7 Gejala Hipopituitarisme, Cari Tahu Juga Penyebab dan Cara Mencegahnya
Hipopituitarisme adalah penyakit yang terjadi akibat kurangnya hormon yang dihasilkan kelenjar di otak, yang disebut kelenjar hipofisis atau pituitari.
Hal ini merupakan gangguan medis yang jarang terjadi. Kelenjar pituitari terletak di bawah otak, disebut juga sebagai kelenjar pengendali.
Karena kelenjar ini membantu mengatur kelenjar lain yang juga memproduksi hormon. Kelenjar lain tersebut termasuk tiroid, adrenal, dan organ reproduksi.
Kekurangan hormon yang terjadi dapat memengaruhi berbagai fungsi organ tubuh, seperti pertumbuhan, tekanan darah, dan reproduksi.
Penanganan hipopituitarisme umumnya melibatkan penggunaan pengobatan untuk jangka waktu yang lama guna mengendalikan gejala yang terjadi.
Berikut ini adalah informasi lengkap seputar hipopituitarisme. Disimak yuk, Moms!
Baca Juga: Benarkah Hormon yang Tidak Seimbang Bikin Tidak Subur?
Gejala Hipopituitarisme
Foto: gettyimages.com
Gejala-gejala penyakit ini bervariasi, tergantung faktor penyebab, hormon apa yang terpengaruh, dan seberapa parah gangguan yang terjadi pada hormon itu.
Melansir Endocrinology and Metabolism Journal, di bawah ini adalah beberapa gejala spesifik yang muncul berdasarkan hormon yang terganggu:
1. Kekurangan ACTH
Jika seseorang kekurangan hormon ACTH, gejala yang ditimbulkan antara lain mudah lelah, mual dan muntah, berat badan menurun, dan depresi.
2. Kekurangan ADH
Gejala yang dapat terjadi adalah sering merasa haus dan frekuensi buang air kecil menjadi bertambah.
3. Kekurangan Hormon Oksitosin
Gejala yang dapat muncul akibat kekurangan hormon oksitosin adalah depresi dan kurangnya produksi ASI pada wanita.
4. Kekurangan Hormon TSH
Gejala yang ditimbulkan antara lain susah buang air besar (konstipasi), tidak tahan terhadap suhu dingin, berat badan bertambah, nyeri otot, dan otot melemah.
Baca Juga: Apakah Berat Badan Bayi Moms Normal? Coba Cek Dulu Panduannya!
5. Kekurangan Hormon Prolaktin
Gangguan ini biasanya muncul pada wanita, berupa produksi ASI sedikit, mudah lelah, serta rambut ketiak dan rambut kemaluan tidak tumbuh.
Pada pria, kekurangan hormon ini tidak menimbulkan gejala apa-apa.
6. Kekurangan Hormon FSH dan LH
Pada wanita, kekurangan hormon ini dapat menyebabkan haid tidak teratur, serta kemandulan.
Sedangkan pada pria, gejala yang ditimbulkan antara lain hilangnya rambut di wajah atau di bagian tubuh lain, gairah seksual menurun, disfungsi ereksi, dan kemandulan.
7. Kekurangan Hormon Pertumbuhan
Hipopituitarisme juga dapat disebabkan oleh kekurangan GH atau hormon pertumbuhan.
Jika terjadi pada anak-anak, gejala yang ditimbulkan antara lain tubuh sulit bertambah tinggi, penumpukan lemak di sekitar pinggang dan wajah, dan pertumbuhan terganggu.
Baca Juga: Tinggi Badan Anak Dipengaruhi secara Genetik, Benar atau Salah?
Apa Penyebab Hipopituitarisme?
Foto: Orami Photo Stock
Penyebab hipopituitarisme dilansir dari Medicine Net di antaranya adalah:
- Infeksi sifilis, jamur, infeksi purulen yang menyebabkan ensefalitis, meningitis
- Emboli pada sinus, ateritis temporal, pembengkakan arteri karotis, trauma pada otak yang menyebabkan perdarahan di otak
- Nekrosis pituitari pasca melahirkan: gangguan sirkulasi, septisemia selama melahirkan atau aborsi, dan lainnya
- Infark pituitari pada pasien diabetes dengan degenerasi vascular
Terkadang, hipopituitarisme disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang tidak biasa atau penyakit metabolik, seperti:
- Terlalu banyak zat besi dalam tubuh (hemokromatosis)
- Peningkatan abnormal sel imun yang disebut histiosit (histiositosis X)
- Kondisi autoimun yang menyebabkan peradangan pada hipofisis (hipofisitis limfositik)
- Peradangan berbagai jaringan dan organ (sarkoidosis)
- Infeksi pada hipofisis, seperti tuberkulosis hipofisis primer
Baca Juga: 3 Cara Mengeluarkan ASI tanpa Harus Hamil, Salah Satunya dengan Terapi Hormon!
Hipopituitarisme juga merupakan komplikasi langka yang disebabkan oleh perdarahan hebat selama kehamilan.
Kehilangan darah menyebabkan kematian jaringan di kelenjar pituitari. Kondisi ini disebut sindrom Sheehan.
Sedangkan faktor lain yang bisa jadi pendorong munculnya kondisi ini adalah:
- Riwayat kehilangan darah yang berkaitan dengan kandungan
- Riwayat trauma pada dasar tengkorak
- Melakukan radioterapi pada kelenjar pituitari atau hipotalamus setelah operasi tumor pituitari
- Memiliki tumor pituitari atau tumor otak lainnya yang mendesak lobus hipotalamus
- Infeksi pada otak, kelebihan cairan di otak
- Trauma atau perdarahan pituitari
- Stroke, malformasi kongenital
Tidak memiliki risiko seperti yang disebutkan di atas bukan berarti Moms tidak dapat terkena hipopituitarisme.
Faktor-faktor tersebut hanya sekadar referensi. Sebaiknya Moms konsultasikan dengan dokter untuk rincian lebih lanjut.
Baca Juga: Ternyata Ini Penyebab Pendarahan Saat Trimester Pertama Kehamilan
Bagaimana Cara Mencegah Hipopituitarisme?
Foto: Orami Photo Stock
Hipopituitarisme tidak sepenuhnya dapat dicegah, khususnya jika kondisi ini disebabkan oleh tumor otak yang tidak diketahui penyebabnya.
Melansir Healthline, ada beberapa hal yang dapat Moms lakukan untuk mencegah terjadinya hipopituitarisme, contohnya:
- Perawatan pasca melahirkan yang baik untuk mencegah terjadinya hipopituitarisme pada ibu akibat pendarahan
- Terapi radiasi yang meminimalkan paparan hipofisis dapat mengurangi angka kejadian hipopituitarisme
- Berkonsultasi dengan dokter bedah saraf jika Moms hendak menjalani operasi pada otak
- Mencegah terjadinya stroke dengan menerapkan pola hidup sehat
Baca Juga: Mengenal Jenis-jenis Yoghurt Beserta Manfaatnya Bagi Kesehatan Tubuh
Kondisi ini harus ditangani oleh dokter spesialis penyakit dalam ahli endokrin. Tidak ada pengobatan tunggal yang dapat menyembuhkan penyakit ini.
Pasalnya, kondisi ini dapat memengaruhi sejumlah hormon.
Secara umum, tujuan perawatan adalah untuk mengembalikan semua kadar hormon menjadi kembali normal.
Pengobatan hipopituitarisme mungkin dapat dilakukan dengan minum obat untuk mengganti hormon yang tidak diproduksi kelenjar hipofisis dengan benar.
Dalam hal ini, dokter perlu memeriksa kadar hormon secara teratur.
Pemeriksaan rutin dapat membantu dokter untuk menyesuaikan dosis obat yang digunakan untuk memastikan Moms mendapatkan dosis yang optimal.
Itu dia Moms informasi seputar hipopituitarisme. Semoga bermanfaat, ya!
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hypopituitarism/symptoms-causes/syc-20351645#:~:text=Hypopituitarism%20is%20when%20you%20have,or%20hormones%20you%20are%20missing.
- https://www.hormone.org/diseases-and-conditions/hypopituitarism
- https://medlineplus.gov/ency/article/000343.htm
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27041067/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4722397/
- https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/hypopituitarism
- https://www.healthline.com/health/hypopituitarism#treatments
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.