Penjelasan Gangguan Bahasa Ekspresif Menurut Dokter Anak
Setiap anak akan tumbuh dan berkembang dengan caranya sendiri. Namun, tidak jarang anak bisa mengalami gangguan, salah satunya Gangguan Bahasa Ekspresif (GBE).
Dalam bahasa Inggris, kondisi ini disebut sebagai Developmental Expressive Language Disorder (DELD).
Gangguan perkembangan bahasa ekspresif adalah kondisi ketika anak kesulitan dalam berkosa kata, mengucapkan kalimat kompleks, dan mengingat kata-kata.
Meskipun demikian, anak dengan GBE bisa memiliki kemampuan bahasa normal untuk memahami komunikasi verbal atau tertulis.
Gangguan bahasa ekspresif sering terlihat pada usia sekolah, tapi penyebabnya bisa berkisar dari kerusakan otak, malnutrisi, hingga faktor genetik, yang belum sepenuhnya dipahami.
Apa Itu Gangguan Bahasa Ekspresif?
Gangguan bahasa ekspresif adalah kondisi yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mengekspresikan pikiran, ide, atau informasi.
Kondisi ini memengaruhi kemampuan berbicara, menulis, dan komunikasi nonverbal.
Gangguan bahasa ekspresif bukan hanya tentang berbicara, tetapi juga mencakup kata-kata tertulis atau sarana komunikasi nonverbal seperti gerakan tangan.
Anak yang memiliki gangguan bahasa ekspresif bisa saja merasakan perasaan yang lebih komplek dari anak tanpa gangguan bahasa ekspresif.
Sayangnya, anak dengan kondisi tersebut tidak bisa berkomunikasi tentang perasaan yang ia rasakan.
Akibatnya, anak dengan gangguan ini bisa memengaruhi kualitas hidup dan dapat menyebabkan masalah sosial dan akademik.
Penyebab Gangguan Bahasa Ekspresif
Menurut dr. Melani Rakhmi Mantu Sp. A, Subsp. T. K. P. S, kondisi ini umumnya terjadi karena gangguan pendengaran organik.
"Gangguan bahasa ekspresif umumnya disebabkan oleh adanya gangguan pendengaran organik (baik kongenital maupun gangguan pendengaran yang baru didapat setelah lahir)," jelas dr. Melani.
Dia adalah Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak, Subspesialis Kesehatan Anak Tumbuh Kembang Pediatri Sosial, di RS Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Selain itu, gangguan ini juga bisa terjadi karena:
- Kurangnya stimulasi berbahasa dari lingkungan
- Screen time Si Kecil yang berlebihan
- Pemakaian lebih dari satu bahasa di rumah
- Adanya gangguan kognitif dan perilaku
Namun, penyebabnya bisa lebih beragam dari yang disebutkan di atas, ya Moms.
Hal ini bisa mencakup kombinasi faktor genetik, masalah perkembangan neurologis, dan pengaruh lingkungan.
Kondisi ini juga dapat terjadi sebagai kondisi yang berdiri sendiri atau dikaitkan dengan gangguan perkembangan lainnya.
Sebagai tambahan informasi, gangguan bahasa ekspresif merupakan gangguan yang termasuk dalam keterlambatan perkembangan berbahasa.
Selain gangguan bahasa ekspresif, ada pula gangguan bahasa reseptif, yaitu kondisi di mana Si Kecil mengalami kesulitan dalam memahami bahasa.
Tanda Gangguan Bahasa Ekspresif
Gangguan bahasa biasanya bersifat perkembangan, dan tanda-tandanya muncul pada anak usia dini.
Umumnya, anak dan orang dewasa yang mengalami kondisi ini akan sering mengucapkan kata “uh” dan “um” saat mencari kalimat atau kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.
Namun, pada anak-anak, mereka tidak bisa mengatasinya sendiri sehingga membutuhkan pertolongan dokter.
Berikut tanda-tanda umum gangguan bahasa ekspresif lainnya:
- Menggunakan kata-kata yang tidak jelas
- Memiliki kosa kata di bawah rata-rata
- Kesulitan menemukan kata-kata
- Menggunakan kalimat sederhana atau frase pendek
- Menggunakan kata-kata secara tidak benar
- Tidak memiliki kosa kata
- Terlambat untuk mulai berbicara
- Berbicara dengan pelan
Banyak orang dengan gangguan bahasa ekspresif menghindari berbicara dengan orang lain.
Mereka merasa frustrasi atau khawatir orang lain akan menilai mereka.
Mereka mungkin memilih untuk tidak bersosialisasi atau berinteraksi dengan teman sekelas.
Akibatnya, mereka bisa terlihat jauh atau menyendiri.
Cara Mengetahui Gangguan Bahasa Ekspresif pada Anak
Menurut dr. Melani Rakhmi, orang tua harus mampu untuk mendeteksi dini kemampuan anak berdasarkan milestone perkembangan sesuai dengan usianya.
"Dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), terdapat checklist yang dapat membantu orang tua untuk melakukan screening perkembangan bahasa sejak Si Kecil lahir," katanya.
Orang tua dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis ilmu kesehatan anak subspesialis kesehatan anak tumbuh kembang pediatrik sosial.
Dokter akan melakukan sejumlah tes khusus pada anak sesuai dengan usianya untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.
Jadi, jika Moms curiga Si Kecil mengalami gangguan bahasa ekspresif, sebaiknya segera bawa ke dokter.
Namun, untuk mengetahui gangguan ini memang cukup sulit karena tanda-tandanya bisa saja muncul pada usia tertentu.
Semakin dini penyakit ini didiagnosis, semakin cepat anak mendapatkan bantuan untuk meningkatkan kemampuan bahasanya.
Penanganan Gangguan Bahasa Ekspresif
dr. Melani Rakhmi mengungkapkan, penanganan awal gangguan bahasa ekspresif adalah dengan menyingkirkan kemungkinan adanya gangguan pendengaran organik.
Caranya dengan menggunakan alat diagnostik khusus yang dilakukan oleh dokter spesialis telinga hidung tenggorok.
Si Kecil sebaiknya melakukan terapi wicara secara rutin di rumah sakit atau klinik. Orang tua juga disarankan mendampingi di rumah.
"Orang tua dan lingkungan diharapkan mampu untuk berperan dengan melatih anak berkomunikasi verbal secara aktif.
Mengurangi screen time, memberikan permainan edukasi seperti mainan, boneka, balok, puzzle, serta menggunakan satu bahasa ibu di dalam rumah," ungkap dr. Melani Rakhmi.
Terapi wicara di rumah sakit juga bisa menjadi salah satu penanganannya, Moms.
Namun, ini harus dilaksanakan di rumah sakit dan dikerjakan oleh terapis yang sudah menempuh pendidikan khusus.
Terapis akan melakukan intervensi aktif sesuai dengan usia anak dan beratnya gangguan bahasa yang diderita, antara lain terapi oral motor, spelling session, dan lain-lain.
Gangguan Bahasa Ekspresif Jangka Panjang
Jika gangguan bahasa ekspresif terdeteksi ketika Si Kecil berusia sekolah, ia akan sulit untuk berkomunikasi dengan guru dan teman-temannya.
"Selain itu, Si Kecil juga berisiko tertinggal dalam hal pelajaran, dikucilkan dari pergaulan, dan risiko mendapatkan perundungan juga cukup besar," jelas dr. Melani Rakhmi.
Kemampuan membaca dan menulis Si Kecil juga biasanya terdampak sehingga mengganggu prestasi akademis secara keseluruhan.
Dalam jangka panjang, Si Kecil yang mengalami gangguan bahasa ekspresif berisiko mengalami:
- Gangguan komunikasi dengan lingkungan
- Merasa stres dan depresi, terutama pada anak usia sekolah
- Mengidap gangguan mental dan perilaku lainnya jika tidak mendapatkan terapi yang tepat
Baca Juga: Menurut Dokter Spesialis soal Gangguan Kognitif pada Lansia
Itulah informasi seputar gangguan bahasa ekspresif sesuai dengan penjelasan dokter.
Semoga bermanfaat, ya Moms.
- https://psychcentral.com/disorders/all-about-expressive-language-disorder-symptoms#causes
- https://medlineplus.gov/ency/article/001544.htm#:~:text=Children%20with%20an%20expressive%20language,Problems%20making%20complex%20sentences
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.