rata.
Namun, melasin Footwear Science mempertanyakan teori ini.
Hal ini karena populasi yang biasa berjalan tanpa alas kaki memiliki lengkungan yang lebih rata daripada yang memakai sepatu.
Kemungkinan anak-anak yang memakai sepatu, tidak aktif secara fisik dan memiliki kaki yang rata akan mengalami penurunan aktivasi otot kaki dan mengganggu fungsi dan melemahkan kaki.
Banyak balita dengan kaki datar yang tidak mengalami gejala.
Berikut adalah beberapa contoh gejala dari flat foot:
- Sakit kaki, terutama di tumit atau lengkung kaki
- Sakit kaki yang semakin parah saat beraktivitas
- Pergelangan kaki bengkak
- Tali tumit ketat
Jika anak mengalami sakit kaki dan kakinya rata, Moms mungkin ingin mempertimbangkan untuk berbicara dengan dokter.
Jika anak mengalami sakit kaki yang serius, dokter mungkin akan melakukan sejumlah tes untuk mendapatkan lebih banyak informasi dari kondisi tersebut. Ini termasuk:
- Sinar X
- USG
- CT scan
- MRI
Baca Juga: Sering Buang Air Kecil Tanda Hamil, Benarkah? Cek Faktanya!
Perawatan Flat Foot
Ada beberapa pro dan kontra mengenai perawatan kaki datar.
Sebab, mengklasifikasikan kaki datar itu sulit.
Akibatnya, bukti dari penelitian terlalu terbatas untuk menarik kesimpulan pasti tentang perawatan kaki datar pada anak-anak.
Sebuah tinjauan studi Journal of Pediatric Orthopedics, menemukan bukti terbatas untuk membenarkan perawatan non-bedah untuk kaki datar.
Ada beberapa pilihan untuk memperbaiki kaki rata, tetapi biasanya tidak dianjurkan kecuali jika anak mengalami rasa sakit dan ketidaknyamanan yang signifikan.
Jika anak tidak mengalami rasa sakit, perawatan lebih lanjut biasanya tidak diperlukan.
Moms harus ingat bahwa kaki datar sangat umum terjadi pada balita, jadi jangan terlalu stres.
Flat foot biasanya akan menghilang saat akan berusia 2 atau 3 tahun.
Meski begitu, ada beberapa perawatan yang bisa dilakukan untuk anak, seperti:
1. Perawatan Non-Bedah
Pilihan perawatan non-bedah untuk cara memperbaiki kaki datar yang paling populer.
Cara ini dapat membantu menghilangkan rasa sakit. Beberapa di antaranya:
- Penopang lengkung
Ini biasanya dimasukkan ke dalam sepatu untuk membantu meringankan ketidaknyamanan dan gejala kaki datar lainnya.
- Sepatu yang mendukung
Membeli sepatu yang mendukung secara struktural dapat membantu anak dengan kaki rata.
Latihan peregangan dapat membiasakan kaki menjadi seperti biasa dan tidak terlalu kaku.
- Terapi fisik
Kaki datar pada anak yang lebih besar terkadang dapat menyebabkan cedera.
Hal ini karena penggunaan yang berlebihan, dan terapis fisik dapat membantu mengatasi masalah ini.
- Istirahat
Menghindari aktivitas berdampak tinggi seperti berlari dan melompat dapat membantu mengatasi rasa sakit dan ketidaknyamanan.
- Obat-obatan
Terkadang obat-obatan yang dijual bebas, seperti obat pereda nyeri anak-anak dapat membantu anak-anak merasa lebih nyaman.
2. Operasi
Ketika tindakan perawatan di atas tidak berhasil, operasi mungkin diperlukan untuk memperbaiki kaki rata pada balita meski tidak umum terjadi.
Namun, jika anak memiliki masalah kaki seperti tendon yang sobek, masalah tulang, atau kondisi terkait lainnya, maka pembedahan dapat menjadi pilihan.
Itulah penjelasan mengenai kelainan telapak kaki flat foot yang umumnya terjadi pada Si Kecil.
Jika menemukan ciri-ciri seperti di atas dan membutuhkan penanangan, Moms bisa langsung menemui dokter spesialis bedah orthopedi ya.
- https://flo.health/being-a-mom/your-baby/baby-health-and-safety/toddler-flat-feet
- https://theconversation.com/what-are-flat-feet-in-children-and-are-they-something-to-worry-about-60365
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16882817/
- https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/19424280903386411
- https://link.springer.com/article/10.1186/s13047-016-0156-3
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23147627/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.