04 Juni 2024

Kuret, Prosedur Medis yang Umumnya Dilakukan Usai Keguguran

Ketahui pantangan atau perawatan setelah prosedur ini

Mungkin bagi banyak wanita, istilah kuret merupakan momok yang menakutkan.

Terutama bagi para perempuan yang baru saja mengalami keguguran.

Dalam bahasa medis atau kedokteran, kuret dikenal dengan sebutan Dilation and Curettage (D&C). Dalam Bahasa Indonesia, istilah ini disebut dilasi dan kuretase.

Selain untuk keguguran, kuret biasanya diperlukan mengatasi berbagai masalah gangguan rahim pada wanita.

Sebenarnya tak ada yang perlu dikhawatirkan jika Moms harus menjalani proses kuret.

Nah, berikut ini penjelasan seputar kuret, proses, efek samping, dan perawatannya.

Baca Juga: 4 Fase Proses Terjadinya Menstruasi, Mudah Dipahami!

Pengertian Kuret dalam Medis

Perempuan Kesakitan
Foto: Perempuan Kesakitan (Freepik.com/stefamerpik)

Sebelum kita mengetahui prosesnya, ada baiknya mengenal pengertian kuretase dulu ya, Moms.

Mengutip Mayo Clinic, kuret adalah tindakan bedah singkat, yakni dengan melebarkan serviks untuk mengikis dinding rahim.

Apa tujuannya? Untuk membersihkan rahim dari sisa janin.

Umumnya, kita hanya mengetahui proses ini sering dilakukan pada ibu yang mengalami keguguran.

Namun, jangan keliru, proses kuret ini tidak hanya dijalani pada ibu yang mengalami keguguran, lho.

Tindakan kuret juga bisa dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit.

Misalnya, pendarahan pada rahim, pendarahan usai menopause, polip rahim, ketidakseimbangan hormon, bahkan kanker rahim.

Selain itu, kuretase juga dapat mengatasi plasenta yang melekat pada rahim dan langkah lanjutan dalam hamil anggur.

Jadi nantinya, dokter akan menentukan tindakan apa yang paling sesuai dengan kondisi setiap ibu.

Baca Juga: Pil KB Yasmin: Manfaat, Cara Minum, hingga Efek Sampingnya

Mengenal Tahapan dan Proses Kuretase

Perempuan Periksa Kesehatan
Foto: Perempuan Periksa Kesehatan (Freepik.com/partystock)

Mengutip John Hopkins Medicine, kuretase atau dilasi ini digunakan sebagai prosedur diagnostik atau terapeutik untuk perdarahan abnormal.

Tentunya, prosesnya akan sedikit berbeda pada setiap kondisi wanita.

Pada proses kuret secara umum, langkah-langkahnya seperti:

1. Mengambil Sampel Jaringan

Proses kuret yang pertama adalah sampel jaringan dinding rahim akan diperiksa untuk mengetahui apakah ada sel-sel abnormal.

Ini untuk melihat penyebab terjadinya pendarahan abnormal atau gangguan pada rahim wanita.

Sebenarnya proses kuret tak memakan waktu yang lama, justru cukup singkat. Hanya butuh waktu sekitar 30 menit.

2. Anestesi atau Pembiusan

Selain itu, proses lainnya yaitu tindakan anestesi atau pembiusan, yang dilakukan tergantung pada kebutuhan.

Bisa dilakukan bius total, artinya Moms akan diberikan anestesi total sehingga tak sadar selama proses kuret.

Namun, ada juga jenis anestesi spinal atau epidural (regional). Pada bius jenis ini Moms hanya akan mati rasa dari area pinggang ke bawah.

Lainnya, dokter juga bisa memberikan anestesi lokal di mana Moms dalam kondisi sadar, hanya area sekitar leher rahim yang akan mati rasa.

Baca Juga: Cek Masa Subur Melalui 5 Jenis Lendir Serviks Berikut Ini!

3. Kuretase

Meskipun kuret tidak membutuhkan jahitan atau menimbulkan luka, dokter akan membersihkan dinding rahim dengan larutan antiseptik.

Dokter akan melakukan dua langkah utama dalam proses kuret:

  • Pelebaran pembukaan bagian bawah rahim (serviks) untuk memasukkan batang ramping (laminaria) ke dalam bukaan vagina atau menggunakan obat untuk melunakkan leher rahim agar melebar
  • Pengikisan pada jaringan dinding rahim dengan alat panjang berbentuk sendok (kuret).

Dokter juga dapat menggunakan kanula untuk menyedot isi janin yang tersisa dari rahim. Hal ini bisa menyebabkan kram.

Lalu, biasanya sampel jaringan akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.

Baca Juga: 12 Tips Mencukur Bulu Kemaluan Mudah Supaya Tidak Gatal

4. Menghilangkan Jaringan Abnormal

Selain itu, proses dilasi ini juga dilakukan untuk menghilangkan jaringan abnormal dalam rahim.

Juga untuk menghilangkan jaringan yang tersisa di rahim setelah keguguran atau aborsi untuk mencegah infeksi atau pendarahan hebat.

Beberapa tindakan yang dilakukan seperti:

  • Menghilangkan kehamilan mola atau hamil anggur.
  • Mengatasi pendarahan yang berlebihan setelah melahirkan dengan membersihkan plasenta yang tersisa di dalam rahim.
  • Menghilangkan polip serviks atau rahim, yang biasanya tidak bersifat kanker (jinak).

Dalam Cleveland Clinic dijelaskan, terkadang dalam prosedurnya dokter juga akan memasukkan perangkat tipis untuk melihat bagian dalam rahim yang disebut histeroskopi.

Persiapan Sebelum Proses Kuretase

Perempuan Memegang Perutnya
Foto: Perempuan Memegang Perutnya (Freepik.com/drobotdean)

Moms tentu penasaran bukan bagaimana persiapan yang perlu diperhatikan sebelum memulai kuret?

Biasanya, dokter akan menjelaskan prosedurnya kepada pasien sebelum memulai proses kuretase.

Moms akan diminta untuk membaca formulir penjelasan sebelum melakukan prosedur tersebut.

Selain mengetahui riwayat medis yang lengkap, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik lengkap untuk memastikan Moms dalam keadaan sehat sebelum menjalani prosedur.

Beberapa rangkaian juga akan dijalani seperti tes darah atau tes diagnostik lainnya.

Jika prosedur memerlukan anestesi umum, spinal, atau epidural, Moms akan diminta untuk berpuasa selama 8 jam sebelum operasi kecil ini dimulai.


Bagaimana jika Moms curiga sedang hamil? Moms harus memberitahu ke dokter untuk menjalani tes kehamilan sebagai persiapan kuretase.

Pastikan Moms tidak ada alergi obat. Jika ada, beri tahu dokter apabila sensitif atau alergi terhadap obat apa pun, yodium, lateks, plester, dan agen anestesi (lokal dan umum).

Ini juga berlaku untuk Moms yang sedang memiliki riwayat gangguan pendarahan atau jika sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu.

Baca Juga: 6 Hal yang Akan Dialami saat Hamil 18 Minggu, Bersiap ya Moms!

Perawatan Setelah Kuret

Perempuan Berbaring di Sofa
Foto: Perempuan Berbaring di Sofa (Freepik.com/katemangostar)

Usai menjalani prosedur ini, seperti halnya setelah melahirkan, Moms akan mengalami sedikit rasa sakit, kram, dan perdarahan kecil, seperti bercak darah.

Tentunya hal ini merupakan sesuatu yang normal terjadi. Gunakan pembalut, bukan tampon, untuk pendarahan setelah proses ini.

Namun, jika Moms mengalami pembekuan darah yang berat atau berkepanjangan, demam, rasa nyeri yang dahsyat, keluarnya cairan berbau busuk dari vagina, segera konsultasikan dengan dokter.

Adapun proses pemulihan usai dilasi dan kuretase tergantung dari jenis prosedur dan jenis-jenis anestesi atau pembiusan yang diberikan.

Beberapa perawatan yang bisa dilakukan di rumah antara lain, seperti:

1. Menghindari Aktivitas Berat

Setelah menjalani tindakan pembersihan rahim, Moms dianjurkan untuk menghindari kegiatan yang berat atau mengangkat beban yang berat.

Perbanyak istirahat agar tubuh kembali normal seperti biasanya.

Pasca tindakan ini, tubuh Moms biasanya akan terasa sangat lemah. Jadi, dokter akan menyarankan untuk tidak melakukan kegiatan berat apapun.

Setidaknya Moms harus beristirahat total selama 5-7 hari agar luka rahim dapat segera membaik.

Umumnya kondisi rahim akan kembali normal setelah 3 bulan pasca prosedur dilasi ini.

2. Menghindari Berhubungan Intim

Selain perawatan itu juga, disarankan dalam kurun waktu tertentu, setidaknya selama 2 minggu, atau hingga perdarahan berhenti, untuk tidak melakukan hubungan seksual dengan suami.

Di sisi lain adalah hal yang normal jika periode menstruasi Moms mungkin akan terjadi lebih awal atau terlambat dari waktu biasanya.

Hal ini disebabkan karena lapisan rahim telah dikikis dan membutuhkan waktu untuk memulihkannya kembali.

Baca Juga: 15+ Cara Membesarkan Bokong Secara Alami, Bikin Makin Seksi!

3. Risiko Munculnya Infeksi Pasca Prosedur

Perempuan Dirawat di Rumah Sakit
Foto: Perempuan Dirawat di Rumah Sakit (Freepik.com/dcstudio)

Moms, selama istirahat total di rumah, perhatikan juga gejala atau tanda-tanda terjadinya infeksi, ya. Pasca prosedur ini sebaiknya Moms lebih memperhatikan kondisi tubuh.

Mulai dari timbul pendarahan tidak normal atau tanda-tanda apabila ada infeksi yang akan timbul.

Gejala infeksi atau komplikasi tersebut seperti demam, nyeri, atau keluar cairan dari vagina yang tak normal. Segera ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami hal ini, ya.

Perlu diketahui menurut The American College of Obstetrician and Gynecology, dalam kasus yang sangat jarang, jaringan parut (adhesi) dapat terbentuk di dalam rahim yang dikenal dengan istilah sindrom Asherman.

Hal ini dapat menyebabkan infertilitas dan perubahan aliran menstruasi. Namun tak perlu khawatir, proses pembedahan dapat mengatasi masalah ini. 

Dalam 1 hingga 2 minggu, Moms akan kontrol kembali ke dokter untuk melihat perkembangan dari proses pemulihan.

Jadi, jangan lupa untuk konsultasi setelah proses kuret dan melaporkan jika terjadi perubahan menstruasi abnormal ya, Moms!

Baca Juga: Bolehkah Pijat saat Sedang Menstruasi? Ini Jawabannya!

Pantangan Kuretase

Seks saat Hamil
Foto: Seks saat Hamil (Pixabay.com)

Setelah menjalani prosedur kuretase (kuret), ada beberapa pantangan dan hal yang perlu diperhatikan untuk memastikan pemulihan yang optimal.

Berikut adalah beberapa pantangan dan anjuran setelah kuretase

1. Tidak Menggunakan Tampon

Gunakan pembalut bukan tampon untuk menyerap darah dan cairan yang keluar. Tampon diketahui dapat meningkatkan risiko infeksi.

2. Hindari Mandi Berendam

Hindari berendam dalam bak mandi, kolam renang, atau jacuzzi selama beberapa minggu.

Mandi menggunakan shower lebih aman untuk mencegah infeksi.

3. Jangan Mengabaikan Tanda-tanda Infeksi

Perhatikan tanda-tanda infeksi seperti demam, nyeri perut yang parah, perdarahan berat, atau keluarnya cairan yang berbau tidak sedap.

Jika muncul gejala ini, segera hubungi dokter.

4. Hindari Minum Alkohol dan Merokok

Menghindari alkohol dan rokok dapat membantu tubuh pulih lebih cepat dan mengurangi risiko komplikasi.

5. Tidak Mengabaikan Konsultasi Lanjutan

Ikuti semua jadwal kontrol yang telah ditentukan oleh dokter untuk memastikan proses pemulihan berjalan dengan baik dan untuk mendapatkan nasihat lebih lanjut.

6. Perhatikan Kebersihan

Jaga kebersihan diri, terutama area genital, untuk mencegah infeksi. Cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pembalut.

7. Minum Obat Sesuai Anjuran

Jika dokter memberikan resep obat seperti antibiotik atau penghilang rasa sakit, pastikan untuk meminumnya sesuai anjuran dan menghabiskan dosis yang diresepkan.

8. Istirahat yang Cukup

Berikan waktu bagi tubuh untuk beristirahat dan pulih. Hindari stres dan aktivitas yang bisa membuat tubuh lelah.

Setiap individu mungkin memiliki kondisi kesehatan yang berbeda, jadi selalu penting untuk mengikuti petunjuk dan anjuran dokter yang menangani prosedur kuretase.

Baca Juga: 8+ Rekomendasi Makanan Nol Kalori, Bantu Program Diet Moms!

Jika ada pertanyaan atau kekhawatiran tentang pemulihan, jangan ragu untuk menghubungi tenaga medis.

Itulah penjelasan tentang kuret yang dapat Moms pahami. Semoga informasi ini bermanfat, ya!

  • https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/dilation-and-curettage/about/pac-20384910#:~:text=Female%20reproductive%20system,-The%20ovaries%2C%20fallopian&text=In%20a%20dilation%20and%20curettage,curette%20to%20remove%20uterine%20tissue.
  • https://www.hopkinsmedicine.org/health/treatment-tests-and-therapies/dilation-and-curettage-d-and-c
  • https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/4110-dilation-and-curettage-d--c
  • https://www.acog.org/womens-health/faqs/dilation-and-curettage

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.