Marasmus, Kekurangan Gizi pada Anak yang Dapat Berakibat Fatal
Marasmus adalah kondisi yang tidak dapat disepelekan. Coba simak ulasan berikut ini, ya, Moms.
Mengutip dari laman Kementerian Kesehatan Indonesia, marasmus menjadi salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk dan paling sering ditemui pada balita berusia 0-2 tahun karena tidak mendapatkan ASI yang cukup.
Si Kecil yang mengalami marasmus biasanya memiliki berat badan yang sangat rendah, kurang dari 60% dari berat badan yang seharusnya.
Selain itu, muncul berbagai gejala lainnya yang pada akhirnya membuat anak menjadi mudah sekali terinfeksi penyakit.
Dikutip dari laman WebMD, seorang anak bisa mengalami maramus apabila kekurangan nutrisi yang parah seperti kalori, protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral.
Untuk itu, sebaiknya pahami penyebab, gejala, serta cara mengatasi marasmus berikut ini.
Baca Juga: Mungkinkah Bayi dengan ASI Eksklusif Berisiko Malnutrisi?
Apa yang Menjadi Penyebab Marasmus?
Foto: Orami Photo Stock
Bukan hanya di Indonesia, marasmus sudah menjadi permasalahan kesehatan di dunia yang harus segera ditangani dengan baik.
Bahkan, UNICEF memperkirakan bahwa hampir setengah dari semua kematian pada anak di bawah usia 5 tahun, atau sekitar 3 juta setiap tahun, diakibatkan oleh kekurangan gizi.
Sebagian kasus marasmus memang menyerang anak-anak. Namun, menurut University of Kansas Landon Center on Aging, orang dewasa juga dapat mengalami marasmus.
Biasanya, mereka adalah orang dewasa yang lebih tua, tinggal sendiri, tidak mampu merawat diri, dan memiliki kesulitan untuk menyiapkan makanan sendiri.
Kondisi ini terjadi apabila seseorang tersebut tidak mendapatkan makanan yang sehat selama beberapa bulan hingga tahun.
Lantas, apa yang menjadi penyebab marasmus? Dikutip dari laman Medical News Today, ada tiga penyebab utama marasmus, yaitu:
- Tidak memiliki cukup nutrisi atau terlalu sedikit makanan.
- Mengonsumsi nutrisi yang salah atau terlalu banyak dari satu dan tidak cukup dari yang lain.
- Memiliki kondisi kesehatan yang membuat sulit untuk menyerap atau memproses nutrisi dengan benar.
Penyebab lainnya bisa karena pembawaan lahir, mengalami infeksi penyakit, kebersihan dan kesehatan lingkungan yang tidak memadai, serta penyakit pada masa neonatus.
Ya, faktor lingkungan sangat berpengaruh, ya, Moms. Anak berisiko lebih tinggi terkena marasmus jika tumbuh di daerah yang sulit mendapatkan makanan atau daerah yang sulit mendapatkan nutrisi yang baik.
ASI yang tidak cukup juga bisa menjadi faktor bayi mengalami marasmus.
Memang benar, bayi membutuhkan ASI selama 6 bulan pertama kehidupannya. Namun, setelah itu, sebaiknya bayi mendapatkan makanan padat sebagai sumber nutrisi dalam tubuhnya.
Jika menyusui berlanjut lebih dari 6 bulan tanpa bayi menerima makanan padat, risiko marasmus juga bisa meningkat, terutama jika ibu sendiri kekurangan gizi.
Mereka yang lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah mungkin juga memiliki kecenderungan untuk kekurangan gizi sesudahnya.
Dukungan dan nutrisi yang tepat selama kehamilan dan pada tahun-tahun awal anak sangat penting untuk mencegah malnutrisi.
Lantas, apa saja gejala yang muncul apabila anak mengalami marasmus? Simak ulasan berikutnya, ya!
Baca Juga: Yuk, Berikan Gizi Anak sesuai Usianya
Gejala Anak Mengalami Marasmus
Foto: Orami Photo Stock
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan marasmus juga sebagai malnutrisi, yaitu ketidakcukupan asupan protein, energi, dan zat gizi mikro seperti vitamin, dan infeksi yang berlangsung dalam waktu lama.
Gejala utama marasmus, yaitu kehilangan lemak tubuh dan jaringan otot secara akut. Hal ini menyebabkan indeks massa tubuh (BMI) menjadi sangat rendah.
Pada anak-anak yang mengalami marasmus, mereka menjadi gagal tumbuh atau pertumbuhan kerdil.
Melansir dari Kemenkes RI, anak dengan marasmus akan memiliki ukuran kepala yang tidak sebanding dengan ukuran tubuh.
Seiring waktu, mereka yang mengalami marasmus akan kehilangan jaringan tubuh dan lemak di wajahnya.
Demikian pula, tulang mereka menjadi terlihat di bawah kulit mereka, dan lipatan kulit berkembang dari hilangnya massa tubuh.
Mereka juga memiliki wajah yang lonjong dan terlihat lebih tua, kulit kering dan berlipat bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan, serta tingkat kesadaran menurun.
Selain itu, mereka juga memiliki perut cekung yang sering disertai diare terus-menerus atau malah susah untuk buang air kecil.
Seorang anak dengan marasmus mungkin juga sangat lapar dan mengisap pakaian atau tangan mereka seolah-olah mencari sesuatu untuk dimakan. Mereka juga menjadi mudah terinfeksi penyakit.
Pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar, gejala utamanya mungkin pengecilan, atau hilangnya jaringan tubuh dan lemak.
Mereka juga dapat mengalami gangguan makan, seperti anoreksia.
Marasmus dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang berbahaya, seperti diare, campak, atau infeksi saluran pernapasan yang bisa berakibat fatal pada anak dengan marasmus.
Komplikasi lainnya yang perlu diwaspadai termasuk bradikardia, hipotensi, dan hipotermia.
WHO menyebutkan, hipotermia adalah komplikasi marasmus yang bisa menyerang bayi berusia di bawah 12 bulan dan menderita marasmus.
Melihat berbahayanya dampak yang mungkin ditimbulkan dari marasmus, bagaimana cara mengatasinya? Simak ulasan berikutnya, ya!
Baca Juga: Dukung Perkembangan Otak Anak dengan 5 Nutrisi Ini
Cara Mengatasi Marasmus yang Perlu Dipahami
Foto: Orami Photo Stock
Penanganan marasmus tentunya tidak bisa sembarangan dan tidak dapat dilakukan secara mandiri, ya, Moms.
Marasmus adalah keadaan darurat medis yang mengancam jiwa. Ketika gejala muncul, orang tersebut membutuhkan perawatan segera.
Seorang ahli medis perlu menyiapkan rencana makan khusus untuk siapa saja yang didiagnosis marasmus.
Umumnya, penanganan marasmus dilakukan dalam 3 langkah, yaitu:
Baca Juga: Apakah Berat Badan Bayi Moms Normal? Coba Cek Dulu Panduannya!
1. Resusitasi
Langkah ini melibatkan rehidrasi, yang dilakukan dengan menyuntikkan larutan rehidrasi ke dalam pembuluh darah. Cara lainnya dengan memberikannya secara oral.
Antibiotik dan obat-obatan juga mungkin diberikan untuk mengobati infeksi atau penyakit yang mendasarinya.
Anak-anak umumnya dirawat di ruangan yang hangat karena mungkin kedinginan karena hipotermia.
2. Stabilisasi
Langkah ini melibatkan pemberian makan bertahap untuk meningkatkan kadar nutrisi dalam tubuh.
Dokter akan mulai dengan memberikan susu atau susu formula yang dicampur dengan air.
Bisa juga dengan pemberian larutan rehidrasi yang mengandung elektrolit, asam amino, glukosa, vitamin, dan mineral melalui mulut atau melalui vena.
Baca Juga: Kandungan Gizi dalam Susu Bayi
3. Rehabilitasi Gizi
Langkah ini melibatkan peningkatan asupan nutrisi melalui diet kaya protein dan energi. Nutrisi membantu tubuh memperbaiki dan tumbuh secara normal.
Cara ini juga dapat membantu mengembalikan berat badan dan tinggi badan yang optimal dari waktu ke waktu.
Itulah penanganan marasmus yang dapat dipahami. Sangat penting bagi seseorang dengan marasmus untuk menerima perawatan diet yang kaya nutrisi, karbohidrat, dan kalori.
Mereka juga membutuhkan lebih banyak kalori daripada biasanya untuk usia mereka.
Namun, tubuh mereka mungkin merasa sulit untuk mencerna makanan setelah kehilangan begitu banyak lemak dan jaringan tubuh.
Selain itu, penderita marasmus juga mungkin membutuhkan perawatan dan dukungan kesehatan mental.
Kondisi ini diperlukan apabila mereka mengalami gangguan makan.
Itulah penjelasan tentang marasmus yang bisa dipahami. Pencegahan terbaik dari kondisi ini, yaitu memastikan asupan kalori dan protein yang cukup masuk ke dalam tubuh, sebaiknya dari makanan yang sehat dan seimbang.
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559224/
- https://www.webmd.com/a-to-z-guides/what-is-marasmus
- http://classes.kumc.edu/coa/Education/AMED900/Nutrition.htm
- https://www.who.int/nutrition/publications/en/manage_severe_malnutrition_eng.pdf
- https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-anak-balita.pdf
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.