26 November 2024

7 Perbedaan Diare dan Disentri pada Anak, Awas Tertukar!

Beda penyakit, beda juga penyebab dan cara mengatasinya

Masih banyak yang mengira bahwa diare dan disentri adalah kondisi yang sama. Padahal, perbedaan diare dan disentri bisa terlihat jelas jika Moms memahami ciri-cirinya.

Keduanya memang ditandai dengan gangguan buang air besar yang membuat penderitanya sering bolak-balik ke kamar mandi, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

Meski gejalanya mirip, seperti sering buang air besar dalam waktu berdekatan, ada beberapa tanda khas yang membedakan keduanya.

Yuk, simak penjelasan lengkapnya agar Moms dapat mengenali perbedaan diare dan disentri sekaligus memberikan penanganan yang tepat!

Baca Juga: Disentri pada Bayi: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Perbedaan Diare dan Disentri

Kondisi disentri memang kerap kali dianggap sama dengan penyakit diare, sehingga banyak yang salah kaprah.

Padahal kedua penyakit ini berbeda dalam berbagai hal. Untuk info lebih lengkapnya, yuk cari tahu apa saja perbedaan diare dan disentri lebih jelas melalui artikel ini.

1. Penyebab Diare dan Disentri

Penyebab Diare dan Disentri
Foto: Penyebab Diare dan Disentri (Thehealthy.com)

Perbedaan diare dan disentri yang pertama dapat dilihat dari faktor penyebab kondisi tersebut terjadi.

Penyebab diare umumnya disebabkan oleh berbagai faktor seperti makanan yang terkontaminasi virus, bakteri, atau parasit.

Ini dapat terjadi disebabkan karena kondisi lingkungan yang kurang bersih saat proses memasak, atau menggunakan bahan baku yang kurang segar.

Berbeda dengan diare, disentri sendiri terjadi karena adanya peradangan usus akibat infeksi bakteri Shigella atau infeksi Entamoeba histolytica.

Ini menyebabkan penderitanya mengalami buang air besar berupa lendir dan darah.

Hal tersebut disebabkan karena mengonsumsi makanan yang kurang bersih atau berada di lingkungan dengan sanitasi yang buruk.

2. Gejala

Anak Sakit Perut
Foto: Anak Sakit Perut (Orami Photo Stock)

Diare dan disentri memang memiliki beberapa gejala yang mirip, seperti diare, kram perut, mual, dan seringnya ke toilet untuk buang air besar (BAB).

Namun, disentri biasanya disertai gejala tambahan yang lebih serius, seperti diare yang mengandung darah atau lendir, demam tinggi, dan penurunan berat badan.

Mengenali perbedaan ini sangat penting agar Moms dapat memberikan penanganan yang sesuai dan mencegah kondisi menjadi lebih parah.

3. Frekuensi BAB

Perbedaan Diare dan Disentri
Foto: Perbedaan Diare dan Disentri (Medicalnewstoday.com)

Perbedaan diare dan disentri selanjutnya dapat dilihat dari frekuensi BAB penderitanya dalam sehari.

Dikutip dari situs Medline Plus, dijelaskan bahwa ciri-ciri seseorang yang menderita diare adalah jika Ia buang air besar dengan tekstur cair sebanyak tiga sampai empat kali dalam sehari.

Selama diare, tubuh akan kekurangan cairan bahkan dapat menyebabkan dehidrasi.

Untuk mengatasinya, dr. Hikmat Pramukti, Sp.PD yang saat ini bekerja sebagai Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Pondok Indah – Pondok Indah, telah menjelaskan apa saja perbedaan diare dan disentri serta cara mengatasinya.

“Yang perlu dilakukan pada penderita diare adalah dengan mengganti kekurangan cairan tubuh dan mencegah dehidrasi dengan minum air putih dan elektrolit.

Selain air putih, asupan cairan juga dapat diperoleh dari sup, kuah kaldu, jus buah, mengonsumsi makanan rendah serat, dan menghindari makanan dan minuman yang dapat memperburuk diare seperti, asam, pedas, atau mentah.” jelasnya.

Berbeda dengan diare, penderita disentri biasanya memiliki frekuensi BAB yang tidak sesering diare.

Namun, jika Si Kecil buang air besar lebih dari lima kali dalam sehari, Moms harus segera membawa Si Kecil ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

4. Rasa Nyeri Perut

Ilustrasi Anak Nyeri Perut
Foto: Ilustrasi Anak Nyeri Perut (Healthychi.com)

Perbedaan diare dan disentri yang ketiga dapat dilihat dari perasaan nyeri perut yang berbeda.

Pada kondisi diare, anak biasanya tidak akan mengalami demam dan juga tidak mengalami nyeri perut hebat.

Hal yang paling umum terjadi pada penderita diare adalah perut kembung, dan buang air besar yang tidak tertahankan.

Sedangkan pada kondisi penyakit disentri, anak biasanya mengalami demam dan merasakan nyeri perut yang hebat.

Selain itu, dalam beberapa kasus anak yang menderita disentri juga dapat mengalami mual hingga muntah.

Baca Juga: Diare pada Anak, Berikut Pencegahan dan Cara Mengatasinya

5. Konsistensi dan Bentuk Feses

Perbedaan Diare dan Disentri
Foto: Perbedaan Diare dan Disentri (Todaysparent.com)

Perbedaan diare dan disentri selanjutnya dapat dilihat dari konsistensi dan bentuk feses anak.

Jika anak mengalami diare, umumnya feses yang keluar lebih cair dan banyak. Namun tidak disertai dengan lendir atau darah.

Berbeda dengan disentri, di mana feses yang keluar tidak secair feses pada kondisi diare, dan juga disertai oleh lendir dan darah saat BAB.

6. Penggunaan Antibiotik

Ilustrasi Penggunaan Antibiotik
Foto: Ilustrasi Penggunaan Antibiotik (Orami Photo Stock)

Perbedaan lainnya pada kondisi diare dan disentri adalah penggunaan antibiotik.

Pada kondisi diare, penderitanya tidak memerlukan pengobatan menggunakan antibiotik.

Pengobatan utama yang bisa dilakukan saat mengalami diare adalah dengan memenuhi kebutuhan cairan tubuh yang hilang.

Lain halnya dengan disentri. Pada kondisi disentri, penderitanya membutuhkan pengobatan menggunakan antibiotik.

Biasanya, penggunaan antibiotik dapat diberikan melalui intravena pada anak yang berada dalam kondisi sakit parah.

7. Efek dan Komplikasi

Ilustrasi Anak Diare
Foto: Ilustrasi Anak Diare (Orami Photo Stock)

Perbedaan diare dan disentri yang terakhir, yaitu terletak pada efek dan komplikasi yang akan dialami oleh penderita diare dan disentri jika tidak ditangani.

Pada kondisi diare, umumnya tidak memerlukan penanganan yang serius, selama kebutuhan cairan tubuh dapat terpenuhi, sebab diare dapat meningkatkan risiko dehidrasi.

Pada kondisi penyakit disentri, jika tidak ditangani dengan benar, maka akan menyebabkan berbagai komplikasi, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Untuk itu, Moms harus memberi perhatian khusus pada Si Kecil yang menderita kondisi ini ya.

Kapan Harus ke Dokter?

Dokter
Foto: Dokter (Freepik.com/snowing)

Moms perlu segera membawa Si Kecil atau anggota keluarga ke dokter jika mengalami gejala berikut:

  1. Diare atau Disentri yang Berkepanjangan
    Jika diare atau disentri berlangsung lebih dari 2-3 hari tanpa tanda-tanda membaik.
  2. Terdapat Darah atau Lendir di Tinja
    Hal ini dapat menjadi tanda adanya infeksi serius pada saluran pencernaan.
  3. Tanda Dehidrasi Berat
    Gejala seperti mulut kering, lemas, mata cekung, tidak buang air kecil selama lebih dari 8 jam, atau pusing.
  4. Demam Tinggi
    Jika demam mencapai 39°C atau lebih dan tidak kunjung turun meski sudah diberikan penanganan awal.
  5. Penurunan Berat Badan yang Cepat
    Jika disentri atau diare menyebabkan tubuh kehilangan berat badan secara signifikan dalam waktu singkat.

Baca Juga: 12 Makanan untuk Anak Diare yang Baik Dikonsumsi, Cek, Moms!

Itulah beberapa perbedaan diare dan disentri yang sangat penting untuk Moms ketahui.

Sebab, jika tidak ditangani dengan langkah yang tepat, dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan Si Kecil.

  • https://microbiologyinfo.com/differences-between-diarrhea-and-dysentery/
  • https://medlineplus.gov/diarrhea.html

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.