Mengenal Hadis Maudhu, Apakah Termasuk Hadis Palsu? Ini Penjelasannya!
Hadis maudhu merupakan hadis palsu, karena dibuat-buat seolah Rasulullah SAW yang menyampaikannya.
Hal serupa juga dikatakan oleh M. Ajjaj Al-Khatib.
Menurutnya, hadis yang disandarkan kepada Rasulullah SAW ini tidak pernah disabdakan, dilakukan, bahkan ditetapkan oleh rasul.
Maka itu, umat Islam hendaknya berhati-hati dengan penggalan-penggalan hadis jenis ini yang mungkin beredar luas di internet.
Untuk mengenal hadis maudhu lebih dalam, yuk simak ulasannya berikut ini, Moms!
Baca Juga: 6 Hadis tentang Kehidupan, Ingatkan Akhirat yang Abadi
Asal-Usul Hadis Maudhu
Ahmad Amin berpendapat bahwa hadis maudhu sudah ada sejak Nabi Muhammad SAW masih hidup.
Ia meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW menyatakan dengan tegas apabila ada yang membuat berita palsu menggunakan namanya, maka ia akan menjadi penghuni neraka.
Namun, pendapat ini tidak memiliki landasan bukti yang konkret.
Sementara itu, mayoritas ulama percaya bahwa hadis maudhu mulai muncul setelah tahun 40 H, tepatnya setelah terjadinya perselisihan antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah ibn Abi Sufyan.
Setelah permasalahan tersebut, berbagai aliran keagamaan dan politik mulai banyak berkembang.
Hal ini mempengaruhi banyaknya hadis tentang keutamaan khalifah dan pengukuhan atas kelompok politik dan aliran keagamaan tertentu.
Faktor Munculnya Hadis Maudhu
Beberapa faktor utama yang memengaruhi adanya pemalsuan hadis yaitu:
1. Motif Politik
Setelah wafatnya Khalifah Utsman bin Affan, terjadi perpecahan umat Islam yang menyebabkan lahirnya kelompok pendukung pihak politik tertentu.
Mereka memalsukan hadis untuk menjatuhkan lawannya dan mendukung kelompoknya sendiri.
Akan tetapi, lama-kelamaan mereka mulai terdorong untuk memalsukan hadis untuk menjatuhkan satu sama lain.
Contoh hadis yang dipalsukan dengan alasan motif politik yaitu:
“Ali adalah sebaik-baik manusia, maka siapa yang meragukannya adalah kafir.”
Baca Juga: Kandungan Surah Muhammad, Memahami Perbedaan Orang Beriman dan Kafir
2. Usaha dari Musuh Islam (Zindiq)
Salah satu musuh Islam adalah kaum Zindiq yang membenci agama Islam, termasuk dalam urusan pemerintahan.
Contoh hadis yang dipalsukan oleh kaum Zindiq yaitu:
“Saya adalah penutup para nabi, tidak ada nabi sesudahku kecuali apabila dikehendaki oleh Allah.”
3. Perbedaan Ras, Fanatisme Suku, Negara, dan Imam
Berbagai golongan mulai berusaha untuk menunjukkan bahwa mereka lebih kuat dan memiliki pemimpin yang lebih baik dari golongan lain dengan memalsukan hadis.
Selain itu, adanya perpindahan pusat pemerintahan Islam juga mendorong kaum fanatik untuk melebih-lebihkan tempat atau imam mereka.
Berikut ini contoh penggalan hadis yang mengandung faktor tersebut:
“Empat kota yang termasuk kota di surga adalah Mekah, Madinah, Baitul Maqdis, dan Damaskus.”
4. Senang pada Kebaikan Tanpa Pengetahuan Agama yang Cukup
Pada faktor ini, terdapat golongan ahli zuhud dan ahli kebaikan yang memalsukan hadis dengan cara melebih-lebihkan kebaikan.
Mereka juga menegaskan ancaman apabila tidak melakukan amalan tertentu.
Hal ini dilakukan dengan dalih kebaikan bersama dan kebaikan dirinya sendiri.
Mereka percaya akan mendapatkan pahala setelah mengingatkan kebaikan dan memperingati sesama untuk menjauhi maksiat.
Baca Juga: 10+ Hadis tentang Salat dan Keutamaanya dalam Islam
Ciri-Ciri Hadis Maudhu
Ciri-ciri hadis maudhu dikategorikan dalam 2 golongan, yaitu melalui sanad dan matan.
Ciri-ciri hadis maudhu melalui sanad, yaitu:
- Perawinya menyatakan sendiri bahwa ia telah membuat hadis maudhu
- Periwayatnya dikenal sebagai pendusta. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya periwayat tsiqoh yang meriwayatkan hadis perawi pendusta tersebut dan tidak sesuainya riwayat tersebut dengan riwayat yang sahih.
- Terdapat indikasi perbedaan pengakuan orang yang memalsukan hadis. Misalnya, ia mengaku bahwa mendengar hadis dari seorang guru yang belum pernah bertemu, dan ternyata guru tersebut wafat bahkan ketika ia belum lahir.
Sementara itu, ciri-ciri hadis maudhu melalui matan, yaitu:
- Bertentangan dengan nas Alquran, contohnya hadis yang menyebutkan bahwa umur dunia hanya tujuh ribu tahun. Apabila hal ini benar, maka seluruh umat manusia akan bisa mengetahui kapan waktu kiamat. Hal ini bertentangan dengan ayat Alquran yang menyebutkan bahwa hanya Allah yang tahu kapan terjadinya kiamat.
- Memiliki redaksi yang rancu atau makna yang rusak
- Ahli hadisnya tidak terdapat pada hafalan para rawi dan kitab-kitab hadis (tidak diketahui sumbernya)
- Menyalahi ketentuan yang telah ditetapkan (ketentuan akal, tidak dapat ditakwil, ditolak oleh perasaan, kejadian empiris, dan fakta sejarah)
Baca Juga: Kumpulan Hadist Suami Menyakiti Istri, Pengingat untuk Dads!
Selain ciri-ciri di atas, Mustahafa Zahri di buku “Kunci Memahami Musthalah Hadis” juga menyebutkan beberapa ciri lainnya, yaitu:
- Tidak sejalan dengan pendapat akal sehat, misalnya “Siapa yang memelihara ayam putih niscaya tidak didekati setan”.
- Berlawanan dengan Alquran.
- Bertentangan dengan sunnah atau Hadis Mutawatir, misalnya “Jika diriwayatkan kepada kamu tentang suatu hadis yang sesuai dengan kebenaran, maka ambillah dia, baik aku ada mengatakannya ataupun tidak.” Hadis ini bertentangan dengan hadis yang berbunyi, “Siapa yang berdusta terhadapku dengan sengaja, maka hendaklah dia menempati tempatnya di neraka”.
- Berlawanan dengan ijma yang telah disepakati oleh para sahabat atau ulama, contohnya “Setiap yang bernama Muhammad atau Ahmad tidak akan masuk neraka”. Hadis tersebut tidak sejalan dengan fakta bahwa keselamatan akhirat tidak dipengaruhi oleh nama, melainkan oleh amal ibadah dan rahmat Allah SWT.
Dampak Hadis Maudhu
Munculnya hadis maudhu di tengah masyarakat tentu berdampak terhadap kehidupan umat muslim, di antaranya:
- Menimbulkan dan memperparah perpecahan pada kaum muslim, yang disebabkan oleh aksi saling serang dan saling merendahkan demi mempertahankan kelompoknya
- Mencemarkan pribadi Rasulullah SAW, karena hadis maudhu tidak masuk akal
- Mengaburkan pemahaman terhadap Islam dan mengakibatkan citra Islam yang buruk serta tidak dapat dipercaya
- Melemahkan jiwa dan semangat keislaman yang dapat melemahkan kekuatan umat Islam
Mengamalkan hadis maudhu hukumnya mutlak haram karena keabsahannya tidak terjamin.
Selain itu, meriwayatkan hadis ini hukumnya juga haram, kecuali hanya dimaksudkan untuk memberikan contoh dan menjelaskan kepalsuannya.
Nabi bersabda, “Siapa yang menceriterakan suatu hadis (tentang aku) dan dia tahu bahwa itu dusta, maka dia termasuk golongan pendusta.” (HR Ahmad : 18211)
Baca Juga: 5+ Hadis tentang Meminta Maaf dan Keutamaannya, Masya Allah!
Itu dia informasi seputar hadis maudhu yang wajib dihindaril Semoga bermanfaat, ya Moms!
- https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/substantia/article/view/5151
- http://ilh.fuf.uin-alauddin.ac.id/assets/file/JURNAL_Jan_2017.pdf?1550564246
- https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/alhiwar/article/view/1214/922
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.