Larangan Berbuat Zalim, Ketahui Macam-Macam Perbuatan Orang Zalim
Di antara sifat buruk adalah perbuatan zalim. Terkait perbuatan zalim, Islam melarang keras bahkan mengharamkan umatnya menjadi orang zalim.
Pada dasarnya, zalim adalah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, atau di luar koridor kebenaran.
Kezaliman adalah perkara berbahaya yang tidak bisa diremehkan.
Islam melarang segala bentuk kezaliman, baik itu kepada diri sendiri, sesama manusia, bahkan kepada hewan dan tumbuhan.
Kezaliman paling besar adalah ketika manusia disejajarkan dengan Sang Khalik.
Lalu, apa sih sebenarnya perbuatan zalim tersebut?
Simak penjelasan berikut ini, ya!
Baca Juga : Mengenal Istilah Ashabah, Terkait Ilmu Pembagian Warisan dalam Islam
Apa itu Zalim?
Zalim berasal dari bahasa arab, azh zhulmu yang artinya meletakan sesuatu tidak pada tempatnya.
Namun, secara istilah zalim bermakna melakukan sesuatu yang keluar dari koridor kebenaran.
Al Jurjani dalam kitab at Ta'rifat 186, dinukil dari Mausu’ah Akhlaq Durarus Saniyyah, mengatakan:
“Zalim artinya melewati koridor kebenaran hingga masuk pada kebatilan, dan ia adalah maksiat.
Disebut oleh sebagian ahli bahasa bahwa zalim adalah menggunakan milik orang lain, dan melebihi batas.”
Misalnya, memakan harta orang lain dengan cara yang salah, menjatuhkan harga diri mereka, atau merendahkan (menghina) orang-orang yang lemah.
Zalim termasuk perkara akhlak yang buruk dan berbahaya.
Perbuatan zalim terlarang dalam Islam.
Terdapat banyak sekali ayat-ayat Al Qur’an dan hadis-hadis Nabi shallallahu’alaihi wasallam yang mencela orang zalim dan melarang perbuatan zalim.
Macam Macam Kezaliman
Zalim berkaitan dengan hak Allah dan hak manusia, sebagaimana penjelasan dari Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin,
“Zalim ada dua macam: pertama, kezaliman terkait dengan hak Allah ‘Azza wa Jalla, kedua, kezaliman terkait dengan hak hamba.”
Berikut pembahasan mengenai macam-macam Zalim.
Kezaliman terhadap Hak Allah
Kezaliman yang terbesar yang terkait dengan hak Allah adalah mengenai kesyirikan.
Hal tersebut berdasarkan hadist, sebagaimana kala itu Nabi shallallahu’alaihi wasallam ditanya:
‘dosa apa yang paling besar?’, beliau menjawab: ‘Engkau menjadikan sesuatu sebagai sekutu bagi Allah, padahal Allah yang menciptakanmu’ (HR. Bukhari no. 4477, Muslim no. 86).
Allah tidak mengampuni dosa orang yang berbuat kesyirikan atau perbuatan menyekutukan tersebut.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa: 48)
Allah mengampuni dosa syirik jika hamba-Nya bertaubat dan meninggalkan kesyirikan tersebut.
Baca Juga : Bacaan Surat An Nisa Ayat 36 Beserta Arti dan Tafsirnya
Kezaliman terhadap Hak Hamba
Adapun kezaliman yang terkait hak hamba, berpusat pada tiga hal, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi shallallahu’alaihi wasallam dalam khutbahnya ketika haji Wada’, beliau bersabda:
‘Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, kehormatan kalian, semuanya haram atas sesama kalian.
Sebagaimana haramnya hari ini, bulan ini, di tanah kalian ini’ (HR. Bukhari no. 67, Muslim no. 1679).
Kezaliman terhadap Darah
Maksud dari kezaliman dalam darah, yaitu seseorang berbuat melebihi batas kepada sesama muslim dengan menumpahkan darahnya, melukainya, termasuk juga menghina kehormatan saudara sesama muslim.
Tidak saja berlaku pada manusia, Islam melarang berbuat zalim kepada hewan termasuk tidak boleh menganiaya dan menyiksanya.
Baca Juga: Aturan dan Tata Cara Salat Jamak, Menggabungkan Dua Salat dalam Satu Waktu
Kezaliman terhadap Diri Sendiri
Kezaliman terhadap diri sendiri inilah yang dimaksud kezaliman terhadap kehormatan diri pada hadis di atas.
Di antara bentuk kezaliman terhadap diri sendiri adalah bermaksiat kepada Allah Ta’ala.
Ketika menjadikan diri tidak taat kepada perintah Allah dan melakukan apa yang dilarang oleh Allah, maka ia telah menzalimi dirinya sendiri.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا هُمُ الظَّالِمِينَ
“Dan tidaklah Kami menzalimi mereka, tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.” (QS. Az-Zukhruf: 76)
Dapat diartikan juga bentuk kezaliman terhadap diri sendiri adalah meninggalkan kewajiban-kewajiban yang Allah Ta’ala perintahkan untuk dikerjakan, dan menjalankan larangan yang Allah Ta’ala perintahkan untuk dijauhi.
Kezaliman terhadap Harta
Kezaliman terhadap harta adalah terkait masalah harta.
Enggan mengeluarkan kewajiban seperti tidak mau membayar utang termasuk perbuatan zalim.
Sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
مَطْلُ الْـغَنِيِّ ظُلْمٌ
“Orang kaya namun menunda-nunda pembayaran hutangnya maka dia telah berbuat zalim (HR. Bukhari no. 2287 dan Muslim no. 1564)
Do'a Berlindung dari Orang Zalim
Perbuatan zalim adalah perbuatan yang dapat merugikan siapapun yang mengalami.
Agar terhindar dari perbuatan zalim dan orang-orang yang berbuat zalim, mengutip bekal Islam berikut diantara do'a berlindung dari orang Zalim.
- رَبِّ نَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
Robbi najjinii minal qoumizh-zhoolimiin.
Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim. (QS Al Qashash: 21).
- رَبِّ انْصُرْنِي عَلَى الْقَوْمِ الْمُفْسِدِينَ
Robbin-shurnii ‘alal qoumil mufsidiin.
Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan. (QS Al Ankabut: 30).
- رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ وَنَجِّنَا بِرَحْمَتِكَ مِنَ الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Robbanaa laa taj’alnaa fitnatan lilqoumizh-zhoolimiin, wa najjinaa birohmatika minal qoumil kaafiriin.
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim.
Dan selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau dari (tipu daya) orang-orang yang kafir”. (QS. Yunus : 85-86).
Baca Juga : Kandungan Surat Ali Imran Ayat 159 tentang Anjuran Berlaku Lembut, Tidak Kasar dan Mudah Memaafkan
Menghadapi Orang Zalim
Bagaimana menyikapi orang zalim?
Apakah harus membalas perbuatan mereka yang telah merugikan tersebut.
Tentu membalas bukanlah solusi dalam menghadapi kezaliman.
Meskipun dihadapkan sama orang zalim, Islam memerintah untuk berbuat baik dan bersabar terhadap kezaliman seseorang.
Sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan,
“Sesungguhnya akan terjadi sepeninggalku adanya (penguasa) yang lebih mementingkan pribadinya (dengan menelantarkan hak rakyat, pen.) dan berbagai kemunkaran (yang dilakukan oleh penguasa,) yang kalian ingkari (karena hal itu adalah maksiat dan kemunkaran, ).”
Para sahabat radhiyallahu ‘anhum mengatakan,
“Bagaimanakah yang Engkau perintahkan kepada siapa saja di antara kami yang menjumpai masa-masa itu?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tunaikanlah kewajiban kalian (berkaitan dengan hak penguasa), dan mintalah hak kalian kepada Allah Ta’ala (yang tidak diberikan oleh penguasa, pen.).” (HR. Bukhari no. 3603 dan Muslim no. 1843. Lafadz hadits ini milik Muslim)
Penjelasan dari hadis di atas adalah, Islam memerintahkan untuk tetap memenuhi hak orang-orang zalim, seperti menolong jika mereka kesusahan, memberi nasehat atas perbuatan mereka dan tetap berbuat kebaikan kepada mereka.
Atas perbuatan zalim yang mereka lakukan, serahkan kepada Allah.
Dan, berdoalah selalu meminta kebaikan kepada Allah Ta'ala.
Balasan Berbuat Zalim
Banyak dalil baik itu dalam Al-Qur'an maupun hadis yang mengungkapkan bahaya dan dosa yang mengintai orang zalim. Adapun balasan untuk orang zalim yaitu :
Mendapatkan Balasan pada Hari Kiamat
Hal tersebut berdasarkan hadis nabi, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya:
“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?”
Para shahabat pun menjawab, ”Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda”.
Nabi bersabda,
”Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala salat, puasa, dan zakat, tetapi ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela, menuduh, memakan harta, menumpahkan darah, dan memukul orang lain.
Kelak kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzalimi.
Apabila amalan kebaikannya sudah habis diberikan, sementara belum selesai pembalasan tindak kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa orang yang terzalimi itu, lalu diberikan kepadanya.
Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka.”
(HR. Muslim no. 2581).
Di laknat dari Allah
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
“(yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi merekalah tempat tinggal yang buruk” (QS. Ghafir: 52).
Terancam oleh doa orang yang dizhalimi
Doa orang yang terzalimi dikabulkan oleh Allah, termasuk jika orang yang terzalimi mendoakan keburukan bagi yang menzaliminya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Dan berhati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah.” (HR. Bukhari no.1496, Muslim no.19).
Baca Juga : Kandungan Surat Al Anfal Ayat 27 tentang Menunaikan Amanah dan Larangan Berkhianat
Itulah pembahasan mengenai orang zalim dan larangan keras memiliki perbuatan zalim.
Semoga terhindar dari sifat menzholimi orang dan dilindungi dari orang zalim, ya!
- https://muslim.or.id/53105-janganlah-berbuat-zalim.html
- https://bekalislam.firanda.com/6455-larangan-berbuat-kezaliman-hadis-14.html
- https://bekalislam.firanda.com/3577-doa-berlindung-dari-orang-zalim-dan-kafir.html
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.