Tahap Perkembangan Motorik Anak dari Bayi hingga 12 Tahun
Salah satu hal penting yang wajib para orang tua perhatikan selama masa pertumbuhan dan perkembangan Si Kecil adalah perkembangan motorik yang dimilikinya.
Hal tersebut bertujuan untuk memastikan pertumbuhannya berjalan normal sesuai usia tanpa gangguan apapun.
"Perkembangan motorik atau perkembangan gerak itu secara umum adalah kemampuan bayi, anak, atau orang dewasa untuk menggerakkan sistem otot dan tulang berdasarkan koordinasi otak untuk bisa melakukan tugas-tugas tertentu dan umumnya sifatnya voluntary (berdasarkan keinginan dan tujuan dari diri)," jelas dr. Catharine Mayung Sambo, Sp.A (K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang - Pediatri Sosial, RS Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Untuk itu, yuk Moms cari tahu perkembang motorik Si Kecil sesuai usianya di sini!
Baca Juga: Sering Tertukar, Ini Perbedaan Motorik Halus dan Motorik Kasar pada Si Kecil
Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus
Secara umum, kemampuan motorik atau kemampuan gerak itu dibagi menjadi dua, yang pertama motorik kasar (gross motor) dan motorik halus (fine motor).
"Perkembangan motorik kasar mencakup gerak yang tujuannya berubah posisi, berpindah tempat, sesuai dengan keinginannya.
Dengan melibatkan gerakan kelompok otot yang lebih besar, seperti lengan dan kaki.
Sementara motorik halus biasanya merupakan gerak yang menyangkut kelompok otot lebih kecil yang biasanya dikerjakan oleh anggota gerak atas, butuh koordinasi lebih rumit yang tujuannya memanipulasi gerak atau benda di sekitarnya, dan menyelesaikan tugas-tugas," jelas dr. Catharine.
Baca Juga: 5 Tahapan Perkembangan Emosi Anak SD-SMA, Wajib Tahu!
Perkembangan Motorik Anak Bayi
Pertama-tama simak perkembangan motorik yang dialami anak bayi sejak usia pertama kehidupannya.
1. Usia 0–2 Bulan
Di tahap awal ini, Si Kecil baru dapat menggerakkan kepala dan kaki.
Bayi akan menggerak-gerakkan kepala di kedua sisi, mengangkat kepala, serta menendang-nendang kaki dan menggerakkan tangan saat berada dalam posisi telentang.
2. Usia 3–4 Bulan
Di masa ini, bayi belajar mengamati gerakan tangannya sendiri. Sehingga, ketika sebuah benda diserahkan kepada Si Kecil, ia akan meraihnya dengan tangan yang paling dekat dengannya.
Bayi juga dapat mengamati dengan cermat bentuk dan ukuran suatu benda.
3. Usia 5 Bulan
Sekitar usia ini, bayi telah dapat menggerakkan kepalanya sendiri dan mulai lebih banyak menggerakkan tubuh, seperti dengan meraih barang, menggeliat, dan berguling.
Bayi juga jauh lebih baik dalam menggunakan mata mereka.
4. Usia 6–9 Bulan
Koordinasi tangan bayi mulai membaik dan penggunaan tangan dominan mulai terlihat.
Mereka juga sudah bisa duduk sendiri, serta meraih mainan yang dimainkan sambil duduk.
5. Usia 10–12 Bulan
Di usia ini, anak dapat berbaring dan duduk tegak tanpa bantuan, serta merangkak dengan lutut dan tangan.
Terkadang, Si Kecil juga bisa berdiri sendiri selama beberapa detik.
Baca Juga: 4 Manfaat Istimewa Musik Untuk Perkembangan Anak
Perkembangan Motorik Anak Balita
Setelah melewati usia 12 bulan, bayi sudah dianggap menjadi balita, berikut tahapan perkembangan motoriknya.
1. Usia 13–18 Bulan
Sejak memasuki usia 13 bulan, bayi telah dapat berjalan dengan cara merangkak menaiki tangga, serta berjongkok lalu berdiri sendiri tanpa bantuan penyangga.
Ketika mendekati usia 18 bulan, anak dapat menendang bola ke depan dan sedikit berlari meski kadang terjatuh.
2. Usia 2–3 Tahun
Ketika memasuki tahapan usia dua tahun, anak telah dapat berjalan dan berlari dengan cukup baik dari sebelumnya.
Anak juga mulai bisa melompat di tempat, serta menendang bola menggunakan dengan dua kaki.
Di usia tiga tahun, anak dapat menyeimbangkan diri meski menggunakan satu kaki, dan juga sudah bisa mengendarai sepeda roda tiga.
3. Usia 4 Tahun
Pada tahapan ini, Si Kecil telah melakukan hal baik saat berjalan, berlari, hingga memanjat.
Di saat ini juga anak sudah bisa memainkan skateboard, berenang, dan mengendarai sepeda tanpa ban bantuan.
Perkembangan Motorik Anak-Anak Usia 5–12 Tahun (Sekolah Dasar)
Setiap anak memang memiliki kecepatan pertumbuhan yang berbeda, tapi biasanya ada kemampuan motorik yang sudah dicapai seorang anak pada rentang usia 6–12 tahun.
Yuk Moms, perhatikan dulu tonggak perkembangan motorik pada anak berikut ini.
1. Usia 5–7 Tahun (Kelas 1 SD)
Selama tahun pertamanya di Sekolah Dasar (SD), Si Kecil akan memperlihatkan peningkatan dalam stamina dan kemampuan koordinasi tubuh.
Pada masa ini, otot besar di lengan dan kakinya lebih cepat dari otot kecil sehingga kemampuan motorik kasarnya akan terlihat lebih menonjol daripada kemampuan motorik halus.
Di akhir kelas 1, umumnya Si Kecil sudah memiliki kemampuan motorik seperti berikut ini:
- Koordinasi mata dan tangan yang semakin baik, sehingga sudah cukup lancar mengikat tali sepatu dan mengancingkan baju sendiri.
- Bisa menari selaras dengan irama musik, juga melakukan gerakan seperti berputar di satu tempat.
- Melempar dan menangkap bola, dengan satu atau dua tangan.
- Meniru bentuk dan angka, juga menulis lebih rapih dan lebih terbaca.
- Sudah bisa menggunakan sendok dan garpu dengan baik.
- Bisa melakukan tugas rumah tangga sederhana seperti menyapu dan membereskan tempat tidur.
Baca Juga: Cara Bermain Pop It dan Manfaatnya untuk Perkembangan Anak
2. Usia 7–9 Tahun (Kelas 2 dan 3 SD)
Setelah naik ke kelas 2 dan 3 SD, Si Kecil sudah semakin terbiasa dengan rutinitas dan aktivitas sekolah.
Pada usia ini perkembangan motorik kasar Si Kecil sudah hampir berkembang sempurna.
Kemampuan motorik halus anak juga umumnya terlihat sudah semakin terasah, sehingga terlihat lebih berhati-hati dan mandiri.
Di akhir kelas 3, umumnya anak sudah bisa melakukan berbagai hal berikut:
- Memakai baju dan sepatu sendiri tanpa dibantu.
- Mengendarai sepeda tanpa roda bantu.
- Bergerak dan beraktivitas dengan lebih mulus dan awas.
- Mengejar dan melakukan olahraga kelompok.
- Bisa menggunakan perkakas, seperti palu atau obeng dengan pengawasan orang dewasa.
- Memegang alat tulis lebih mantap dan menulis lebih rapi.
Baca Juga: Peran Penting Asam Linoleat bagi Perkembangan Anak Sejak Dini
3. Usia 9–11 Tahun (Kelas 4 dan 5 SD)
Memasuki kelas 4 dan 5, secara umum hampir semua anak akan mengalami percepatan pertumbuhan atau growth spurt.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention, anak perempuan umumnya lebih matang secara fisik dan beberapa diantaranya mulai memasuki masa puber.
Perkembangan motorik anak SD kelas empat dan lima bisa terlihat dari frekuensi aktivitas fisik yang lebih intens, lebih mahir melakukan gerakan olahraga dan membuat prakarya, juga bisa menggunakan perkakas dan peralatan yang lebih sulit.
4. Usia 11–12 Tahun (Kelas 6 SD)
Perkembangan motorik anak SD kelas 6 bisa dikatakan sudah sempurna dan menyeluruh.
Di usia ini, Moms mungkin akan melihat anak mulai lebih banyak makan, bicara, dan beraktivitas fisik untuk menyalurkan energi dan staminanya yang semakin tinggi.
Secara fisik, mulai tampak perubahan jelas antara anak laki-laki dan perempuan.
Si Kecil juga sudah bisa melakukan tugas rumah tangga yang lebih rumit, seperti memasak hidangan sederhana, mencuci piring, membersihkan mobil atau jendela, membersihkan kamar mandi, juga mencuci dan melipat baju sendiri.
Baca Juga: Yuk, Kenali Tahapan Perkembangan Sosial Emosional Anak Sesuai Usianya
Bagaimana Jika Perkembangan Motorik Anak Tak Sesuai Usia?
Menurut sebuah studi yang dilansir BioMed Research International, memantau perkembangan motorik anak juga penting supaya bisa segera dilakukan intervensi dini jika terlihat ada hambatan atau keterlambatan.
"Jadi, kalau ada gangguan atau keterlambatan, harus intervensi atau dikejar supaya gak ketinggalan dengan temannya yang sudah memiliki kemapuan sesuai usianya," tegas dr. Catharine Mayung.
Umumnya, gangguan atau keterlambatan perkembangan motorik ditangani dengan cara fisioterapi.
"Tapi tidak harus selalu fisioterapi karena fisioterapi biasanya untuk menangani gangguan atau keterlambatan gerak (motorik) kasar.
Kalau gerak (motorik) halus masih ada cara lain, tergantung pada gangguan atau keterlambatan anaknya itu di bidang apa," tambahnya.
Namun yang jelas, setiap orang tua harus memberikan stimulasi secara rutin sesuai usia anak agar perkembangan motoriknya berjalan sesuai usia.
Baca Juga: 14 Vitamin untuk Bayi 1 Tahun, Mampu Menunjang Tumbuh Kembangnya!
Pentingnya Stimulasi untuk Perkembangan Motorik
Stimulasi yang baik diberikan sesuai usia dan diulang terus-menerus.
Stimulasi yang paling bagus adalah yang sifatnya gembira dan penuh kasih sayang sehingga anak lebih siap belajar hal baru.
"Stimulasi harus dibiasakan atau rutin dikerjakan di rumah dan sekolah agar bisa perkembangannya berjalan terus sesuai umur. Stimulasi baiknya selalu dilakukan jangan menunggu terlambat," tambah dr. Catharine Mayung.
Dengan mengulang-ulang pembelajaran atau stimulasi, kemampuan motorik anak akan semakin bagus nantinya, Moms!
Untuk mengetahui apa saja stimulasi yang tepat dan apakah tumbuh kembang Si Kecil telah sesuai, Moms bisa melihat panduan yang sesuai dengan anjuran Kementerian Kesehatan RI, yakni melalui buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau aplikasi PrimaKu yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Kemenkes juga menyarankan para orang tua untuk memantau perkembangan anak-anak sesuai umurnya, yaitu:
- Setiap 3 bulan sejak lahir sampai usia 2 tahun
- Setiap 6 bulan dari usia 2 - 6 tahun,
- Minimal 1 tahun sekali pada anak usia sekolah dan remaja.
"Ketika di jadwal pemeriksaan ada tanda keterlambatan atau kekhawatiran tertentu, periksa ke dokter, cari penyebab, dan intervensi," kata dr. Catharine.
Baca Juga: 12 Perubahan Fisik pada Masa Pubertas Perempuan, Wajib Tahu!
Rekomendasi Aktivitas Fisik untuk Perkembangan Motorik Anak
Dengan menjelajahi berbagai jenis gerakan, Si Kecil dapat membangun kepercayaan diri, motivasi, dan kompetensi fisik untuk dapat terlibat dalam gaya hidup yang aktif.
Melansir dari Centers for Disease Control and Prevention, anak=anak dengan usia 6 hingga 17 tahun setidaknya dapat melakukan aktivitas fisik yang sedang hingga berat per hari selama 60 menit.
Idealnya, anak-anak harus aktif beraktivitas fisik selama 60 menit secara terus menerus.
Namun, untuk anak yang lebih besar dan balita, waktu aktivitas fisik harian tersebut dapat dibagi.
Misalnya, anak dapat beraktivitas fisik dalam dua segmen masing-masing 30 menit atau empat segmen masing-masing 15 menit.
Mereka dapat beraktivitas di rumah atau di luar rumah seperti taman bermain, dan pastikan selalu dalam pemantauan Moms dan Dads.
Berikut adalah beberapa contoh kegiatan seru yang dapat mendorong anak Moms dan Dads untuk aktif bergerak, meliputi:
1. Kegiatan Indoor
Kegiatan indoor dapat dilakukan di dalam area rumah, seperti:
- Melompat tali
- Yoga
- Menari
- Senam
- Menanam tanaman di belakang rumah
- Membuat karya seni
Baca Juga: 10+ Aktivitas Fisik Sederhana, Cocok untuk yang Malas Olahraga!
2. Kegiatan Outdoor
Kegiatan di luar ruangan mungkin lebih bervariasi dibandingkan di dalam ruangan. Adapun beberapa contohnya, seperti berikut.
- Berenang
- Ice skating
- Bermain sepatu roda, sepeda, skuter dan skate board
- Sepak bola
- Baseball
- Hiking
- Bermain bulu tangkis
- Outbond
Baca Juga: Senam Irama: Jenis Gerakan, Prinsip, hingga Manfaatnya untuk Anak
Gangguan Keterampilan Motorik
Setiap orang dapat memiliki masalah dengan keterampilan motorik halus pada usia berapa pun dengan alasan yang bervariasi.
Ketika anak-anak kecil mengalaminya, penyebab umum terjadinya hal tersebut adalah gangguan koordinasi perkembangan (developmental coordination disorder/DCD) yang terkadang disebut sebagai dyspraxia.
Dyspraxia dapat memengaruhi keterampilan motorik halus, keterampilan motorik kasar, dan perencanaan motorik.
Kondisi ini dapat terjadi seumur hidup, namun keterampilan motorik penderitanya dapat ditingkatkan dengan melakukan terapi.
Terapi untuk Mengatasi Gangguan Motorik
Salah satu terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan motorik adalah terapi okupasi.
Terapi okupasi adalah perawatan kesehatan yang membantu orang-orang dari segala usia yang memiliki masalah fisik, sensorik, atau kognitif.
Terapis okupasi dapat membantu mengatasi hambatan yang memengaruhi kebutuhan emosional, sosial, dan fisik seseorang.
Untuk melakukan terapi ini, dapat dilakukan dengan menggunakan aktivitas sehari-hari, latihan teratur.
Melakukan terapi okupasi dapat membantu anak-anak kembali bermain, meningkatkan kinerja sekolah mereka, dan membantu aktivitas sehari-hari mereka.
Dengan terapi ini, anak-anak bisa belajar:
- Mengembangkan keterampilan motorik halus sehingga mereka dapat menggenggam dan melepaskan mainan, serta mengembangkan keterampilan menulis menggunakan tangan atau komputer dengan baik.
- Meningkatkan koordinasi mata dan tangan sehingga mereka dapat bermain dan melakukan keterampilan sekolah yang diperlukan, seperti memukul bola dan menyalin dari papan tulis.
- Menguasai keterampilan hidup dasar seperti mandi, berpakaian, menyikat gigi, dan makan sendiri.
- Mempelajari perilaku positif dan keterampilan sosial dengan mempraktikkan bagaimana mereka mengelola frustrasi dan kemarahan.
Baca Juga: 7+ Pola Menggunting untuk Anak TK untuk Asah Keterampilan Motorik Halus!
Nah, itulah beberapa informasi mengenai perkembangan motorik pada anak.
Bagaimana Moms, apakah Si Kecil sudah menunjukkan perkembangan motorik yang sesuai dengan usianya?
Terus perhatikan perkembangannya, ya Moms!
Jika Si Kecil mengalami beberapa gangguan keterampilan motorik, segera bawa Si Kecil ke dokter anak untuk menentukan terapi yang cocok.
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5745693/
- https://www.cdc.gov/ncbddd/childdevelopment/positiveparenting/middle2.html
- https://www.cdc.gov/healthyschools/physicalactivity/guidelines.htm
- https://www.chrichmond.org/services/therapy-services/developmental-milestones/gross-motor-skills-birth-to-5-years
- https://kidshealth.org/en/parents/occupational-therapy.html
- https://naitreetgrandir.com/en/step/0-12-months/development/10-12-months/fiche.aspx?doc=baby-gross-motor-skill-development-10-12-months
- https://lapsuus.ouka.fi/en/ages-and-stages-of-children/babies/motor-development/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.