28 September 2022

Hepatitis E: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Komplikasi, dan Pencegahannya

Berpotensi menyebabkan kerusakan organ lain

Hepatitis E merupakan penyakit yang menyerang organ hati akibat infeksi virus hepatitis E (HEV).

Virus ini menyebabkan peradangan dan kerusakan hati, serta berpotensi mengakibatkan kerusakan organ lain di dalam tubuh.

Virus bekerja dengan menyerang sel sehat dan terdiri dari beberapa jenis yang berbeda, sesuai dengan proses penularannya.

Misalnya saja, virus menginfeksi manusia melalui air minum yang sudah terkontaminasi.

Virus juga bisa menginfeksi tubuh melalui konsumsi daging yang dimasak kurang matang atau hewan liar. Rusa, misalnya.

Virus memicu infeksi akut (jangka pendek) yang bisa berkembang menjadi kronis dan berpotensi menyebabkan komplikasi.

Baca juga: Hepatitis A, Cari Tahu Gejala, Penyebaran, hingga Cara Mencegahnya

Penyebab Penyakit Hepatitis E

Virus
Foto: Virus (Istockphoto)

Sebagian besar kasus infeksi virus disebabkan oleh konsumsi air minum yang telah terkontaminasi oleh kotoran atau feses yang berasal dari penderita.

Tak hanya itu, virus juga bisa menyebar ketika penderita mengunjungi negara dengan sanitasi yang buruk.

Penyebaran virus tersebut juga bisa berlangsung ketika penderita tinggai di area padat penduduk.

Virus penyebab hepatitis E bisa ditularkan melalui prosedur transfusi darah.

Jika Moms sedang hamil dan mengalami penyakit ini, Si Kecil yang masih di dalam kandungan juga berpotensi tertular.

Sebagian besar kasus dengan intensitas ringan bisa membaik dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu.

Sementara itu, pada intensitas parah, virus bisa menyebabkan gagal hati.

Dampaknya, organ hati tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Baca Juga: 11 Pantangan Penderita Hepatitis B, Jangan Diabaikan!

Gejala Penyakit Hepatitis E

Setelah menginfeksi tubuh, virus akan menetap dan menyebabkan munculnya gejala dalam waktu 2 hingga 10 hari.

Ketika terinfeksi hingga munculnya gejala, keadaan ini disebut dengan masa inkubasi.

Setelah itu, gejala muncul dalam beberapa hari hingga minggu.

Pada sebagian penderita, mereka tidak menunjukkan gejala apa pun.

Sementara itu, pada sebagian penderita lainnya, gejala hepatitis E yang dirasakan dapat berupa:

  • Menguningnya bagian kulit dan putih mata (jaundice)
  • Urine berubah warna jadi lebih gelap
  • Feses berwarna pucat
  • Mengalami demam ringan
  • Ruam kulit
  • Nyeri otot
  • Mual dan muntah
  • Penurunan nafsu makan
  • Sakit di area perut bagian atas
  • Pembengkakan pada organ hati
  • Tubuh terasa sangat lelah

Berdasarkan waktu kemunculan gejala dan intensitasnya, hepatitis E dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Hepatitis E Akut

Kondisi ini terjadi dalam jangka pendek, karena kekebalan tubuh penderita bisa melawan infeksi dengan sendirinya.

Karena itu, gejala bisa membaik dan sembuh total hanya dalam waktu beberapa minggu saja.

2. Hepatitis E Kronis

Kondisi ini terjadi dalam jangka panjang akibat kekebalan tubuh tidak dapat melawan infeksi.

Kejadian ini rentan dialami oleh pemilik kekebalan tubuh rendah, seperti penderita HIV/AIDS dan penerima transplantasi organ.

Baca juga: Perbedaan Hepatitis Akut dan Kronik, Mana yang Lebih Parah?

Diagnosis Penyakit Hepatitis E

Dalam menegakkan diagnosis hepatitis E, dokter akan bertanya kepada penderita seputar gejala, riwayat kesehatan, dan riwayat perjalanannya.

Kemudian, prosedur pemeriksaan lanjutan akan dilakukan guna memastikan diagnosis penyakit.

Berikut ini serangkaian tes yang mungkin dilakukan:

  • Tes darah. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi antibodi terhadap virus dalam darah.
  • Tes fungsi hati. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur kadar enzim hati yang menjadi penentu tingkat kerusakan hati.
  • Pemeriksaan feses. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi virus yang berada di dalam feses.

Langkah Pengobatan Penyakit Hepatitis E

Minum Obat
Foto: Minum Obat (Istockphoto)

Dalam intensitas ringan, gejala bisa sembuh tanpa pengobatan. Ini berlaku pada penderita kondisi akut saja.

Akan tetapi, jika sudah memasuki tahap kronis, prosedur pengobatan lebih lanjut diperlukan guna mengatasi gejala yang muncul.

Prosedurnya meliputi:

1. Mengonsumsi Obat-obatan

Obat yang dibarengi dengan terapi imunosupresi.

Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah virus yang ada di dalam tubuh.

Efektivitas prosedur ini mencapai 30%.

Jika tak kunjung membaik, dokter biasanya akan memberikan obat tambahan .

Obat bisa berupa antivirus, seperti monoterapi ribavirin.

Sebelum diresepkan obat, pasien hepatitis E disarankan untuk memberitahu jenis obat apa pun yang tengah dikonsumsi.

Tidak disarankan untuk menambahkan, mengurangi, atau menghentikan pengobatan tanpa rekomendasi dari dokter.

2. Prosedur Transplantasi Hati

Tindakan ini diperlukan pada penderita hepatitis E yang mengalami kerusakan hati permanen.

Prosedur dilakukan dengan mengganti organ hati yang rusak dengan yang sehat.

Setelah transplantasi hati selesai, dokter biasanya akanmerekomendasikan terapi interferon alfa pegilasi selama 3 hingga 12 bulan.

Pada sebagian penderita, pengobatan ini bisa menimbulkan efek samping serius dan penolakan organ.

Guna menunjang keberhasilan pengobatan, penderita juga perlu melakukan perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat.

Tujuannya adalah untuk mengelola gejala yang muncul dan mencegah perburukan gejala.

Ada pula langkah perawatan yang perlu dilakukan, yaitu:

  • Banyak beristirahat di rumah
  • Menghindari aktivitas fisik berat
  • Memenuhi kebutuhan cairan tubuh
  • Menjalani diet sehat
  • Hindari mengonsumsi alkohol

Baca juga: Kenali Fase Hepatitis Akut, Mulai dari Masa Inkubasi sampai Fase Pemulihan!

Komplikasi Penyakit Hepatitis E

Nyeri Perut
Foto: Nyeri Perut (Istockphoto)

Perburukan gejala yang tidak ditangani segera dapat meningkatkan risiko komplikasi.

Beberapa hal yang termasuk komplikasi hepatitis E, yakni:

  • Sirosis, yaitu kondisi saat organ hati telah dipenuhi dengan jaringan parut sehingga tidak bisa berfungsi dengan normal.
  • Gagal hati, yaitu kondisi saat sebagian besar organ hati mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
  • Gangguan saraf, yaitu kondisi yang terjadi pada sistem saraf tubuh, meliputi sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), serta sistem saraf perifer (saraf yang menghubungkan sistem saraf pusat dengan seluruh organ tubuh).
  • Gangguan ginjal, yaitu kondisi yang menyebabkan terganggunya fungsi ginjal dalam membersihkan dan menyaring limbah atau racun dari dalam darah.
  • Gangguan pembekuan darah, yaitu kondisi saat terjadi gangguan dalam proses pembekuan darah.
  • Pankreatitis akut, yaitu kondisi saat terjadi peradangan pada pankreas secara tiba-tiba.
  • Radang sendi, yaitu kondisi saat terjadi peradangan pada satu atau beberapa sendi.
  • Miokarditis, yaitu kondisi saat terjadi peradangan pada otot jantung.
  • Tiroiditis, yaitu kondisi yang ditandai dengan peradangan di bagian kelenjar tiroid.

Pada kehamilan, hepatitis E bisa menimbulkan komplikasi yang serius, seperti gagal hati akut dan kematian pada ibu maupun janin.

Risiko komplikasi semakin meningkat apabila hepatitis E terjadi pada ibu hamil yang telah memasuki trimester kedua dan ketiga.

Baca Juga: Adenovirus 41, Benarkah Berkaitan dengan Hepatitis Akut Misterius?

Hepatitis E adalah penyakit berbahaya yang tidak bisa dianggap sepele.

Yuk, jaga kebersihan dan higienitas diri serta makanan yang dikonsumsi.

Apabila merasa mengalami gejala-gejala yang berkaitan dengan hepatitis E, jangan tunda untuk segera berobat ke dokter, ya, Moms!

  • https://www.gov.uk/government/publications/hepatitis-e-symptoms-transmission-prevention-treatment/hepatitis-e-symptoms-transmission-treatment-and-prevention
  • https://www.healthline.com/health/jaundice-yellow-skin

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.