14 Penyebab Disfagia, Kondisi Kesulitan Menelan Makanan dan Minuman
Disfagia adalah penyakit yang membuat seseorang kesulitan menelan sehingga memerlukan waktu dan upaya cukup lebih untuk menelan makanan dan minuman yang dikonsumsi.
"Menelan makanan merupakan mekanisme rangsangan otot (neuromuskular) yang kompleks yang melibatkan sekitar 40 pasang otot dan lima saraf kranialis.
Menelan terdiri dari tiga fase, yaitu fase oral, fase faring, dan fase kerongkongan (esofagus).
Gangguan yang terjadi pada salah satu atau seluruh fase tersebut dapat menyebabkan disfagia," jelas dr. Alifa Dimanti, Sp.S, Dokter Spesialis Saraf RS Pondok Indah – Puri Indah, Jakarta Barat.
Selain mengalami kesulitan menelan, orang dengan disfagia bahkan mungkin mengalami rasa sakit saat menelan (odynophagia).
Beberapa orang mungkin benar-benar tidak dapat menelan atau mungkin mengalami kesulitan menelan cairan, makanan, atau air liur dengan aman.
Ketika itu terjadi, makan jadi sebuah tantangan tersendiri. Sebab, sering kali disfagia membuat penderitanya sulit mengasup cukup kalori dan cairan untuk menyehatkan tubuh.
Hal ini dapat menyebabkan masalah medis tambahan yang serius.
Melansir dari National Insitute of Deafness and Other Communications Disorder, disfagia juga bisa dikaitkan dengan nyeri.
Dalam beberapa kasus, orang yang mengalaminya mungkin tidak bisa menelan sama sekali.
Jika Moms makan terlalu cepat atau kurang mengunyah makanan menjadi halus, kondisi ini bisa menyebabkan kesulitan menelan sesaat yang tak perlu dikhawatirkan.
Namun, disfagia yang persisten dapat mengindikasikan kondisi medis serius dan membutuhkan perawatan medis.
Kondisi ini juga termasuk penyakit yang bisa terjadi pada segala usia, tetapi lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua.
Penyebab masalah menelan makanan pun sangat bervariasi, dan perawatan tergantung pada penyebabnya.
Gejala Disfagia
Secara klinis, ada beberapa tanda atau gejala yang menunjukkan seseorang mengalami disfagia, berikut menurut dr. Alifa Dimanti:
- Kerap tersedak saat makan atau minum.
- Batuk setiap menelan atau mengeces (sulit mengendalikan ludah/saliva di dalam mulut).
- Mengalami nyeri saat menelan (odinofagia).
- Tidak bisa menelan.
- Memiliki sensasi makanan tersangkut di tenggorokan atau dada atau di belakang tulang dada.
- Suara serak, batuk atau tersedak saat menelan makanan.
- Sering mulas.
- Berat badan turun tak terduga.
Baca Juga: Bagaimana Cara Mencegah Anak Tertular Flu dan Batuk?
Dampak Disfagia
Jika tidak bisa menelan, Moms mungkin tidak bisa makan cukup makanan yang bergizi agar tetap sehat atau demi mempertahankan berat badan ideal.
Selain itu, potongan makanan yang terlalu besar untuk ditelan bisa masuk ke tenggorokan dan menghalangi jalan udara.
Ketika makanan atau cairan memasuki saluran napas seseorang yang mengalami disfagia, batuk atau tersedak terkadang tidak dapat menghilangkannya.
Makanan atau cairan yang tetap berada di saluran napas dapat masuk ke paru-paru dan memungkinkan bakteri berbahaya untuk tumbuh, menyebabkan infeksi paru-paru yang disebut pneumonia aspirasi.
Gangguan menelan juga dapat bisa membentuk sejenis kantung di luar kerongkongan berkat kelemahan pada dinding kerongkongan.
Kantung abnormal ini menampung makanan yang tertelan.
Saat berbaring atau tidur, seseorang dengan masalah ini dapat menarik makanan yang tidak tercerna ke tenggorokan.
Kerongkongan mungkin juga terlalu sempit, menyebabkan makanan menempel.
Makanan yang menempel ini dapat mencegah makanan lain atau bahkan cairan memasuki lambung.
Baca Juga: Benarkah Menelan Permen Karet Membahayakan Tubuh? Begini Penjelasannya
Penyebab Disfagia
"Disfagia umumnya disebabkan gangguan pada sistem neuromuskular, seperti akibat stroke, myansthenia gravis, keganasan di area leher, dan beberapa sindrom lainnya.
Karenanya, gangguan ini memerlukan perhatian dan penanganan segera," jelas dr. Alifa Dimanti.
Selain itu, karena disfagia merupakan suatu tanda klinis, penting untuk mencari dan mengidentifikasi penyebab utama terjadinya.
"Disfagia yang timbul secara mendadak dan tiba-tiba (biasanya disertai pelemahan satu sisi tubuh dan wajah) dapat menjadi tanda-tanda stroke akut.
Pada kondisi seperti ini, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan diagnostik dan mendapatkan terapi yang sesuai," terangnya lagi.
Penyebab disfagia juga bisa bervariasi, melansir Medical News Today, berikut penyebab yang mendasarinya:
1. Amyotrophic Lateral Sclerosis
Yakni bentuk neurodegenerasi progresif yang tidak dapat disembuhkan. Jadi seiring waktu, saraf di tulang belakang dan otak semakin kehilangan fungsi.
2. Achalasia
Yakni otot esofagus bagian bawah tidak cukup rileks untuk memungkinkan makanan masuk ke lambung.
3. Spasme Difus
Kondisi yang terjadi ketika otot-otot dalam kerongkongan berkontraksi dengan cara yang tidak terkoordinasi.
4. Stroke
Kondisi stroke terjadi ketika sel-sel otak mati karena kekurangan oksigen sehingga aliran darah berkurang. Jika sel-sel otak yang mengendalikan menelan terpengaruh, hal itu dapat menyebabkan disfagia.
5. Esofagitis Eosinofilik
Yakni peningkatan kadar eosinofil (sejenis sel darah putih) di esofagus. Eosinofil ini tumbuh dengan cara yang tidak terkontrol dan menyerang sistem pencernaan, sehingga menyebabkan muntah dan kesulitan menelan makanan.
6. Multiple Sclerosis
Kondisi yang terjadi ketika sistem saraf pusat diserang oleh sistem kekebalan tubuh, menghancurkan myelin, yang biasanya melindungi saraf.
7. Penyakit Parkinson dan Sindrom Parkinsonisme
Penyakit Parkinson dan sindrom Parkinsonisme adalah penyakit kelainan neurologis degeneratif yang progresif dan bertahap, lalu merusak kemampuan motorik pasien.
8. Radiasi
Beberapa pasien yang menjalani terapi radiasi (radioterapi) ke daerah leher dan kepala mungkin mengalami kesulitan menelan.
9. Scleroderma
Yakni sekelompok penyakit autoimun langka di mana kulit dan jaringan ikat menjadi lebih kencang dan mengeras.
10. Kanker Kerongkongan
Yakni jenis kanker di kerongkongan yang biasanya terkait dengan alkohol dan merokok, atau penyakit refluks gastroesofageal (GERD).
11. Sumbing
Orang yang lahir dengan kelainan sumbing mungkin tidak dapat menelan dengan normal.
Contohnya, bayi yang dilahirkan dengan lubang di langit-langit mulut (langit-langit mulut sumbing) tidak dapat menyusu dengan baik.
12. Kanker Kepala, Leher, atau Kerongkongan
Hal ini dapat menyebabkan masalah menelan. Kadang-kadang pengobatan untuk jenis kanker ini dapat menyebabkan disfagia.
13. Cedera pada Kepala, Leher, dan Dada
Kondisi ini juga dapat menyebabkan masalah menelan. Infeksi atau iritasi dapat menyebabkan penyempitan kerongkongan.
14. Demensia
Kehilangan ingatan atau demensia dan penurunan kognitif mungkin menyulitkan untuk mengunyah dan menelan.
Baca Juga: Sariawan Berkepanjangan: Benarkah Kanker Lidah?
Diagnosis dan Cara Mengatasi Disfagia
"Untuk mendiagnosis disfagia, ada beberapa pemeriksaan yang diperlukan—baik diagnostik maupun fisik.
Pemeriksaan diagnostik antara lain Fibreoptic Endoscopic Evaluation of Swallowing (FEES), Magnetic Resonance Imaging (MRI), atau CT-Scan," kata dr. Alifa Dimanti.
Pemeriksaan-pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari atau mengonfirmasi penyakit yang menyebabkan disfagia.
Setelah terkonfirmasi mengalami disfagia, ada beberapa tindakan penanganan yang dapat dilakukan, antara lain:
- Pemasangan feeding tube. Pemasangan selang dari mulut atau hidung menuju lambung untuk memasukkan makanan (biasanya makanan cair).
- Perubahan pola dan konsistensi makanan.
- Menjalani rehabilitasi untuk latihan menelan.
- Pada kasus disfagia tahap lanjut, dapat pula dilakukan pembedahan.
"Karena adanya kemungkinan menyebabkan gangguan pada berbagai organ, penanganan disfagia memerlukan kerja sama tim dokter dari berbagai ilmu bidang kedokteran," tambah dr. Alifa.
Baca Juga: Ketahui Gejala hingga Pengobatan Binge Eating Disorder, Gangguan Makan yang Berbahaya
Komplikasi Disfagia
"Ketika tidak mendapat penanganan yang tepat, disfagia dapat menyebabkan komplikasi yang berat.
Mulai dari timbulnya malabsorpsi (kondisi gangguan penyerapan salah satu atau beberapa zat nutrisi di dalam tubuh) hingga yang fatal adalah pneumonia aspirasi (infeksi dan peradangan pada paru)," terang dr. Alifa Dimanti.
Pneumonia aspirasi terjadi ketika makanan dan minuman “salah jalur”. Asupan yang seharusnya masuk ke dalam lambung malah disalurkan ke paru sehingga menyebabkan infeksi.
Mengutip National Health Service, komplikasi ini termasuk batuk atau tersedak dan ketika makanan menyimpang dari alur sebenarnya sehingga menghalangi jalan napas.
Biasanya tanda-tanda orang dengan disfagia mengalami komplikasi, seperti batuk saat makan dan minum, kesulitan bernapas dan suara basah. Jika begitu, orang ini harus dilarikan ke dokter.
Disfagia juga bisa memengaruhi kualitas hidup seseorang, karena kondisi ini membuatnya kesulitan menikmati makanan dan mengikuti acara sosial.
Baca Juga: 3 Langkah Mengatasi Bayi Tersedak, Segera Lakukan!
Cara Mencegah Disfagia
Moms tak perlu khawatir, penyakit kesulitan menelan yang tidak nyaman ini ternyata bisa dicegah.
"Pencegahan disfagia sangat bergantung pada penyakit penyebabnya.
Untuk kasus stroke, misalnya. Pada kasus ini, pencegahan disfagia dapat dilakukan dengan melakukan pencegahan primer dan sekunder stroke.
Misalnya dengan mengontrol dan mengendalikan faktor risiko stroke dengan menjaga kadar gula darah, tekanan darah, kolesterol, menjaga hidup sehat, dan berolahraga," jelas dr. Alifa.
Sementara itu, disfagia yang disebabkan penyakit lain memerlukan upaya pencegahan yang berbeda.
Oleh karena itu, segera periksakan kondisi ke dokter ketika mengalami gangguan menelan ya, Moms.
Itulah informasi penting seputar disfagia. Semoga Moms dan keluarga terhindar dari penyakit ini, ya!
- https://www.nidcd.nih.gov/health/dysphagia
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/177473
- https://www.nhs.uk/conditions/swallowing-problems-dysphagia/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.