Gejala Efek Gigitan Ular Berbisa serta Cara Penanganannya
Gigitan ular bisa menyerang siapa saja dan di mana saja.
Terutama jika Moms tinggal di daerah persawahan, rawa, atau dekat dengan sungai dan perkebunan.
Kebanyakan gigitan ular tidak berbahaya bagi manusia.
Jumlah ular berbisa hanya sekitar 15% di seluruh dunia dan 20% di Amerika Serikat Di Amerika Utara, ular berbisa tersebut termasuk ular derik, ular karang, moccasin air, dan kepala tembaga.
Gigitan ular berbisa ini dapat menyebabkan luka parah bahkan kematian.
Baca Juga: 17 Cara Mencegah Ular Masuk Rumah, Bisa dengan Kapur Barus!
Jika Moms mengalami gigitan ular berbisa, segera menghubungi nomor darurat setempat untuk mendapatkan pertolongan pertama.
Terutama jika area yang digigit berubah warna menjadi kebiruan, bengkak, dan sakit.
Pada sebagian orang, gigitan ular juga dapat menyebabkan reaksi alergi yang serius (anafilaksis).
Artikel ini akan membahas mengenai gejala hingga cara mengatasi gigitan ular berbisa agar tidak membahayakan dan mengancam jiwa.
Selain itu, mengetahui cara penanganan gigitan ular berbisa adalah hal penting agar tidak panik dan perawatan yang dilakukan juga tepat.
Yuk, simak penjelasan mengenai gejala dan cara mengatasi gigitan ular berbisa berikut ini.
Baca Juga: Arti Mimpi Membunuh Ular Kobra, Simbol Rasa Kecemasan!
Gejala Gigitan Ular Berbisa
Umumnya, gejala yang ditimbulkan akibat gigitan ular bervariasi tergantung jenis ular yang telah menggigitnya.
Berikut adalah gejala umum yang ditemui dan dirasakan dari gigitan ular, melansir dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
1. Gejala Gigitan Ular secara Umum
Setidaknya, ada beberapa gejala atau tanda yang perlu diwaspadai ketika Moms dan anggota lainnya mengalami gigitan ular berbisa.
Sebab, terkadang gigitan ular ini tidak terasa sehingga penting untuk mengetahui gejala dan tanda-tandanya.
- Adanya bekas tusukan di area gigitan ular.
- Kemerahan, bengkak, memar, berdarah, atau melepuh di sekitar gigitan.
- Rasa sakit dan nyeri ketika lokasi gigitan ditekan.
- Mual, muntah, atau diare.
- Sulit bernafas (dalam kasus yang ekstrem, pernapasan bisa berhenti seketika).
- Detak jantung meningkat, nadi terasa lemah, tekanan darah menjadi rendah.
- Penglihatan terganggu.
- Merasakan logam, mint, atau karet di mulut.
- Peningkatan air liur dan keringat.
- Mati rasa atau kesemutan di sekitar wajah dan/atau anggota badan.
- Fasikulasi otot atau kedutan pada otot.
Biasanya, jika gigitan ular tersebut tak berbisa, maka hanya menimbulkan rasa sakit dan goresan di tempat yang digigit.
Umumnya, rasa sakit tersebut akan hilang dalam waktu 15-30 menit.
Pada sebagian kasus, bekas gigitan ular menyebabkan pembengkakan dan memar pada luka dan sampai ke lengan atau kaki.
Tanda dan gejala lain termasuk mual, sesak napas dan rasa lemah secara umum, serta rasa aneh di mulut.
Beberapa ular, seperti ular karang, memiliki racun yang menyebabkan gejala neurologis, seperti kulit kesemutan, kesulitan berbicara, dan kelemahan.
Terkadang, ular berbisa bisa menggigit tanpa menyuntikkan bisa. Hasil dari "gigitan kering" ini adalah iritasi di sekitar lokasi gigitan.
Baca Juga: 8 Fakta Pulau Ular atau Ilha da Queimada Grande di Brazil
2. Syok Anafilaksis
Selain beberapa gejala di atas, sebagian orang mengalami syok anafilaksis yakni reaksi alergi yang parah karena digigit ular.
Gejala syok anafilaksis (anafilaksis) ini biasanya dirasakan setelah beberapa menit digigit ular.
Syok anafilaksis sangat serius dan bisa berakibat fatal. Melansir dari Health Direct, berikut beberapa gejala seseorang mengalami syok anafilaksis:
- Sulit bernapas atau mengeluarkan suara ketika bernapas
- Sulit berbicara dan suara serak
- Bengkak
- Pusing terus-menerus
- Pingsan
- Pembengkakan atau sesak pada bagian tenggorokan
- Wajah menjadi pucat
- Batuk terus-menerus
- Sakit perut
- Mual dan muntah
Jika seseorang mengalami anafilaksis, selain menelpon ambulans, Moms juga bisa memberikan pertolongan pertama yakni pemberian adrenalin melalui autoinjector (seperti Epipen) jika tersedia.
The Australasian Society of Clinical Immunology and Allergy merekomendasikan bahwa untuk reaksi alergi yang parah, adrenalin adalah satu-satunya pengobatan.
Cara Mengatasi Gigitan Ular
Setelah mengetahui gejala dan tanda-tanda seseorang terkena gigitan ular, kini saatnya mencari tahu cara mengatasi gigitan ular tersebut.
Melansir dari CDC, berikut langkah dan cara mengatasi gigitan ular:
1. Mencari pertolongan medis sesegera mungkin dengan cara menghubungi nomor darurat 112 atau meminta pertolongan orang sekitar untuk segera diantarkan ke Unit Gawat Darurat (UGD) terdekat.
Hal ini karena anti racun ular harus segera diberikan agar menunda berbagai kerusakan yang lebih fatal yang diakibatkan oleh gigitan ular.
Selain itu, korban tidak disarankan untuk pergi mengendarai sendiri karena biasanya akan mengalami mual dan pingsan.
2. Usahakan untuk memfoto ular yang telah menggigit, dengan tujuan dapat mengidentifikasi jenis ular dan memudahkan pengobatan dari gigitannya.
3. Tetap tenang.
Pertolongan Pertama Digigit Ular
Selama menunggu pertolongan medis atau perjalanan menuju UGD lakukan pertolongan pertama seperti:
- Berbaring atau duduk dengan memposisikan gigitan dalam posisi netral yang nyaman.
- Lepaskan cincin dan jam tangan sebelum terjadinya pembengkakan di area gigitan.
- Cuci gigitan dengan sabun dan air.
- Tutupi gigitan dengan pembalut yang bersih dan kering.
- Tandai titik utama pembengkakan pada kulit dan tulis waktu pembekakan di sampingnya.
Baca Juga: 10 Ular Paling Berbisa di Dunia, Pahami Dampaknya!
Hal yang Tidak Boleh Dilakukan saat Digigit Ular Berbisa
Menurut Centers for Disease Control and Prevention, ada sejumlah hal yang sebaiknya tidak dilakukan ketika seseorang mengalami gigitan ular.
Sebab, hal-hal tersebut malah akan memperparah kondisi korban dan berakibat fatal bagi nyawanya.
Berikut ini hal-hal yang tak boleh dilakukan ketika Moms atau anggota keluarga digigit ular berbisa:
- Jangan menangkap ular atau mencoba menjebaknya.
- Jangan memegang ular berbisa, bahkan ular mati atau kepala ular yang telah dipenggal.
- Jangan menunggu gejala muncul jika digigit, segera dapatkan bantuan medis.
- Jangan gunakan tourniquet, yaitu alat medis yang membantu menghentikan aliran darah.
- Jangan menyayat luka dengan pisau atau memotongnya dengan cara apa pun.
- Jangan mencoba menyedot racunnya dengan mulut.
- Jangan mengoleskan es atau merendam luka dalam air.
- Jangan minum alkohol sebagai obat penghilang rasa sakit.
- Jangan minum obat pereda nyeri (seperti aspirin, ibuprofen, naproxen).
- Jangan menggunakan sengatan listrik atau terapi tradisional.
Baca Juga: 12+ Jenis Ular Laut yang Perlu Diwaspadai saat Diving
Cara Mencegah agar Tak Digigit Ular
Meskipun gigitan ular ini dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, namun tidak ada salahnya untuk melakukan pencegahan.
Seperti yang dikatakan pepatah,”Lebih baik mencegah daripada mengobati”.
Berikut ini pencegahan yang bisa dilakukan agar tak digigit ular khususnya ketika berada di alam liar.
Yuk, simak penjelasannya berikut ini.
1. Jangan menyentuh atau memegang ular jenis apa pun.
2. Jauhi rumput tinggi dan tumpukan daun jika memungkinkan.
3. Hindari memanjat batu atau tumpukan kayu yang dapat menjadi tempat ular bersembunyi.
4. Hindari waktu fajar, senja dan ketika cuaca hangat. Karena ular paling aktif pada waktu tersebut.
5. Kenakan sepatu boot dan celana panjang saat bekerja di luar ruangan. Bahkan jeans denim dapat mencegah beberapa gigitan ular yang lebih kecil, meskipun tidak semua.
6. Kenakan sarung tangan kulit saat membersihkan tumpukan sampah dan tumpukan tumpukan lainnya.
Nah, itulah serba serbi mengenai gigitan ular berbisa, mulai dari gejala, cara mengatasi, pencegahan hingga hal-hal yang tak boleh dilakukan ketika digigit ular berbisa.
Semoga tips di atas dapat membantu Moms dan keluarga agar selalu terhindar dari hewan-hewan berbahaya seperti gigitan ular berbisa.
- https://www.cdc.gov/niosh/topics/snakes/symptoms.html
- https://www.healthdirect.gov.au/snake-bites
- https://www.mayoclinic.org/first-aid/first-aid-snake-bites/basics/art-20056681
- https://www.nhs.uk/conditions/snake-bites/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.