Mengetahui pH Vagina dan Cara Menjaga Keseimbangannya
Masih sedikit orang yang sadar akan pentingnya menjaga kadar pH vagina. Padahal, tingkat asam atau basa pada vagina bisa menentukan bila kondisi vagina Moms dalam keadaan sehat atau tidak.
Alat reproduksi wanita ini memiliki kemampuan luar biasa untuk menjaganya tetap bersih dengan mengeluarkan cairan alami dan mempertahankan pH yang sehat.
Hal ini untuk mendorong pertumbuhan bakteri baik dan mencegah bakteri berbahaya masuk ke vagina.
Sayangnya masih banyak wanita yang belum paham pentingnya menjaga kadar pH vagina. Untuk itu, yuk simak penjelasannya di bawah ini.
Baca Juga: Fantastis! Ini Rincian Biaya Pernikahan Ria Ricis dan Teuku Ryan, dari Venue hingga Souvenir!
Kadar Normal pH Vagina
Foto: Orami Photo Stock
Melansir jurnal Frontiers in Medicine, bakteri baik pada vagina seperti Lactobacillus dan Corynebacterium hanya dapat hidup di suasana asam.
Oleh karena itu, penting untuk menjaga kadar keasaman vagina. pH vagina dikatakan sehat jika berada di angka 3,5-4,5.
Menjaga tingkat pH vagina dalam kisaran ini dapat membantu vagina tehindar dari infeksi bakteri dan jamur.
Tingkat pH vagina dapat berubah-ubah. Biasanya, tingkatnya akan jadi lebih tinggi dari 4,5 sebelum wanita mengalami periode menstruasi pertama dan setelah menopause.
Namun, pH vagina yang kurang dari 4,5 biasanya terjadi selama usia reproduksi (15-49 tahun), kecuali jika suatu kondisi atau adanya infeksi.
Jika keseimbangan antara bakteri baik dan jahat terganggu, Moms erisiko mengalami, seperti:
1. Bacterial Vaginosis
Bacterial vaginosis adalah infeksi vagina yang disebabkan oleh terganggunya keseimbangan jumlah bakteri alami (flora normal) di dalam vagina.
Kondisi pertumbuhan bakteri yang berlebihan yang menyebabkan bau “amis”, bersama dengan keputihan berwarna abu-abu, putih, atau kuning yang tidak biasa.
Selain keputihan, bacterial vaginosis juga dapat menimbulkan beberapa gejala yang berbeda, seperti vagina terasa gatal, serta nyeri dan perih ketika buang air kecil akibat terjadinya iritasi di sekitar vagina.
Sebuah penelitian Indian Journal of Medical Research, menunjukkan bacterial vaginosis tidak selalu berbahaya, tetapi wanita yang memiliki kondisi ini berisiko lebih tinggi untuk infeksi yang lebih serius, seperti:
- human papillomavirus (HPV)
- virus herpes simpleks
- HIV
2. Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis.
Trich biasanya tidak menimbulkan gejala pada sebagian besar orang yang terinfeksi, tetapi dapat meningkatkan risiko penyakit menular seksual lain yang lebih serius, seperti HIV.
Vagina yang asam biasanya tidak menyebabkan penyakit. Tetapi jika keasamannya naik terlalu banyak, itu bisa mengurangi kesuburan. Sperma berkembang dalam lingkungan basa. PH optimal bagi mereka untuk berenang adalah antara 7,0 dan 8,5.
Saat berhubungan seks, tingkat pH di dalam vagina untuk sementara naik, membuat lingkungan yang biasanya asam menjadi lebih basa untuk melindungi sperma sehingga mereka dapat mencapai sel telur.
Baca Juga: Ini 20+ Nama Bayi Perempuan Katolik yang Indah dan Penuh Makna
Penyebab pH Vagina Tidak Seimbang
Foto: Orami Photo Stock
Layaknya anggota tubuh lain, ada beberapa hal yang memengaruhi kadar pH vagina seseorang. Hal ini diungkapkan oleh Dr. Joanna Ellington, ahli fisiologi reproduksi.
"Zat seng besi dan mangan sangat penting untuk membuat bakteri sehat bekerja dengan baik dalam menjaga vagina tetap sehat. Banyak wanita tidak mengonsumsi cukup nutrisi ini, terutama jika mereka vegetarian," jelasnya.
Ia mengaitkan kekurangan nutrisi ini dengan menurunnya tingkat estrogen, yang membantu menjaga keseimbangan kadar pH vagina.
"Tanpa estrogen, pH vagina dan ketidakseimbangan bakteri dapat terjadi. Sehingga, penting menjalani pola makan dengan memastikan asupan lemak yang baik, dan memeriksakan kadar estrogen dan testosteron, serta zat besi setiap tahun," ungkapnya.
Ada beberapa hal lain yang bisa membuat tingkat pH vagina menjadi tidak seimbang, yaitu sebagai berikut:
- Seks tanpa pengaman. Ini karena semen bersifat basa, yang dapat mendorong pertumbuhan bakteri tertentu.
- Antibiotik. Obat-obatan ini tidak hanya membunuh bakteri jahat, tetapi juga bakteri baik yang dibutuhkan untuk mempertahankan tingkat pH vagina yang sehat.
- Menstruasi. Darah haid sedikit basa dan meningkatkan kadar pH vagina. Ketika darah mengalir melalui vagina dan diserap ke dalam tampon atau pembalut yang diduduki, itu dapat meningkatkan kadar pH vagina.
- Douching. Melansir Office on Women's Health, sekitar 20 persen wanita mencuci vagina dengan campuran air dan cuka, soda kue, atau yodium. Douching tidak hanya meningkatkan kadar pH vagina, tetapi juga mendorong pertumbuhan bakteri berbahaya.
Bukan dengan douching, penting juga untuk menjaga kebersihan vagina dengan mencucinya menggunakan cara yang benar, dan Moms hanya membutuhkan sabun dan air saja.
"Ada banyak kesalahpahaman tentang cara membersihkan alat reproduksi wanita. Jangan gunakan scrub khusus atau douching. Memakai sabun dan air adalah cara mencuci yang benar-benar Anda butuhkan," terang Lauren Streicher, M.D., profesor asosiasi kebidanan dan ginekologi klinis di Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern, Feinberg School of Medicine, mengutip dari SELF.
Baca Juga: Benarkah Mandi Malam Penyebab Rematik? Cari Tahu Faktanya di Sini!
Cara Menjaga pH Vagina Seimbang
Foto: Orami Photo Stock
Jika Moms menduga pH vagina tidak seimbang atau memiliki gejala ringan, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk membantu mengembalikan keseimbangan ini secara alami.
Berikut ini cara menjaga pH vagina agar seimbang:
1. Konsumsi Makanan Mengandung Probiotik
Bakteri "baik" yang dikenal sebagai lactobacilli, di butuhkan agar kondisi vagina sehat. Selain melawan infeksi, bakteri ini membantu menjaga pH vagina seimbang.
Lactobacilli dapat ditemukan dalam suplemen probiotik dan secara alami terjadi di sejumlah makanan fermentasi.
Beberapa makanan berikut ini dikenal sebagai sumber probiotik paling baik, dan akan lebih baik bila Moms konsumsi sehari-hari untuk menjaga kesehatan, seperti:
- Yoghurt
- Kefir
- Tempe
- Kimchi
2. Suplemen Bawang Putih
Bawang putih dikenal dengan antioksidan serta senyawa allicin yang melawan bakteri.
Sebuah penelitian Iranian Red Crescent Medical Journal yang dilakukan pada 120 wanita, suplemen bawang putih sama efektifnya dengan antibiotik oral untuk mengobati gejala infeksi jamur vagina, dengan efek samping yang lebih sedikit.
Para peserta dalam penelitian ini mengonsumsi 500 miligram tablet bawang putih dua kali sehari, dengan selang waktu 12 jam, selama 7 hari berturut-turut.
Perlu dicatat, bagaimanapun, bahwa bawang putih dapat memiliki efek samping pencernaan. Orang dengan masalah pendarahan dan orang yang menggunakan pengencer darah tidak boleh mengonsumsi bawang putih pada dosis ini.
Jika Moms ingin mengonsumsinya, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter ya!
Baca Juga: Bermasalah dengan Jerawat di Pantat? Berikut 5+ Cara Mengatasinya
3. Kelola Stres
Stres dapat mempengaruhi semua aspek tubuh manusia, termasuk kesehatan vagina, lho.
Faktanya, sebuah penelitian Frontiers in Endocrinology menyoroti hubungan antara lonjakan kortisol (hormon stres) dan bacterial vaginosis.
Meskipun stres tidak dapat dihindari, ada cara sehat untuk mengelolanya dan mencegah hormon stres memengaruhi kesehatan Moms secara negatif, termasuk pH vagina.
Berikut ini cara mengelola stres yang bisa dilakukan:
- Berolahraga. Aktivitas fisik dapat meningkatkan produksi endorfin otak, neurotransmiter "merasa nyaman". Beberapa jenis kegiatan, seperti yoga dan tai chi, dapat sangat membantu untuk mengurangi stres.
- Latihan pernapasan. Temukan tempat yang tenang untuk bernapas dalam dan perlahan melalui hidung dan keluarkan melalui mulut selama 5 menit. Bernapas dalam-dalam dapat membantu mengoksidasi darah, menjernihkan pikiran, dan memusatkan tubuh.
- Lakukan hal yang menyenangkan. Alih-alih berfokus pada apa pun yang membuat Moms khawatir, cobalah bermain teka-teki, bermain game, menonton acara yang membuat Moms tertawa, atau menghabiskan waktu untuk hobi favorit.
- Mendengarkan atau bermain musik. Bersantai dengan suara musik favorit Moms atau habiskan waktu bermain alat musik.
4. Berhenti Merokok
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa merokok dapat meningkatkan seseorang terkena risiko bacterial vaginosis.
Penelitian tersebut mengatakan bahwa seseorang yang tidak merokok ditemukan memiliki proporsi lactobacillus yang lebih besar dalam mikrobiota vagina mereka daripada perokok. Lactobacillus sangat penting untuk menjaga kesehatan vagina.
Baca Juga: Dikenal dengan Harga Fantastis, Ini Keunikan Kain Khas Lombok
Nah itu dia Moms penjelasan mengenai pH vagina, mulai sekarang yuk jaga kesehatan vagina!
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6008313/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3818598/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4166107/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6165882/
- https://www.healthline.com/health/natural-remedies-to-restore-ph-balance#natural-remedies
- https://www.healthline.com/health/womens-health/vaginal-ph-balance#normal-ph
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/322537
- https://www.womenshealth.gov/a-z-topics/douching
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.