Pneumonia pada Anak: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan
Pneumonia pada anak adalah infeksi paru-paru dengan gejala batuk, demam, dan kesulitan bernapas.
Anak-anak, terutama yang berusia di bawah 5 tahun, lebih rentan terhadap pneumonia karena sistem kekebalan tubuh mereka yang masih berkembang.
Deteksi dini dan pengobatan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi serius dan memastikan pemulihan yang cepat.
Baca Juga: Catat, Ini Pertolongan Pertama Sesak Napas pada Anak!
Penyebab Pneumonia pada Anak
Sebagian besar kasus pneumonia pada anak melibatkan infeksi saluran pernapasan bagian atas.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Respirologi di Rumah Sakit Pondok Indah, dr. Wahyuni Indawati, Sp.A (K) menjelaskan mengenai penyebab dari kondisi pneumonia pada anak ini.
"Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh infeksi. Penyebabnya dapat merupakan infeksi virus, bakteri, atau jamur," ucap dr. Wahyuni.
"Penyebab lainnya juga bisa karena menghirup isi lambung misalnya karena refluks isi lambung atau muntah ini yang disebut aspirasi pneumonia," sambungnya.
Melansir World Health Organization, penyebab pneumonia pada anak yang paling umum adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae tipe b/Hib untuk pneumonia karena bakteri, dan Respiratory Syncytial Virus (RSV) untuk pneumonia karena virus.
Virus dan bakteri yang menyebabkan pneumonia bersifat menular. Mereka biasanya ditemukan pada cairan dari mulut atau hidung orang yang terinfeksi.
Biasanya, virus menyebar melalui batuk atau bersin.
Menggunakan gelas dan peralatan makan yang sama juga bisa membuat seseorang tertular pneumonia.
Karena berkaitan dengan infeksi bakteri dari satu orang ke lainnya, pneumonia biasanya terjadi ketika anak lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah.
Atau, bisa juga tertular karena melakukan kontak dekat dengan seseorang yang terinfeksi.
Risiko anak terkena pneumonia tidak dipengaruhi dengan kelembapan udara.
Baca Juga: Gejala Infeksi Paru-Paru pada Anak dan Cara Mengobatinya
Apakah Flu Bisa Menyebabkan Pneumonia pada Anak?
Melansir laman American Lung Association, influenza adalah penyebab umum pneumonia, terutama di kalangan anak kecil, orang lanjut usia, wanita hamil, atau mereka yang memiliki kondisi kesehatan kronis tertentu.
Pneumonia dapat berawal dari flu biasa, karena infeksi virus influenza dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan peradangan di saluran pernapasan.
Ketika tubuh sedang dalam kondisi lemah akibat flu, bakteri atau virus lain dapat lebih mudah masuk dan menginfeksi paru-paru, menyebabkan pneumonia.
Oleh karena itu, penting untuk mengatasi gejala flu sejak awal munculnya dengan tepat.
Segera mencari perawatan medis jika gejala memburuk atau tidak membaik, untuk mencegah flu berkembang jadi pneumonia.
Baca Juga: 8 Cara Pengukuran Skala Nyeri Pada Anak, Metode untuk Mengetahui Tingkat Rasa Sakit
Gejala Pneumonia pada Anak
Sama seperti infeksi lainnya, pneumonia pada anak menyebabkan demam.
Penderita akan mengalami keringat dingin, menggigil dan kulit memerah.
Dalam kondisi pneumonia pada anak, Si Kecil akan cenderung kehilangan nafsu makannya dan tidak bersemangat.
Sementara, bayi dan balita menunjukkan wajah pucat, lemas dan sering menangis.
Karena pneumonia pada anak juga bisa menyebabkan gangguan pernapasan, Moms perlu memerhatikan gejala yang lebih spesifik.
Melansir dari Kids Health Information gejalanya adalah:
- Batuk
- Panas tinggi
- Napas anak cepat dan susah payah
- Pelebaran pada lubang hidung
- Nyeri di dada dan sulit bernapas
- Warna kebiruan pada bibir dan kuku karena penurunan oksigen dalam aliran darah
Baca Juga: Napas Anak Cepat saat Batuk Pilek? Ini Kata Dokter!
Diagnosis Pneumonia pada Anak
Meskipun diagnosis pneumonia pada anak biasanya bisa ditentukan dengan melihat gejala-gejala di atas, namun ada beberapa pemeriksaan yang juga dapat dilakukan oleh dokter guna memastikan tingkat keparahan penyakit.
Berikut ini diagnosis pneumonia pada anak selengkapnya yang perlu diketahui.
1. Rontgen Dada
Foto rontgen dada adalah salah satu cara penting untuk mendiagnosis pneumonia pada anak.
Ini adalah prosedur di mana dokter mengambil gambar dari dada anak dengan menggunakan sinar-X.
Rontgen pada anak akan memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana kondisi paru-paru dan organ di sekitarnya.
Setelah foto rontgen selesai diambil, dokter akan mengevaluasi gambar tersebut.
Dokter akan melihat apakah ada tanda-tanda perubahan yang menunjukkan adanya infeksi pada paru-paru, seperti bercak-bercak yang kabur atau terisi cairan
2. Tes Darah
Prosedur ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari anak dan kemudian menganalisanya di laboratorium.
Tes darah akan memberikan informasi penting tentang kondisi tubuh anak, termasuk apakah ada tanda-tanda infeksi.
3. Kultur Dahak
Proses diagnosis pneumonia pada anak juga mungkin akan melibatkan kultur dahak.
Ini melibatkan pengumpulan sampel dahak atau lendir yang keluar dari paru-paru dan tenggorokan anak, yang kemudian dianalisis di laboratorium untuk mencari tahu jenis bakteri atau virus yang menyebabkan infeksi.
Jika bakteri tertentu ditemukan dalam sampel dahak, ini dapat membantu dokter meresepkan antibiotik yang tepat untuk mengobati infeksi.
Selain itu, hasil kultur dahak juga dapat membantu dalam menentukan apakah infeksi disebabkan oleh bakteri atau virus, yang dapat mempengaruhi rencana pengobatan yang dipilih.
4. Oksimetri Denyut
Oksimetri denyut adalah prosedur yang sederhana namun efektif untuk mengukur seberapa banyak oksigen yang terlarut dalam darah anak.
Pada kasus pneumonia, pengukuran oksigen dalam darah dapat memberikan petunjuk penting tentang seberapa parah infeksinya.
Jika kadar oksigen rendah, ini dapat menjadi indikasi bahwa paru-paru tidak berfungsi dengan baik, mungkin karena adanya pneumonia atau gangguan pernapasan lainnya.
5. CT Scan Dada
CT Scan dada adalah prosedur yang menggunakan sinar-X khusus untuk mengambil gambar bagian dalam dada, termasuk paru-paru dan struktur lainnya.
Meskipun jarang dilakukan pada anak-anak karena penggunaan sinar-X yang tinggi, CT scan dapat memberikan gambaran yang sangat detail tentang kondisi paru-paru, yang membantu dokter dalam mendiagnosis pneumonia dengan lebih tepat.
6. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah prosedur medis yang dapat digunakan dalam diagnosis pneumonia pada anak.
Ini melibatkan penggunaan alat yang disebut bronkoskop untuk melihat ke dalam saluran udara dan paru-paru anak.
Meskipun jarang dilakukan pada anak-anak karena kebutuhan akan anestesi umum dan prosedur yang invasif, bronkoskopi dapat memberikan informasi penting jika diagnosis pneumonia sulit dipastikan dengan metode non-invasif lainnya.
7. Kultur Cairan Pleura
Prosedur ini melibatkan pengambilan sampel cairan dari ruang pleura untuk dianalisis di laboratorium guna mencari tahu jenis bakteri atau virus yang menyebabkan infeksi.
Proses pengambilan sampel cairan pleura biasanya dilakukan melalui prosedur yang disebut torakosentesis.
Selama torakosentesis, seorang dokter akan menusukkan jarum ke dalam ruang pleura melalui dinding dada anak untuk mengambil sejumlah kecil cairan.
Anak mungkin akan diberikan anestesi lokal atau umum tergantung pada kebutuhan dan kondisi kesehatannya.
Keputusan untuk melakukan torakosentesis akan dipertimbangkan dengan hati-hati oleh tim medis, dengan mempertimbangkan manfaatnya dibandingkan dengan risiko dan ketidaknyamanan yang terkait dengan prosedur ini.
Cara Mengatasi Pneumonia pada Anak
Karena pneumonia pada anak disebabkan oleh virus, biasanya tidak ada perawatan khusus selain istirahat dan pengecekan berkala untuk demam.
Pneumonia biasanya akan membaik setelah beberapa hari, meskipun anak masih mengalami batuk selama beberapa minggu.
Untuk beberapa kasus, pengobatan tidak terlalu dibutuhkan. Namun ada pula dokter anak yang akan memberikan antibiotik.
Jika sudah diresepkan, maka perlu dikonsumsi sesuai dengan dosis yang dianjurkan dokter.
Lebih lanjut dr. Wahyuni pun menjelaskan cara mengatasi kondisi pneumonia pada anak yang umum dilakukan, yaitu:
- Obat antibiotik
- Pemberian oksigen
- Obat penurun panas
- Memenuhi kebutuhan cairan anak
- Melengkapi imunisasi
- Pemberian ASI eksklusif
- Cukupi nutrisi anak
- Memenuhi kebutuhan vitamin A
- Cegah paparan polusi udara dan asap rokok
Jadi, meski kondisi pneumonia pada anak bisa ditangani sendiri, Moms masih tetap perlu memeriksakan Si Kecil ke dokter secepatnya jika Moms melihat gejala pneumonia.
Apalagi jika Si Kecil menunjukkan tanda-tanda infeksinya menyebar dan semakin berbahaya seperti berikut:
- Demam berlangsung selama beberapa hari meskipun sudah diberikan antibiotik
- Kesulitan bernapas
- Kulit kemerahan, sendi membengkak, tulang terasa sakit, leher kaku dan muntah-muntah
Baca Juga: Ini Perbedaan TBC dan Pneumonia Menurut Dokter Spesialis!
Cara Mencegah Pneumonia pada Anak
Moms, jangan tunggu sampai anak mengalami gejala pneumonia.
Hal yang paling penting untuk dilakukan adalah pencegahan dengan berbagai cara.
Dilansir dari Nationwide's Children, berikut pencegahan yang bisa Moms lakukan untuk melindungi Si Kecil dari pneumonia.
1. Vaksin
Beberapa tipe pneumonia pada anak bisa dicegah dengan vaksin, adapun imunisasi yang dapat mencegah pneumonia pada anak adalah:
- Haemophilus influenzae (Hib) di usia 2 bulan
- Pertussis di usia 2 bulan
- Vaksin pencegah Streptococcus pneumoniae
- Vaksin campak
Di Indonesia sendiri, cakupan vaksin DTP3 dan Hib3 pada anak usia 1 tahun di 2018 adalah 79%.
Indonesia sudah menetapkan target untuk meningkatkan PCV pada tahun 2024 untuk menjangkau 5 juta bayi yang lahir tiap tahunnya.
Selain vaksin-vaksin tersebut, Si Kecil usia 6 bulan hingga 19 tahun juga bisa mendapatkan vaksin flu.
Vaksin ini diutamakan bagi anak-anak yang memiliki penyakit kronis, seperti:
- Asma
- Gangguan pada paru-paru
- Penyakit jantung
Jika anggota keluarga di rumah memiliki gangguan pernapasan atau infeksi tenggorokan, sebaiknya pisahkan gelas dan alat makannya.
2. Cuci Tangan
Jangan remehkan kekuatan cuci tangan ya, Moms! Mungkin terdengar sepele, namun cuci tangan adalah cara membunuh kotoran dan kuman yang menempel pada tangan.
Seperti yang sudah kita semua tahu, tangan manusia aktif dalam menyentuh barang apapun.
Hal tersebutlah yang dapat membuat tangan menjadi sarang bakteri dan virus jika tidak dibersihkan secara rutin.
UNICEF menuliskan, dalam sebuah studi menyebutkan bahwa kegiatan cuci tangan bisa mengurangi risiko pneumonia pada anak hingga 50%.
Tak hanya mencuci tangan, pneumonia pun bisa dicegah dengan meningkatkan berbagai tindakan perlindungan, seperti:
- Memastikan asupan gizi Si Kecil terpenuhi
- Mengurangi faktor risiko dari polusi udara yang membuat alat pernapasan lebih rentan terkena infeksi
- Menerapkan praktik pola hidup yang bersih
3. ASI Eksklusif
Pentingnya ASI eksklusif pun sudah seringkali digaungkan para ahli medis untuk meningkatkan kesehatan imunitas dan tumbuh kembang anak.
Ya, dengan memberikan ASI eksklusif pada anak, Si Kecil akan memiliki kekebalan tubuh yang lebih baik dan memiliki gizi yang seimbang.
Tak hanya sampai di sana, dengan menyusui eksklusif selama 6 bulan pertama Si Kecil terlindungi dari pneumonia dan penyakit menular lainnya.
Jadi, Moms jangan sampai putus memberikan ASI pada Si Kecil ya!
Jika Moms adalah seorang pekerja kantoran, jangan lupa untuk menyediakan stok susu agar bisa tetap diberikan pada Si Kecil pada jam-jam yang sudah ditentukan.
Baca Juga: 6 Pantangan Flek Paru pada Anak, Perhatikan ya Moms!
Risiko Penyakit Pneumonia pada Anak
Seperti yang sudah diketahui, pneumonia pada anak sendiri terjadi akibat virus yang masuk ke dalam tubuh.
Jika ditanya mengenai risiko, kondisi ini pun tidak begitu membahayakan.
Pneumonia adalah penyakit yang akut atau berlangsung singkat, jadi Moms tidak perlu khawatir akan keselamatan Si Kecil.
Biasanya, anak akan sembuh setelah mendapatkan perawatan yang tepat.
Namun, apabila pneumonia terjadi secara berulang tentu dapat mengganggu pertumbuhan Si Kecil dan dapat terjadi gagal tumbuh.
Lalu, membicarakan mengenai kesembuhan pneumonia pada anak, penyakit ini bisa disembuhkan oleh medis.
Pneumonia pada anak dapat disembuhkan asalkan dideteksi segera dan gejala belum terlalu berat.
Apabila datang ke rumah sakit terlambat dapat berakibat kematian.
Fakta Penting Seputar Pneumonia pada Anak
Seperti yang sudah dibahas, pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan akut yang bisa menjangkit salah satu atau kedua paru-paru.
Melansir dari laman UNICEF, berikut fakta-fakta penting terkait pneumonia pada anak yang patut Moms ketahui.
1. Penyebab Kematian Anak Terbesar
Meski disebut tidak terlalu membahayakan, namun pneumonia adalah penyebab kematian anak terbesar jika dibandingkan dengan penyakit menular lainnya.
Di seluruh dunia, terdapat 800.000 anak balita meninggal karena pneumonia pada tiap tahunnya.
Di Indonesia sendiri, ada lebih dari 19.000 anak balita yang meninggal karena penyakit ini pada tahun 2018, atau 2 anak setiap jamnya jika dihitung rata-rata.
2. Bisa Menular
Moms perlu ekstra hati-hati karena pneumonia pada anak bisa menular.
Penularan penyakit ini pun bisa dalam beberapa cara seperti udara dan darah.
Penularan lewat udara bisa dari batuk atau bersin, sementara penularan melalui darah bisa terjadi setelah kelahiran atau permukaan yang terkontaminasi.
3. Polusi Udara Jadi Faktor Pemicu Terbesar
Setiap manusia memang memiliki sistem imun yang bertugas melindungi tubuh dari berbagai macam virus dan penyakit.
Sayangnya imunitas tubuh bisa berkurang di waktu yang tak terduga.
Pada anak-anak sendiri, polusi udara adalah salah satu faktor terbesar terjangkitnya pneumonia.
Sekitar 50% anak yang meninggal karena pneumonia disebabkan polusi udara.
Polusi udara di luar ruangan adalah salah satu hal yang mengancam kesehatan anak.
Meningkatnya urbanisasi di berbagai negara menjadi penyebab terbesar pneumonia. Terutama ketika negara tersebut memiliki tingkat pneumonia yang tinggi.
Kendati demikian meski polusi udara menjadi salah satu penyebab tertinggi, polusi udara dalam ruangan juga bisa membahayakan, lho Moms!
Salah satu polusi udara dalam rumah adalah udara kotor dari bahan bakar untuk memasak dan menghangatkan makanan.
Udara kotor ini bisa menimbulkan risiko global yang lebih tinggi.
Polusi udara yang berada di dalam ruangan sendiri telah menyumbang kontribusi terhadap kematian anak akibat pneumonia yang terkait dengan polusi udara sebanyak 62%.
Wah, Moms harus lebih berhati-hati dalam menjaga kebersihan udara di dalam ruangan, ya!
Jangan sampai udara di dalam rumah kotor dan menimbulkan penyakit pada Si Kecil dan anggota keluarga yang lain.
Baca Juga: 14 Cara Mengatasi Anak Batuk saat Tidur, Ampuh dan Efektif, Moms!
Nah, bagaimana penjelasan mengenai pneumonia pada anak yang dijabarkan di atas?
Sudah cukup lengkap ya mulai dari penyebab, gejala, diagnosis, hingga cara mengatasi dan mencegahnya.
Penanganan pneumonia pada anak memerlukan perhatian yang serius dan penanganan medis yang tepat untuk memastikan pemulihan yang optimal.
Pencegahan melalui imunisasi, kebersihan yang baik, dan nutrisi yang memadai sangat penting untuk mengurangi risiko infeksi.
Orang tua juga perlu waspada terhadap gejala pneumonia dan segera mencari bantuan medis jika anak menunjukkan tanda-tanda penyakit ini.
- https://www.unicef.org/indonesia/id/stories/6-fakta-pneumonia
- https://www.nationwidechildrens.org/conditions/pneumonia
- https://www.rch.org.au/kidsinfo/fact_sheets/Pneumonia/
- https://www.chop.edu/conditions-diseases/pneumonia-children
- https://emedicine.medscape.com/article/967822-overview?form=fpf
- https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia
- https://www.lung.org/lung-health-diseases/lung-disease-lookup/pneumonia/what-is-the-connection#
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.