KB Spiral: Jenis, Efek Samping, Keunggulan, dan Prosedur Pemasangan hingga Biayanya
KB spiral, atau dikenal dengan intrauterine device (IUD) adalah salah satu alat yang dapat mencegah terjadinya kehamilan.
Mengutip U.S. Department of Health & Human Services, IUD merupakan alat berbentuk T kecil yang ditempatkan di rahim.
Setelah IUD ditempatkan dalam rahim, Moms tidak bisa merasakannya.
Ketahui lebih lanjut apa saja penjelasan tentang KB spiral berikut ini yuk, Moms!
Baca Juga: 3+ Jenis Pil KB Andalan, Mana yang Paling Cocok untuk Moms?
Jenis KB Spiral
Foto: IUD (hli.org)
Perlu diketahui, bahwa terdapat dua jenis KB IUD atau spiral, yaitu KB IUD tembaga non-hormon, dan KB IUD hormon.
Simak ulasan lengkapnya berikut ini.
1. IUD Non-Hormon atau Tembaga
Sesuai namanya, KB IUD jenis ini tidak mengandung hormon dan dibuat dengan tembaga dan plastik.
Tembaga mencegah kehamilan dengan bertindak sebagai spermisida (zat yang membunuh sperma), sehingga mencegah sperma mencapai dan membuahi sel telur.
KB spiral ini mulai dapat mencegah kehamilan segera setelah ditempatkan dalam rahim.
Ini adalah metode kontrasepsi darurat yang sangat efektif usai 5 hari berhubungan seksual tanpa kondom.
Setelah ditempatkan, KB ini dapat efektif mencegah kehamilan hingga 10 tahun lamanya.
2. IUD Hormonal
KB IUD hormon mengandung hormon progestin levonorgestrel. Progestin menyebabkan lendir serviks menebal dan lapisan rahim menipis.
Penggunaan KB spiral ini dapat mencegah sperma mencapai dan membuahi sel telur. Diperlukan waktu seminggu bagi KB spiral hormonal untuk mulai bekerja.
Jadi sebaiknya tanyakan terlebih dahulu pada penyedia layanan kesehatan apakah Moms harus menunggu untuk berhubungan intim atau menggunakan metode kontrasepsi cadangan (seperti kondom) untuk sementara waktu.
Penggunaan KB IUD jenis ini efektif mencegah kehamilan selama 3 hingga 5 tahun, tergantung dari jenisnya.
IUD hormonal memiliki empat merek yang ada di pasaran:
- Mirena, mencegah kehamilan hingga 6 tahun.
- Kyleena, mencegah kehamilan hingga 5 tahun.
- Liletta, mencegah kehamilan hingga 4 tahun.
- Skyla, mencegah kehamilan hingga 3 tahun.
Baca Juga: Disebut KB Susuk, Adakah Pantangan setelah KB Implan?
Efek Samping Menggunakan KB Spiral
Foto: pembalut (Orami Photo Stock)
Beberapa orang memiliki efek samping setelah menggunakan KB IUD.
Namun, efek samping ini biasanya hilang dalam waktu 3-6 bulan, dan tubuh juga akan terbiasa dengan kehadiran alat kontrasepsi ini pada rahim.
Melansir dari Planned Parenthood, efek sampingnya dapat termasuk beberapa hal berikut ini:
1. Rasa Nyeri Saat Pemasangan
Salah satu efek samping penggunaan KB IUD adalah rasa nyeri yang terasa saat pemasangan IUD.
Meski tidak semua wanita mengalami hal ini, tapi kondisi ini adalah salah satu efek samping yang mungkin terjadi.
Biasanya, rasa sakit ini tidak bertahan dalam waktu yang lama, maka dari itu Moms tidak perlu risau. Bahkan, rasa sakitnya mungkin hanya akan bertahan beberapa saat saja.
Meski begitu, Moms mungkin butuh didampingi oleh orang lain saat menjalani proses ini. Pasalnya, Moms mungkin tidak bisa pulang sendiri jika mengalami rasa nyeri atau sakit.
2. Menstruasi Tidak Teratur
Efek samping lain yang mungkin terjadi saat Moms menggunakan KB IUD adalah siklus menstruasi yang berubah menjadi tidak teratur.
Biasanya, siklus menstruasi yang tidak teratur bergantung pada jenis alat kontrasepsi yang digunakan. Apalagi, mengingat bahwa terdapat dua jenis IUD yang bisa Moms gunakan.
Sebagai contoh, jika Moms menggunakan KB IUD hormonal, biasanya akan mengalami perdarahan ringan tapi dengan siklus menstruasi yang tidak teratur.
Sementara itu, saat Moms menggunakan KB IUD nonhormonal, mungkin mengalami perdarahan yang lebih berat.
Baca Juga: Tidak Selalu Hamil, Cari Tahu 12 Penyebab Terlambat Haid
3. Kram Perut setelah Pemasangan IUD
Efek samping lain yang juga bisa Moms alami setelah menggunakan alat kontrasepsi ini adalah kram perut.
Ya, Moms sangat mungkin mengalami sakit atau kram pada area perut setelah KB IUD dipasang di rahim. Kram perut ini juga bisa muncul saat sedang menstruasi.
Namun, rasa kram perut yang Moms rasakan ini mungkin sedikit berbeda dengan kram atau nyeri yang biasa Moms rasakan saat sedang haid.
Maka dari itu, saat Moms mengalami kram perut yang tidak wajar, mungkin perlu memeriksakan benang KB IUD ini atau berkonsultasi dengan dokter.
4. Timbul Bercak Perdarahan
Jika Moms mengalami bercak perdarahan setelah pemasangan KB IUD, Moms tidak perlu merasa khawatir. Pasalnya, itu mungkin salah satu efek samping dari penggunaan IUD.
Hal ini biasanya terjadi karena tubuh masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan keberadaan benda asing ini.
Namun, ada kemungkinan terjadi perdarahan setelah berhubungan seks.
Meskipun, sebenarnya keberadaan IUD di dalam vagina seharusnya tidak mengganggu aktivitas seks dengan pasangan.
Jika penggunaan KB IUD membuat Moms atau pasangan merasa tidak nyaman saat berhubungan seks, sebaiknya segera berkonsultasi kepada dokter.
5. Mual dan Sakit Perut
Tak jarang, efek samping lain yang mungkin Moms alami setelah pemasangan KB IUD adalah mual.
Rasa mual yang Moms alami ini akan sedikit berbeda dari rasa mual yang mungkin didapatkan dari menggunakan alat kontrasepsi lainnya.
Moms bisa mengurangi rasa mual yang dirasakan dengan mengonsumsi banyak air mineral.
Selain itu, Moms juga bisa mengonsumsi jus buah atau sayur yang menurut Moms bisa mengurangi rasa mual dan pusing yang dirasakan.
Obat pereda nyeri biasanya dapat membantu mengatasi kram.
Jika perdarahan atau kram menjadi sangat buruk dan tidak kunjung berkurang, beri tahu perawat atau dokter tentang kondisi yang dialami.
Sangat jarang penggunaan KB IUD dapat mengakibatkan komplikasi atau efek samping yang serius.
6. Infeksi
Infeksi mungkin menjadi efek samping terparah dari penggunaan KB IUD.
Namun hal ini bisa dihindari selama dokter yang memasang alat kontrasepsi ini telah mengikuti aturan yang sesuai.
Berdasarkan penelitian di British Medical Journal, penggunaan IUD dapat menyebabkan sindrom syok toksik (komplikasi infeksi bakteri tertentu yang langka) dan abses panggul, pada pasien sehat berusia 50 tahun.
Hal tersebut dapat diatasi dengan mengangkat KB IUD dari rahim dan melakukan pengobatan dengan mengonsumsi antibiotik dari resep dokter.
7. IUD Bergeser
IUD yang bergeser bisa memicu rasa tidak nyaman saat menggunakannya. Selain itu, pergeserannya tersebut bahkan bisa membuatnya keluar seluruhnya dari rahim.
Agar terhindar dari hal ini, rutinlah melakukan pemeriksaan benang IUD ke dokter untuk memastikan IUD tetap berada dalam posisi yang tepat.
Baca Juga: 13 Cara KB Alami untuk Cegah Kehamilan
Keuntungan Menggunakan KB Spiral
Foto: KB IUD (medicalnewstoday.com)
Dalam Journal of Midwifery & Women's Health, disebutkan beberapa keuntungan dalam menggunakan KB IUD, meliputi:
- IUD efektif mencegah kehamilan dari 3-10 tahun.
- IUD tidak permanen. Peluang Moms untuk hamil akan kembali segera setelah KB spiral dilepas.
- Moms tidak harus melakukan kontrol untuk mencegah kehamilan saat berhubungan seks.
- IUD mudah digunakan. Cukup memeriksa string IUD di leher rahim setiap bulan untuk memastikan tetap ada di tempatnya.
- IUD aman digunakan saat sedang menyusui dan tidak akan memengaruhi suplai ASI.
- IUD hormonal dapat membantu mengobati perdarahan hebat selama haid, kram, dan endometriosis.
Baca Juga: Mengenal Vasektomi, Salah Satu Metode KB Paling Aman
Prosedur Pemasangan KB Spiral
Foto: pemasangan IUD (besthealthmag.ca)
KB spiral dapat dipasang kapan saja selama siklus menstruasi, dan selama Moms tidak sedang hamil.
Sebelum dipasang, dokter umum atau perawat akan memeriksa bagian dalam vagina untuk memeriksa posisi dan ukuran rahim.
Moms mungkin diuji jika ada infeksi menular seksual, dan diberi antibiotik.
Janji temu dengan dokter memakan waktu sekitar 20-30 menit, dan pemasangan KB spiral harus tidak lebih dari 5 menit.
Berikut ini prosedur pemasangannya, menurut National Health Service:
- Vagina dalam posisi terbuka, seperti saat tes smear (skrining serviks).
- KB spiral dimasukkan melalui serviks dan ke dalam rahim.
- Proses pemasangan IUD bisa terasa tidak nyaman, tetapi dapat dilakukan bius lokal. Diskusikan dengan dokter kandungan.
Usai dipasang, mungkin ada rasa kram seperti saat menstruasi, tetapi obat penghilang rasa sakit dapat meredakan kram tersebut.
Selain itu, Moms bisa mengalami pendarahan selama beberapa hari setelah pemasangan.
Setelah KB spiral dipasang, harus diperiksa oleh dokter setelah 3-6 minggu untuk memastikan semuanya baik-baik saja.
Beri tahu dokter jika Moms memiliki masalah setelah pemeriksaan awal, atau jika ingin melepas KB spiral.
Baca Juga: Menorrhagia, Kondisi Menstruasi Abnormal yang Tidak Berhenti
Cara Melepas KB Spiral
Foto: konsultasi (coach.nine.com.au)
KB spiral punya tanggal kedaluwarsa, sehingga jika sudah mendekati tanggalnya, harus segera dilepaskan.
Melansir dari American Academy of Family Physicians, kondisi lain yang membuat KB spiral harus dilepas termasuk ketika ada kontraindikasi (kondisi di mana pasien tidak dapat menggunakan IUD), efek samping tidak kunjung selesai, atau atas permintaan pasien sendiri.
Mengeluarkan KB IUD cukup cepat dan sederhana. Penyedia layanan kesehatan hanya menarik tali dengan lembut, dan bagian lengan pada KB spiral akan terlipat dan terlepas.
Usai dikeluarkan, mungkin akan terasa kram selama satu menit. Ada kemungkinan kecil bahwa KB spiral tidak akan keluar dengan mudah.
Jika ini terjadi, perawat atau dokter dapat menggunakan alat khusus untuk melepasnya. Meskipun begitu, sangat jarang diperlukan tindakan pembedahan lebih lanjut.
Baca Juga: Apakah Suntik KB Membatalkan Puasa? Ini Jawabannya!
Biaya Pemasangan KB Spiral
Foto: memasang KB (khn.org)
Jika Moms ingin memasang kontrasepsi berupa KB IUD, perlu dipahami bahwa harganya memang lebih mahal dibandingkan KB suntik dan pil.
Namun, biaya yang dikeluarkan ini hanya sekali saja untuk pemakaian dalam jangka 5-10 tahun.
Di rumah sakit, harga IUD bisa di atas Rp500.000, biaya ini belum termasuk konsultasi dokter.
Namun, Moms dapat memasang KB spiral di bidan atau puskesmas yang lebih murah bahkan gratis, tergantung dari kebijakan pemerintah setiap daerah.
Baca Juga: 6 Kelainan Seksual yang Mungkin Belum Kita Tahu
Itu dia Moms informasi seputar KB IUD yang harus Moms tahu. Pastikan setelah pemasangan, hindari melakukan hubungan intim terlebih dahulu, kurang lebih selama 24 jam ya.
Khusus untuk KB IUD hormonal, disarankan untuk menunggu hingga tujuh hari setelah pemasangan baru dapat melakukan hubungan intim bersama pasangan.
- https://www.aafp.org/afp/2005/0101/p95.html
- https://www.nhs.uk/conditions/contraception/iud-coil/
- https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/jmwh.12887
- https://www.plannedparenthood.org/learn/birth-control/iud/what-are-the-disadvantages-of-iuds
- https://opa.hhs.gov/reproductive-health?pregnancy-prevention/birth-control-methods/iud/index.html
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4800214/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.