22 July 2020

Flu Saat Hamil, Amankah Mengonsumsi Pseudoephedrine?

Saat hamil, Moms tidak bisa sembarangan dalam mengonsumsi obat.

Menurut Mother To Baby, dalam setiap kehamilan, seorang wanita memulai dengan kemungkinan 3-5% untuk memiliki bayi dengan cacat lahir.

Ini dikatakan sebagai risiko latar belakangnya, misalnya saja mengenai apa yang kita konsumsi saat hamil.

Sama halnya dengan jika Moms terkena flu kemudian mengonsumsi pseudoefedrin yang ternyata dapat meningkatkan risiko cacat lahir.

Baca Juga: 8 Manfaat Apel untuk Ibu Hamil; Cegah Cacat Lahir hingga Detoksifikasi

Apa itu Pseudoephedrine?

Flu Saat Hamil, Amankah Mengonsumsi Pseudoephedrine 3.jpg
Foto: Flu Saat Hamil, Amankah Mengonsumsi Pseudoephedrine 3.jpg (https://www.nps.org.au/)

Foto: nps.org.au

Pseudoephedrine adalah dekongestan yang digunakan untuk mengobati hidung tersumbat yang disebabkan oleh pilek atau alergi. Pseudoephedrine dijual dengan berbagai merek.

Pseudoephedrine dapat dikombinasikan dengan bahan-bahan lain untuk membantu mengobati gejala-gejala lain yang mungkin timbul karena pilek atau alergi.

Di banyak tempat, produk yang mengandung pseudoephedrine hanya tersedia berdasarkan permintaan di belakang meja apotek.

Baca Juga: 3 Cara Cepat Atasi Hidung Bayi Tersumbat, Simak Yuk!

Mengonsumsi Pseudoephedrine Saat Hamil

Flu Saat Hamil, Amankah Mengonsumsi Pseudoephedrine 2.jpg
Foto: Flu Saat Hamil, Amankah Mengonsumsi Pseudoephedrine 2.jpg (https://abcnews.com/)

Foto: abcnews.com

Tidak ada penelitian yang meneliti apakah pseudoephedrine dapat mempersulit kehamilan dan keguguran.

Namun, hingga tersedia lebih banyak informasi, lebih baik tidak menggunakan pseudoefedrin pada trimester pertama.

Sebagian besar penelitian belum menemukan kemungkinan peningkatan cacat lahir ketika pseudoefedrin digunakan selama trimester pertama.

Namun, beberapa penelitian telah menemukan kemungkinan peningkatan kecil untuk cacat lahir tertentu.

Cacat lahir ini adalah gastroschisis (lubang di dinding perut bayi), atresia usus kecil (bagian dari usus kecil tidak sepenuhnya berkembang) dan mikrosomia hemifacial (bagian wajah lebih kecil dari yang seharusnya).

Jika Moms sudah mengonsumsi pseudoefedrin pada trimester pertama, ingatlah bahwa risiko cacat lahir ini, jika ada, sangat kecil.

Jika Moms menggunakan dekongestan setelah trimester pertama, yang terbaik adalah memilih yang mengandung hanya satu bahan aktif (tidak satu dengan banyak bahan aktif).

Ini mencegah bayi terkena obat lain yang mungkin tidak diperlukan. Jangan pernah mengonsumsi lebih dari dosis yang disarankan.

Bicaralah dengan penyedia layanan kesehatan jika Moms memiliki pertanyaan tentang berapa banyak yang harus diambil.

Baca Juga: Apakah Akan Sulit Melakukan Program Hamil Jika Sebelumnya Melakukan KB?

Kontra Indikasi Penggunaan Pseudoephedrine pada Ibu Hamil

Flu Saat Hamil, Amankah Mengonsumsi Pseudoephedrine.jpg
Foto: Flu Saat Hamil, Amankah Mengonsumsi Pseudoephedrine.jpg (https://medicalnewstoday.com/)

Foto: medicalnewstoday.com

Menurut Robyn Horsager-Boehrer, M.D., Obstetrics & Gynecology di UTSouthWestern Medical Center, obat-obatan dekongestan mengurangi sesak dan tekanan sinus dengan menyempitkan pembuluh darah di hidung, yang mengurangi pembengkakan.

Pseudoefedrin dan fenilefrin tersedia di pasaran sebagai Sudafed dan aman bagi banyak wanita untuk digunakan selama kehamilan.

Namun, wanita yang memiliki tekanan darah tinggi tidak boleh menggunakan pseudoephedrine tanpa terlebih dahulu berbicara dengan dokter.

Obat ini dapat meningkatkan tekanan darah dan dapat menyebabkan kegelisahan dan detak jantung berdebar.

Karena pseudoefedrin dapat digunakan untuk memproduksi metamfetamin, dosis maksimum dekongestan tipikal adalah 240 mg dalam 24 jam.

Moms tidak usah khawatir mengonsumsi pseudoephedrine sejauh ini tidak ada dampaknya pada bayi, penelitian yang melihat apakah penggunaan pseudoephedrine dalam kehamilan akan dikaitkan dengan masalah kesehatan jangka panjang.

Namun, jika Moms tetap ragu mengonsumsi pseudoephedrine saat hamil, maka alangkah lebih baiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.

Baca Juga: Preeklamsia saat Hamil: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahannya

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.