Hari Osteoporosis Sedunia 2022: Ayo, Terus Aktif Bergerak agar Tulang Kuat hingga Usia Senja!
Hari Osteoporosis Sedunia diadakan sekali setahun, yaitu pada tanggal 20 Oktober.
Peringatan ini memiliki tujuan penting, yaitu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya dalam menjaga kesehatan tulang.
Ini berlaku untuk setiap usia, baik itu yang masih muda hingga lansia.
Cari tahu tentang informasi mengenani Hari Osteoporosis Sedunia pada artikel ini Moms.
Baca Juga: Tulang Rawan: Ketahui Fungsi, Jenis, dan Gangguan yang Terjadi Jika Tulang Ini Mengalami Kerusakan
Sejarah dan Tema Hari Osteoporosis Sedunia
Hari Osteoporosis Sedunia pertama kali diadakan pada tanggal 20 Oktober 1996.
Saat itu, tema yang digunakan dalam perayaannya adalah ”Love Your Bones, Protect Your Future”, yang diselenggarakan oleh United Kingdom’s National Osteoporosis Society.
Kemudian di tahun selanjutnya, yaitu pada tahun 1997, perayaanya pun diadakan oleh International Osteoporosis Foundation (IOF), hingga saat ini.
Di tahun 2022, Hari Osteoporosis Sedunia mengusung tema "Step Up For Bone Health".
Tema tersebut memiliki arti "Melangkah untuk Kesehatan Tulang".
Melansir dari laman World Osteoporosis Day, dengan tema tersebut, IOF akan menyoroti pentingnya gaya hidup sehat sebagai dasar untuk tulang yang kuat dan memiliki masa depan yang bebas masalah tulang.
Dalam kampanye yang disampaikan, beberapa usaha hidup sehat yang bisa dilakukan dalam memperingati Hari Osteoporosis Sedunia, yakni:
- Latihan menahan beban dan penguatan otot secara teratur.
- Diet dengan mengonsumsi makanan bergizi dan memenuhi asupan vitamin D yang cukup.
- Tidak merokok dan menghindari asupan alkohol yang berlebihan.
Selain itu, perayaan Hari Osteoporosis Sedunia dilaksanakan hampir di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Jika Moms tertarik untuk mengikuti rangkaian acara Hari Osteoporosis Sedunia, bisa langsung melihat daftar event pada laman World Osteoporosis Day.
Apa Itu Osteoporosis?
Kata osteoporosis memiliki arti tulang keropos.
Ini adalah penyakit yang melemahkan tulang, dan membuat seseorang lebih berisiko mengalami patah tulang yang tiba-tiba dan tidak terduga.
Kondisi osteoporosis berarti memiliki massa dan kekuatan tulang yang lebih sedikit.
Melansir dari Cleveland Clinic, kondisi ini dapat terjadi meski tanpa gejala atau rasa sakit, dan biasanya tidak disadari, sehingga baru dapat diketehaui ketika penderitanya mengalami patah tulang tiba-tiba yang menyakitkan.
Sebagian besar patah tulang yang terjadi adalah patah tulang pada pinggul, pada pergelangan tangan dan tulang belakang.
Gejala Penderita Osteoporosis
Biasanya, tidak ada gejala osteoporosis yang berarti. Itulah mengapa terkadang kondisi ini disebut dengan penyakit yang menyerang secara diam-diam.
Namun, terdapat beberapa hal atau gejala yang harus diwaspadai, yakni:
- Tinggi badan berkurang (tubuh semakin pendek).
- Perubahan postur (menjadi bungkuk).
- Sesak napas.
- Fraktur tulang.
- Nyeri di punggung bawah.
Baca Juga: Osteosarcoma (Kanker Tulang): Gejala, Penyebab, Komplikasi, dan Pengobatan
Faktor Risiko Terjadinya Osteoporosis
Ada banyak faktor risiko yang dapat meningkatkan peluang seseorang mengalami osteoporosis, namun yang paling umum adalah jenis kelamin dan usia.
Berikut ulasannya, serta beberapa faktor risiko lainnya.
1. Pertambahan Usia
Risiko setiap orang mengalami osteoporosis akan meningkat seiring bertambahnya usia.
Namun, wanita di atas usia 50 tahun atau wanita yang berada pada masa pascamenopause memiliki risiko besar terkena osteoporosis.
Wanita mengalami pengeroposan tulang yang cepat dalam 10 tahun pertama setelah memasuki menopause.
Hal tersebut terjadi karena menopause memperlambat produksi estrogen, hormon yang melindungi terhadap pengeroposan tulang berlebih.
Faktor usia juga memengaruhi pria dalam peningkatan risiko osteoporosis.
Bahkan, pria yang berusia di atas 50 tahun lebih berisiko mengalami patah tulang akibat osteoporosis daripada terkena kanker prostat.
2. Etnis
Etnis juga berpengaruh besar dalam peningkatan risiko osteoporosis.
Wanita Kaukasia (keturunan Eropa berkulit putih) dan Asia lebih mungkin terkena osteoporosis.
Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa wanita Afrika-Amerika dan Hispanik dapat terbebas, sebab orang-orang dari etnis tersebut juga memiliki risiko, meski sedikit.
3. Struktur Tulang dan Berat Badan
Seseorang bertubuh kecil dan kurus memiliki risiko lebih besar terkena osteoporosis.
Hal tersebut karena mereka memiliki lebih sedikit tulang dibandingkan orang dengan berat badan lebih dan kerangka tulang yang lebih besar.
4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga juga berperan sebagai faktor risiko osteoporosis.
Jika orang tua atau kakek-nenek di rumah memiliki tanda-tanda osteoporosis, seperti patah tulang pinggul setelah jatuh ringan, maka Moms juga mungkin memiliki risiko lebih besar mengalami penyakit ini.
Baca Juga: Simak 10+ Jenis Patah Tulang yang Perlu Diwaspadai!
Cara Mengatasi Osteoporosis
Mengatasi osteoporosis dapat dilakukan dari usaha diri sendiri.
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan di Pharmacy and Therapeutics, menjelaskan bahwa cara utama dalam mengatasi osteoporosis adalah dengan manajemen diet sehat, memperbaiki gaya hidup, dan intervensi pencegahan jatuh yang tepat.
Ini bisa dilakukan dengan berolahraga rutin, mengonsumsi makanan sehat, suplemen vitamin dan mineral, serta obat-obatan.
Pilihan olahraga yang bisa dicoba, yaitu latihan menahan beban, latihan ketahanan, dan latihan keseimbangan.
1. Mengatasi Osteoporosis dengan Obat-obatan
Ada beberapa kelas obat yang digunakan untuk mengatasi osteoporosis.
Biasanya, penyedia layanan kesehatan akan bekerja dengan pasien untuk menemukan jenis obat yang paling cocok.
Adapun contoh pengobatannya, yakni:
- Terapi hormon
- Bifosfonat
- Biologics
- Agen anabolik
- Suplemen kalsium dan vitamin D
2. Diet Sehat
Untuk mempertahankan tulang yang kuat dan sehat, Moms memerlukan diet yang kaya kalsium.
Selain produk susu, sumber kalsium yang baik untuk dicoba adalah salmon, sarden, kangkung, brokoli, jus dan roti yang diperkaya kalsium, buah ara kering, dan lainnya.
Bila dirasa asupan kalsium dari makanan dianggap tidak cukup, maka boleh menambahkannya dengan mengonsumsi suplemen kalsium.
Namun, perlu diingat konsumsi kalsium harus sesuai dengan yang telah dianjurkan.
Untuk kelompok usia 30–80 tahun, dapat mengonsumsi kalsium, sekitar 1000 hingga 1200 mg perhari, sesuai dengan Peraturan Kemenkes RI No. 28 Tahun 2019 AKG yang dianjurkan.
Baca Juga: Mengenal Achondroplasia, Kelainan pada Pertumbuhan Tulang
3. Menjaga Gaya Hidup
Mempertahankan gaya hidup sehat dapat mengurangi tingkat pengeroposan tulang.
Mulailah dengan merencanakan program olahraga teratur.
Beberapa contoh latihan yang bisa dicoba, seperti berjalan, jogging, aerobik, dan angkat besi.
Jangan minum terlalu banyak alkohol, kafein, dan hindari penggunaan tembakau.
Itu dia Moms ulasan mengenai Hari Osteoporosis Sedunia, serta informasi penting mengenai osteoporosis. Yuk terapkan hidup sehat untuk tulang kuat mulai sekarang!
- https://www.worldosteoporosisday.org/
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/4443-osteoporosis
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5768298/
- http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__28_Th_2019_ttg_Angka_Kecukupan_Gizi_Yang_Dianjurkan_Untuk_Masyarakat_Indonesia.pdf
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.