Pengentalan Darah Bisa Buat Perempuan Sulit Hamil, Ketahui Penyebabnya!
Mengalami keguguran tentu membuat patah hati banyak calon orang tua, apalagi jika keguguran terus berulang. Pernahkah Moms berpikir jika pengentalan darah bisa membuat perempuan sulit hamil? Jika hal ini terjadi pada Moms, sebaiknya segera memeriksakan diri karena mungkin mengalami antiphospholid syndrome (APS) atau dikenal juga dengan nama Hughes Syndrome.
Jangan terkecoh dengan namanya yang terdengar familiar ya, Moms. Hughes Syndrome adalah kondisi kelainan sistem kekebalan (immune system) yang menyebabkan darah menjadi lebih kental.
Syndrome ini bisa terjadi pada siapa saja yang berusia 20-50 tahun. Hughes Syndrome lebih banyak menyerang wanita dibanding pria, sekitar 3-5 kali lebih banyak.
Memicu Keguguran
Para peneliti belum menemukan alasan kenapa darah yang kental menyebabkan keguguran berulang. Salah satu teorinya adalah wanita dengan darah yang kental cenderung mengalami gumpalan darah beku dalam pembuluh. Akibatnya, darah sulit mengalir ke dalam plasenta.
Padahal darah membawa asupan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan oleh janin dan memicu terjadinya keguguran.
Teori lain menyebutkan bahwa kondisi Hughes Syndrome membuat janin sulit menempel pada dinding rahim.
Baca Juga : Benarkah Terlalu Kurus Jadi Sulit Hamil?
Gejala Hughes Syndrome
Wanita yang menderita Hughes Syndrome biasanya mengalami beberapa gejala sebagai berikut:
- Migrain
- Sakit kepala
- Sulit mengingat sesuatu
- Memiliki masalah dengan keseimbangan
- Kulit mudah lecet
Walaupun demikian, tidak jarang penderita Hughes Syndrome tidak menunjukkan gejala apapun dan satu-satunya gejala yang terlihat adalah keguguran yang berulang.
Terkait dengan keguguran, berikut tanda-tanda seorang wanita mengalami Hughes Syndrome:
- Mengalami keguguran berulang hingga 3 kali atau lebih sebelum usia kandungan mencapai 10 minggu, tanpa alasan yang jelas.
- Mengalami preeklampsia
- Melahirkan prematur atau sebelum 34 minggu
- Mengalami keguguran di trimester 2 atau 3.
- Pernah mengalami thrombosis atau gumpalan darah beku.
Masih tidak jelas apa yang menyebabkan seseorang terkena Hughes Syndrome. Tapi sejumlah orang ternyata menderita penyakit autoimun seperti lupus.
Lakukan Tes Darah
Untuk mengetahui apakah Moms menderita Hughes Syndrome atau tidak, perlu dilakukan tes darah spesifik untuk antibodi antiphospholid.
Tes ini dilakukan 2 kali dengan rentang waktu 12 minggu. Moms akan dirujuk pada hematology (spesialis untuk penyakit yang berhubungan dengan darah) atau rheumatology (spesialis untuk kondisi yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh).
Pengobatan yang Tepat
Jangan panik dulu ya, Moms. Kondisi ini masih bisa diobati, kok. Sebuah penelitian mengungkap bahwa konsumsi aspirin dengan dosis rendah dapat membantu untuk menjaga kehamilan.
Selain aspirin, terapi lain ada suntikan heparin untuk mengencerkan darah. Kedua tindakan ini dapat diberikan hanya satu atau kombinasi keduanya. Tingkat keberhasilan pengobatan ini cukup tinggi lho, Moms, sekitar 70 persen.
Nah, Ibu hamil harus menjalani pengobatan ini sepanjang masa kehamilan hingga 1-6 minggu setelah melahirkan. Tetapi, perlu diingat bahwa konsumsi aspirin saat hamil dapat meningkatkan risiko bumil mendapat komplikasi di trimester 3.
Oleh karena itu, calon ibu dengan Hughes Syndrome sebaiknya berkonsultasi dengan dokter spesialis kehamilan dengan risiko tinggi.
Pasalnya, syndrome ini juga berhubungan dengan bagian tubuh yang lain. Dokter kandungan akan menyarankan Moms untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis lain, seperti hematology (spesialis penyakit yang berhubungan dengan darah). Pengobatan ini tentu berbeda jika dilakukan pada penderita Hughes Syndrome yang tidak hamil.
Perubahan Gaya Hidup
Jika Moms menderita Hughes Syndrome, ada baiknya mengurangi risiko terjadinya penggumpalan darah dengan cara:
Berhenti merokok
Mengonsumsi diet sehat, rendah lemak dan gula
Rutin berolahraga
Menjaga berat badan agar tidak obesitas.
Semoga Moms terhindar dari Hughes Syndrome ini ya!
(HIL)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.