Ketahui Fakta Mengenai Hamil di Bawah Umur dan Risikonya
Dalam banyak kasus tingkat kehamilan pada remaja rata-rata merupakan kehamilan yang tidak diinginkan.
Meskipun kenyataannya ada kemungkinan bahwa seorang remaja menjalani kehamilan, tetapi harus berjuang dengan berbagai stresor, risiko kesehatan, dan masalah rumit lainnya.
Hamil saat remaja berisiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi terlalu dini, dengan berat badan lahir rendah, dan mirisnya risiko kematian lebih tinggi.
Risiko Hamil di Bawah Umur
Foto: caribbeanhotfm.com
Kehamilan tentunya merupakan perjuangan yang akan dijalani seorang ibu.
Tak sedikit yang mengalami keluhan yang dirasakan di awal kehamilan hingga proses persalinan, bahkan setelah melahirkan.
Jika kondisi ini harus dijalani remaja di bawah umur tentunya sangat berisiko dalam segi kesehatan hingga psikologis.
Berikut ini adalah risiko hamil di bawah umur dikutip dari American Pregnancy Associations.
Baca Juga: Ini Perbedaan Saat Mencoba Hamil di Usia 20-an dan 30-an
1. Tekanan Darah Tinggi
Wanita yang hamil di bawah umur memiliki risiko lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi atau hipertensi akibat kehamilan, dibandingkan dengan wanita hamil berusia 20-an atau 30-an.
Mereka juga memiliki risiko preeklampsia yang lebih tinggi.
Ini adalah kondisi medis berbahaya yang menggabungkan tekanan darah tinggi dengan protein berlebih dalam urin, pembengkakan tangan dan wajah ibu, dan kerusakan organ.
Risiko medis ini memengaruhi remaja yang hamil, yang mungkin perlu minum obat untuk mengendalikan gejala.
Tetapi mereka juga dapat mengganggu pertumbuhan bayi yang belum lahir, dan dapat menyebabkan komplikasi kehamilan lebih lanjut.
2. Lahir Prematur
Foto: endocrineweb.com
Kehamilan jangka penuh berlangsung sekitar 40 minggu.
Bayi yang melahirkan sebelum 37 minggu adalah bayi prematur.
Dalam beberapa kasus, persalinan prematur yang dimulai terlalu dini dalam kehamilan dapat dihentikan dengan obat-obatan.
Di waktu lain, bayi harus dilahirkan lebih awal untuk kesehatan ibu atau bayinya.
Semakin dini bayi lahir, semakin besar risiko masalah pernapasan, pencernaan, penglihatan, kognitif, dan masalah lainnya.
Baca Juga: Bisa Jadi Tanda Kelahiran Prematur, Ini Penyebab Kontraksi Dini saat Hamil
2. Bayi Berat Lahir Rendah
Hamil di bawah umur berisiko lebih tinggi memiliki bayi berat lahir rendah.
Bayi prematur lebih cenderung memiliki berat badan kurang dari yang seharusnya.
Sebagian, itu karena mereka memiliki waktu lebih sedikit di rahim untuk tumbuh.
Bayi berat lahir rendah beratnya hanya 1.500 hingga 2.500 gram.
Kondisi ini menyebabkan bayi perlu memakai ventilator di unit perawatan neonatal rumah sakit untuk membantu bernapas setelah lahir.
3. PMS (Penyakit Menular Seksual)
Untuk remaja yang berhubungan seks selama kehamilan, IMS seperti klamidia dan HIV adalah masalah utama.
Menggunakan kondom lateks selama hubungan intim dapat membantu mencegah PMS, yang dapat menginfeksi rahim dan pertumbuhan bayi.
Baca Juga: Trikomoniasis, Penyakit Menular Seksual yang Umum Terjadi pada Wanita
4. Depresi Pascapersalinan
Foto: change.org
Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), hamil di bawah umur berisiko lebih tinggi mengalami depresi pascapersalinan.
Ia akan merasa sedih, baik saat hamil atau setelah melahirkan. Depresi dapat mengganggu wanita yang hamil di bawah umur merawat bayi baru lahir.
5. Merasa Sendiri dan Terisolasi
Foto: spineuniverse.com
Terutama bagi remaja yang berpikir mereka tidak bisa memberi tahu orang tua bahwa mereka hamil, merasa takut, terisolasi, dan sendirian bisa menjadi masalah nyata.
Tanpa dukungan keluarga atau orang dewasa lainnya, wanita yang hamil di bawah umur cenderung tidak makan dengan baik, berolahraga, atau banyak istirahat.
Selain itu, mereka tidak berani mengkonsultasikan kandungannya ke dokter. Hal inilah yang menyebabkan ia merasa sendiri dan terisolasi.
Baca Juga: Kesepian Menyebabkan Kematian? Begini Penjelasan dari Ahli
6. Beban Hidup yang Berat Pascapersalinan
Tak sedikit remaja yang hamil di bawah umur tidak siap dengan kenyataan yang terlibat dalam mengasuh bayi.
Seringkali, hubungan yang kompleks dan beban keuangan yang dikombinasikan dengan keseimbangan sekolah dan pengasuhan anak membuat stres dan dapat membahayakan bayi baru lahir.
7. Putus Sekolah
Foto: americanadoptions.com
Menurut Nationwide Children’s, remaja yang sedang hamil atau membesarkan bayi mengalami kesulitan menyelesaikan sekolah.
Hanya 3 persen remaja yang memiliki bayi melanjutkan pendidikan diploma perguruan tinggi mereka sebelum usia 30 tahun.
Bahkan karena kondisi tersebut menyebabkan, banyak orang tua remaja yang lajang menjadi orang tua tunggal memiliki tekanan finansial dan emsional.
Itulah risiko hamil di bawah umur yang harus Moms tahu.
Baca Juga: 3 Langkah Tepat untuk Menyiapkan Dana Pendidikan Anak
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.